Sukses

Muncul Surat Keprihatinan Butet Kertaredjasa ke Jokowi: Prabowo-Gibran Bagi Saya Awal Bencana Moral

Budayawan Butet Kertaredjasa menulis surat pribadi untuk Presiden Jokowi yang tidak setuju Gibran dipasangkan dengan Prabowo.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman memimpin sidang putusan uji materi Pasal 169 huruf q Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum terkait batas usia minimal capres dan cawapres, hari ini di Jakarta, Senin (16/10/2023).

Kepala Biro Hukum Administrasi dan Kepaniteraan MK Fajar Laksono mengatakan, selain Anwar Usman terdapat pula sembilan hakim konstitusi yang hadir pada sidang yang berlangsung sejak pukul 10.00 WIB.

 

Dalam persidangan itu, terdapat sejumlah perkara yang akan dibacakan putusannya terkait batas usia capres dan cawapres.

Perkara tersebut ialah Nomor 29/PUU-XXI/2023, yang diajukan Partai Solidaritas Indonesia (PSI); Nomor 51/PUU-XXI/2023, diajukan Ketua Umum Partai Garuda Ahmad Ridha Sabana dan Sekretaris Jenderal DPP Partai Garuda Yohanna Murtika; dan Nomor 55/PUU-XXI/2023, yang diajukan Wali Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Erman Safar dan Wakil Bupati Lampung Selatan, Lampung, Pandu Kesuma Dewangsa.

Kemudian, perkara Nomor 90/PUU-XXI/2023, yang diajukan warga negara Indonesia (WNI) bernama Almas Tsaqibbirru Re A; Nomor 91/PUU-XXI/2023, yang diajukan oleh mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) Arkaan Wahyu Re A; serta Nomor 92/PUU-XXI/2023, yang diajukan oleh WNI bernama Melisa Mylitiachristi Tarandung.

Jika MK meresmikan batas usia capres dan cawapres menjadi 35 tahun, maka ini menjadi karpet merah bagi Gibran Rakabuming Raka untuk maju menjadi cawapres di Pemilu 2024. Seperti diketahui sebelumnya, Gibran masuk dalam bursa cawapres yang akan dipasangkan dengan Prabowo. 

 

Terkait ramai isu Gibran bakal menjadi cawapres Prabowo, beredar surat yang diduga ditulis Budayawan Butet Kertaredjasa untuk Presiden Jokowi. Butet menyebut, Gibran yang bakal dipasangkan dengan Prabowo disebutnya sebagai awal datangnya bencana moral.

Berikut isi lengkap surat pribadi Butet Kertaredjasa: 

Kepada yth

Pak Jokowi

Dengan salam,

Hari ini saya masih sedih. Hari Kamis lalu ketika mendengar isu panas politik Indonesia, diam2 saya menangis. Tapi, meskipun sedih, saya merasa masih punya harapan. Saya masih percaya ada mukjizat. Ada keajaiban. Semesta akan membimbing untuk menemukan yang terbaik untuk menyelamatkan Indonesia.

Sebagaimana “surat keprihatinan” yang diposting mas Goenawan Mohamad kemarin, suasana hati saya pun kira2 seperti itu. Saya sedih bukan tentang siapa capres yang terpilih kelak. Bukan itu.

Tapi, jika keputusan MK Senin ini menyebabkan mas Gibran berpasangan dengan Pak Prabowo, bagi saya ini awal datangnya bencana moral. Rakyat Indonesia bukan orang bodoh yang tak bisa membaca peristiwa. Rakyat punya kecerdasan “membaca” yang tersembunyi di balik semua itu. Saya sungguh tidak ingin legacy njenengan sebagai ‘role model’ pemimpin yang baik, akan rontok. Sejak 1998 kami berjuang untuk lahirnya seorang presiden yang pantas dijadikan contoh, jadi role-model, jadi barometer, jadi tauladan, yang bisa dimiliki bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya. Sekarang kami sudah memiliki, yaitu njenengan. Tinggal setahun lagi njenengan bekerja seperti kemarin2, kebanggaan itu akan abadi.

Saya tidak ingin mendikte njenengan. Apalagi menggurui. Tidak. Saya percaya njenengan punya pemikiran dan instink yang tajam, yang pada akhirnya bisa memberikan yang terbaik, memenuhi harapan kami yang bekerja di ranah kebudayaan. Dari tempat kami bekerja, saya hanya bisa mengingatkan selagi kesempatan itu masih ada.

Saya tidak berpartai, tidak punya power apa pun, kecuali dengan ikhlas membantu njenengan (dari jauh) demi kebaikan bersama. Bantuan yang hari ini bisa saya berikan ya itu tadi: ngelingke.

Mengingatkan.

Eling sangkan paraning dumadi.

Selalu waspada bahwa “melik kuwi nggendong lali”.

Pak Jokowi, demikian surat-pribadi saya (yang baru pertama kali). Semoga njenengan dilimpahi kesehatan jiwa-raga, ketajaman pikir dan keluasan imajinasi tak bertepi. Moga2 mukjizat itu benar2 terjadi. Semesta akan membimbing. Nuwun.

Butet Kartaredjasa

2 dari 2 halaman

Puisi Pedas Butet Kertaredjasa

Seniman Butet Kertaredjasa memang sejak dulu menjadi pendukung Jokowi. Hal itu dibuktikan dalam berbagai kesempatan, dirinya selalu vokal mendukung Jokowi, bahkan tidak segan-segan menyerang lawan politik Jokowi.

Misal belum lama ini, budayawan bernama lengkap Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa hadir dalam acara puncak perayaan Bulan Bung Karno 2023 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK).

Dalam kesempatan itu, Butet melantunkan puisi dengan salah satu baitnya yang menyebut ada sosok yang dibidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), namun berteriak langkahnya akan dijegal.

"Begitu lah kalau otaknya pandir. Pepes ikan dengan sambel terong, semakin nikmat tambah daging empal. Orangnya diteropong KPK karena nyolong, eeehhh lah koar-koar kok mau dijegal," tutur Butet di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Sabtu (24/6/2023).

Butet juga mengulas sosok yang dijagokan Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk maju Pilpres 2024. Namun kemudian, disusul kekhawatiran adanya presiden yang punya rekam jejak menculik.

"Jagoan Pak Jokowi rambutnya warna putih, gigih bekerja sampai jungkir balik. Hati seluruh rakyat Indonesia pasti akan sedih, jika kelak ada presiden hobinya kok menculik," jelasnya.

Selain itu, Butet juga menyindir sosok pemimpin yang diusung dengan mengutamakan politik transaksional.

"Ini yang terakhir, cucu komodo mengkerek kadal. Tak lezat digulai walaupun pakai santan. Kalau pemimpin modalnya cuma transaksional, dijamin bukan tauladan," kata Butet.