Liputan6.com, Jakarta - Beredar video viral di media sosial yang memperlihatkan seseorang yang mengklaim sebagai ahli waris tanah SDN 4 Anyer, melakukan tindakan kontroversial yakni menutup gerbang sekolah tersebut dengan tumpukan batu. Tindakan ini mengundang perhatian luas warganet dan pejabat setempat.
Saat ini, terungkap kondisi terbaru dari kasus sengketa tanah yang melibatkan SDN 4 Anyer. Sengketa tanah sekolah dasar yang berlokasi di Anyer, Banten ini telah berlangsung sejak Selasa (17/10/2023). Pihak ahli waris berbeda pendapat mengenai kepemilikan tanah tersebut dengan pemerintah setempat.Â
Pihak sekolah telah melaporkan hal ini pada pemerintah daerah untuk menyelidiki insiden tersebut guna mendapatkan keputusan dari klaim sepihak seseorang yang mengaku ahli waris tanah. Sementara itu, perdebatan terkait kepemilikan tanah di SDN 4 Anyer masih berlanjut, dan masyarakat setempat menantikan perkembangan kasus ini.
Advertisement
SDN 4 Anyer telah berdiri sejak tahun 1970-an. Selama ini, tidak pernah mengalami konflik terkait kepemilikan tanah, sehingga insiden ini bisa dikatakan terjadi secara mendadak. Yeti Kurniasih, Kepala SDN 4 Anyer, menceritakan kronologi penutupan sekolah yang dipimpinnya itu dengan tumpukan batu.
"Saat kejadian memang posisinya seusai jam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dan memang pada saat itu lagi ada ekstrakulikuler jadi di sekolah cuma ada beberapa guru dan beberapa murid saja, kemudian mereka disuruh keluar oleh penggugat dan gerbang langsung ditutup oleh batu," ujar perempuan 57 tahun itu, Selasa (24/10/2023).
Kondisi Saat Kejadian Berlangsung
Kepala sekolah menjelaskan bahwa pihak sekolah telah mengoperasikan lahan tersebut tanpa masalah selama bertahun-tahun, dan mereka sangat terkejut dengan tindakan tegas yang dilakukan oleh penggugat terkait tanah itu. Situasi ini telah menimbulkan ketidakpastian di antara staf sekolah, guru, dan murid, sementara mereka menunggu perkembangan lebih lanjut dalam sengketa ini.
Yeti menggambarkan perasaan siswa saat insiden tersebut. Menurutnya, siswa SDN 4 Anyer sangat kaget hingga menangis. "Pada saat itu yang dirasakan oleh murid perasaan sedih bahkan sampai menangis karena merasa kaget dengan tindakan yang tiba-tiba tersebut," dia menuturkan.
Saat ini, pihak sekolah telah melanjutkan kasus ini kepada pemerintah daerah setempat. Yeti mengutarakan, pihak sekolah akan fokus kepada siswa terkait keberlangsungan KBM selama kasus sengketa ini masih bergulir dan pemulihan trauma siswa sehingga tetap bersemangat ke sekolah.
"Untuk urusan tanah dan permasalahan yang terjadi, kami serahkan ke pemerintah daerah saja. Yang kita lakukan sekarang lebih ke menganjurkan guru-guru untuk memberikan semangat ke anak-anak untuk bersekolah, jangan sampai mereka yang berpikir dengan masalah ini," dia menegaskan.Â
Advertisement
Kondisi Terbaru
Diketahui, tumpukan batu tersebut sudah diangkut sejak Sabtu (21/10/2023) oleh warga sekitar. Yeti menegaskan bahwa pihak sekolah tidak terlibat dalam pengangkutan batu. "Pihak sekolah tidak ikut campur dalam permasalahan pengangkutan batu, setahu saya itu dari warga sekitar dan atas kemauan mereka dan tokoh masyarakat," dia mengungkapkan.
Kepala sekolah yang telah menjabat selama 3 tahun ini berharap bahwa kejadian itu tidak berdampak besar terhadap semangat anak-anak di SDN 4 Anyer dan berharap tidak ada tindakan yang lebih parah dari yang telah terjadi kemarin. Ia sangat mengharapkan agar segera mendapatkan keputusan dan kejelasan mengenai status kepemilikan tanah ini.
"Semoga situasi ini dapat segera diselesaikan dengan baik dan anak-anak tetap dapat fokus pada pendidikan mereka tanpa distraksi yang tidak perlu," dia menandaskan.