Liputan6.com, Blora - Di sekitar Pegunungan Kendeng sekarang, masih ada sekelompok masyarakat yang disebut sebagai Sedulur Sikep atau Orang Samin. Mereka adalah masyarakat yang masih menjaga sejumlah tradisi.
Sedulur Sikep atau orang Samin merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai sesepuh bernama Eyang Buyut Samin Surosentiko. Mereka kebanyakan tinggal di Pegunungan Kendeng dan sekitarnya, seperti Kabupaten Pati hingga Kabupaten Blora di Jawa Tengah.
Menurut Sugiartono, tokoh masyarakat Sedulur Sikep di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, di zaman penjajahan Belanda ada kelompok masyarakat bernama Wong Samin. Untuk mengelabui Belanda, Wong Samin itu mengubah identitas diri menjadi Sedulur Sikep.
Advertisement
"Samin itu ajaran Mbah Samin Surosentiko, makanya disebut Samin. Kalau Sedulur Sikep itu saudara yang merengkuh atau memeluk. Tapi kalau di Klopoduwur, bukan Eyang Samin, tapi Eyang Buyut Engkrek. Menurut cerita, Eyang Buyut Engkrak itu murid Eyang Samin," kata Sugiartono.
Pria berusia 57 tahun itu memaparkan orang Samin yang tinggal di Pegunungan Kendeng dan sekitarnya tetap mempertahankan tradisi hingga sekarang. Salah satunya adalah gaya bicara yang khas, yakni seperti ngeyel dan membantah.
Di masa lalu, gaya bicara yang khas ini tujuannya untuk melawan penjajah saat berdiplomasi. Permainan kata yang khas oleh Sedulur Sikep nyatanya mampu menjadi strategi yang membingungkan pemerintah kolonial. Dengan berpura-pura lugu dan berlagak bodoh, namun pada akhirnya mampu melawan ketidakadilan.
Saat ini, kebiasaan seperti itu masih sering kita temui, namun hanya guyonan. Selain gaya bicaranya, Sedulur Sikep juga dikenal dengan larangan untuk berdagang. Sugiartono pun membenarkan hal tersebut.
Kini, Orang Samin di Pegunungan Kendeng dan sekitarnya sudah terbuka terhadap dunia luar. Sejumlah kebiasaan Sedulur Sikep seperti dilarang berdagang, tidak mau sekolah, hingga tidak mau pernikahannya dicatat oleh Kantor Urusan Agama (KUA) perlahan-lahan kini sudah menghilang.Â
Sugiartono mengatakan sudah ada sekolah mulai TK, SD, hingga MTS di desanya. Beberapa orang pun kini sudah ada yang bekerja di kantor-kantor dan rumah sakit.
Itu artinya, Orang Samin yang berasal dari Pegunungan Kendeng dan sekitarnya sekarang tidak bisa lagi dipandang sebagai orang kuno. Mereka sudah melek dunia luar meski masih mempertahankan sejumlah tradisi unik.