Liputan6.com, Penajam Paser Utara - Hutan tropis yang terhampar di Desa Sukaraja ini membawa berkah. Berkat masyarakatnya yang mampu memelihara lingkungan dan menjaga dari penebangan hutan, desa ini dinilai tim Forest Carbon Partnership Facility-Carbon Fund (FCPF-CF) telah mampu memelihara lingkungan dalam rangka penurunan emisi karbon dunia.
Desa Sukaraja adalah bagian dari Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur yang termasuk dalam kawasan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
“Desa Sukaraja ini telah dilihat dunia memiliki kesadaran memiliharan lingkungan. menjaga hutan, tidak menebang pohon dan penjagaan hutan lainnya,” ujar Sub Koordinator Seksi Pelayanan Publik Diskominfo Kaltim Andi Abdul Razaq di Penajam, Senin (11/9/2023) lalu.
Advertisement
Baca Juga
Andi menambahkan, desa Sukaraja ini dilihat dunia ini memiliki kesadaran memiliharan lingkungan. menjaga hutan, tidak menebang pohon dan penjagaan hutan lainnya.
Hal itu membuat Pemprov Kaltim mendapatkan dana kompensasi penurunan emisi karbon dari Bank Dunia, yang kemudian disalurkan kepada delapan kabupaten dan kota, salah satunya Kabupaten Penajam Paser Utara.
Dana karbon ini dikeluarkan negara-negara maju di dunia untuk meminimalkan dampak perbuahan iklim atau climate change. Singkatnya, program ini merupakan kesepakatan berbagai negara untuk mengurangi emisi karbon dioksida dan keberadaan gas rumah kaca di atmosfer.
Dana yang dihimpun oleh Bank Dunia diberikan kepada Indonesia atas kompensasi dari searapan emisi karbon lewat pelestarian dan penjagaan hutan.
Andi Abdul Razaq mengatakan keberhasilan ini karena usaha dari masyarakat Desa Sukaraja, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
"Ini merupakan bukti kalau masyarakat Desa Sukaraja luar bisa dalam memelihara lingkungan, sehingga mendapatkan dana kompensasi penurunan emisi karbon dunia," terang Andi Abdul Razaq.
Karena keberhasilan ini, tim dari FCPF-CF memberikan kepercayaan dan menitipkan amanah untuk bertemu dengan masyarakat Desa Sukaraja, melakukan sosialisasi Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional-Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat (SP4N-LAPOR).
Kurangi Deforestasi
Pemprov Kaltim mendapatkan dana karbon melalui program Forest Carbon Partnership Facility - Carbon Fund. Pendanaan ini merupakan bentuk apreasiasi terhadap usaha pemerintah dan masyarakat di Kaltim dalam menjaga hutan, mengurangi laju deforestasi, dan masuk dalam dokumen perencanaan daerah jangka menengah.
Diskominfo Kaltim yang menjadi salah satu instansi penerima dana tersebut kemudian mengalokasikan untuk kegiatan sosialisasi sistem pelaporan pelayanan pengaduan publik yakni SP4N-Lapor. Kanal ini diharapkan bisa menjangkau masyarakat Indonesia di manapun berada terkait pelayanan publik, termasuk pengaduan ancaman bencana ekologis.
Harapannya, masyarakat desa bisa melaporkan langsung peristiwa yang menyangkut kerusakan lingkungan hidup di sekitar tempat tinggalnya. Cukup lewat aplikasi, warga bisa mengadukan dan tentu saja segera direspon oleh instansi terkait.
Melalui SP4N-Lapor, upaya menjaga kelestarian ekosistem hutan untuk mengurngi emisi karbon pun bisa dilakukan setiap individu masyarakat, baik di desa yang terpencil sekalipun.
Advertisement
Komitmen Untuk Tingkatkan Nilai Karbon
Sekretaris Kecamatan Sepaku Hendro Susilo sangat bersyukur atas Desa Sukaraja terpilih menjadi tempat sosialiasi SP4N-Lapor dari Diskominfo Kaltim. Apalagi di Kabupaten Penajam Paser Utara, hanya Kecamatan Sepaku yang terpilih.
“Kami sangat bersyukur sekali desa kami terpilih menjadi tempat sosialasasi ini. karena tidak semuanya dipercayakan. Desa Sukaraja dan Kecamatan Sepaku dipilih. Kita Berpeluang lebuh dahulu tentang informasi,” ujar Hendro Susilo.
Hendro Susilo menambahkan menjadi tanggung jawab bersama untuk memelihara lingkungan dalam rangka penurunan emisi karbon.
Untuk itu pihaknya membangun perencanaan kota dengan konsep menjaga ekosistem hutan dan menambah tanaman peneduh sehingga ada ada hutan tropis di Sepaku guna mendukung penurunan emisi karbon.
Keberhasilan Desa Sukaraja ini menjadi pekerjaan rumah Bersama untuk mempertahankannya. Apalagi ini selaras dengan perencanaan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang terdiri dari 70 persen hutan tropis.
Menurut Hendro nantinya hutan tanaman industri di wilayah ini akan dikembalikan menjadi hutan tropis. Sehingga memaksimalkan fungsi hutan dan mengembalikan kealamiannya.
“Saya optimis nantinya di Kecamatan Sepaku ini akan menghasilkan produk karbon yang sangat besar. Tanaman yang dulu adalah hutan produksi dikembalikan menjadi hutan tropis alami. Wilayah ini akan mendapatkan peningkatan bagi hasil dari perdangan karbon dunia,” ujarnya.