Sukses

Gelar Program Kuliah Sehari Bersama Praktisi, UNNES Gandeng Penerjemah Setkab RI

Kegiatan kuliah bersama praktisi mengajar jadi salah satu bentuk penerapan indikator kinerja utama pada kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM).

Liputan6.com, Semarang - Kegiatan kuliah bersama praktisi mengajar jadi salah satu bentuk penerapan indikator kinerja utama pada kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Ini seperti diyaratkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Tujuan dari kegiatan ini untuk memberikan pengetahuan yang mendalam dan wawasan yang luas kepada mahasiswa tentang topik atau subjek tertentu.

Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Semarang (UNNES) melalui Tim Penelitian Kelembagaan Program Studi Sastra Inggris, berkolaborasi dengan Penerjemah Ahli Muda dari Sekretariat Kabinet (Setkab) RI, mengadakan kuliah sehari bersama praktisi mengajar atau biasa disebut kuliah pakar.

Kegiatan ini salah satu agenda penelitian yang dilakukan Tim Penelitian Kelembagaan Program Studi Sastra Inggris dalam rangka meningkatkan kualitas kurikulum dan pembelajaran di Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Kuliah Bersama praktisi ini digelar Sabtu, 14 Oktober 2023, secara virtual melalui platform Zoom.

Total peserta yang hadir dalam acara ini berjumlah 160 peserta yang sebagian besar pesertanya mahasiswa Sastra Inggris UNNES.

Muhardi, S.S., Penerjemah Ahli Muda dari Sekretariat Kabinet (Setkab) RI, menjadi pembicara sekaligus praktisi mengajar dalam kuliah sehari untuk topik Translation dan Interpreting ini. 

Kuliah berlangsung dua sesi. Kuliah pertama untuk kelas Translation dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB. Sementara, sesi kedua untuk kelas Interpreting dimulai pukul 11.00 WIB sampai selesai.

Kuliah dibuka oleh moderator Thohiriyah, S.S., M.Hum. sekaligus dosen pengampu mata kuliah Translation dan Interpreting di Universitas Negeri Semarang (UNNES). Selanjutnya, sambutan-sambutan disampaikan Dr. Rahayu Puji Haryanti, M.Hum sebagai Koorprodi Sastra Inggris UNNES dan Fatma Hetami, S.S., M.Hum. selaku Ketua Tim Penelitian Kelembagaan Sastra Inggris Universitas Negeri Semarang (UNNES).

“Ini kesempatan yang baik bagi teman-teman untuk menimba ilmu seluas-luasnya dari praktisi. Kalau biasanya dari dosen yang disampaikan secara teoritis. Sekarang akan mendapatkan ilmu dan pengalaman dari pakar yang memang mengaplikasikan ilmu dalam praktik kegiatan penerjemahan,” ujar Dr. Rahayu Puji Haryanti, M.Hum dalam menyampaikan sambutannya.

Muhardi memberikan materi yang berfokus pada penerjemahan meliputi ideologi penerjemahan, masalah penerjemahan (Lexical Gaps dan Knowledge), serta teknik, dan metode penerjemahan.

Muhardi juga mengingatkan kepada para mahasiswa untuk mengikuti akun-akun berita internasional seperti, Al- Jazeera, The Economist, Voice, Vibe, CNN, dan BBC untuk melatih dan meningkatkan kemampuan menerjemahkan Bahasa Inggris.

“Teman-teman mahasiswa masih punya banyak waktu untuk men-skill up atau me-level up pengetahuan karena itu yang akan membedakan kalian dengan penerjemah di luar sana,” ujar alumni Program Linguistik Terapan Bahasa Inggris dari Universitas Birmingham, Inggris tersebut.

2 dari 2 halaman

Tips dan Trik dalam Penjurubahasaan

Pada sesi kedua yaitu kelas Interpreting, Muhardi menjelaskan tentang faktor utama penjurubahasaan meliputi profesionalisme, kemampuan, pengetahuan, dan bahasa.

Ia juga mengingatkan bahwa sebagai interpreter atau juru bahasa harus berfokus pada makna bukan kata. Makna ini nanti akan disampaikan melalui spoken words seolah-olah sedang mengobrol bukan sedang menerjemahkan.

Muhardi juga memberikan tips dan trik untuk meningkatkan kemampuan mencatat (Note-Taking) serta bagaimana menghasilkan penjurubahasaan yang baik.

Para mahasiswa yang mengikuti kelas pun sangat berantusias ketika diberikan kesempatan untuk membaca serta mengalihbahasakan salah satu dokumen pidato Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi.

“Saya juga merasakan tantangan yang saya selama ini sering hadapi dimana saya sebagai interpreter pun paham dengan konteks dari kalimat atau pun ucapan ini. Tapi, ada urge di dalam diri saya memakai parafrasa dengan bahasa saya sendiri. Mungkin jatuhnya seperti improvisasi,” kata Muhammad Iqbal, salah seorang peserta, yang kebetulan juga mengambil mata kuliah Interpreting di semester 5 ini.

Elfira Aura Karisma