Sukses

Gandeng Pegiat Media Sosial, KPU Cegah Hoaks 'Kotak Suara Kardus'

Kotak pemilu berbahan dasar karton kedap air rupanya masih menjadi bahan perbincangan dan penyebaran berita palsu atau hoaks di masyarakat.

Liputan6.com, Sukoharjo - Beberapa bulan jelang hajatan lima tahunan, Pemilihan Presiden (pilpres) sudah banyak beredar berita-berita hoaks terkait hal itu, salah satunya pembahasan terkait kotak suara kardus yang terbuat dari karton kedap air.

Masih ditemukan warga yang mempercayai bahwa kotak suara kardus tersebut berbahan kardus seperti kardus pada umumnya yang mudah rusak ketika terkena air atau ditumpuk.

Anggota Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih Partisipasi Masyarakat dan Sumber Daya Manusia (SDM) KPU Sukoharjo, Suci Handayani mengatakan hoaks terkait kotak pemilu kardus menjadi pelajaran berharga ketika pelaksanaan pilpres 2019 silam.

Suci menyebut untuk menghindari adanya informasi menyesatkan seputar kotak pemilu kardus, diperlukan kerja sama dengan media massa.

"Kotak suara itu bukan kardus biasa, tapi terbuat dari karton duplex kedap air. Lebih efisien dan efektif," kata dia dalam acara media gathering media dan peran melawan hoaks, ujaran kebencian, dan SARA dalam pemilu 2024, Jumat (20/10/2023).

 

 

2 dari 2 halaman

Bahan Karton Duplex Kedap Air

Suci menjelaskan kotak suara tersebut tak hanya kedap air, tapi juga tidak mudah rusak ketika kotak tersebut harus ditindih beban berat. Ia berharap dengan informasi yang disampaikan media bisa meminimalisasi ketidaktahuan masyarakat terkait kotak suara 'kardus'.

"Kotak suara seperti yang digunakan saat pemilu 2019 dan pilkada 2020 sama dari karton duplex. Kami pernah menguji kekuatan kotak suara, tidak rusak dengan beban 166 kg (3 orang)," ungkap dia.

Sementara itu, peran media sosial menjadi salah satu penyebaran hoaks paling mudah lantaran peredaran informasi terkait kotak suara 'kardus' tersebut bermula dari sana. Suci menceritakan pada pemilu 2019 lalu hoaks terkait kotak suara kardus itu juga beredar di masyarakat melalui akun media sosial dan juga grup-grup whatsapp.

Menurutnya, pengalaman pada Pilpres tahun 2019 dan Pilkada 2020 pihaknya akan kembali menggandeng media dan juga pegiat media sosial (akun viral) untuk terus melakukan sosialisasi terkait kotak suara sehingga kotak suara 'kardus' tidak menjadi bahan perbincangan lagi.

"Lebih efisien karena bukan aset negara jadi setelah coblosan bisa dilelang (kotak suara). Rencananya kita akan menggandeng akun-akun media sosial dalam memberantas hoaks tentang kotak suara 'kardus' itu," dia memungkasi.