Sukses

Cerita Petani Majalengka Lawan Inflasi dengan Sihir Teknologi

Penanaman ratusan pohon cabai menggunakan teknologi terkini itu merupakan bagian dari upaya menekan laju inflasi.

Liputan6.com, Cirebon - Ratusan pohon cabai merah tertata rapi di sebuah bangunan yang dirancang khusus untuk melindungi tanaman terhadap cuaca dingin atau panas ekstrem.

Siang itu, Tatang Karsono dan rekannya memeriksa satu per satu pohon cabai yang ditanamnya sejak medio 2023. Tatang memeriksa secara rinci pohon yang ada di green house hingga kondisi tanah.

"Kami mulai menanam cabai sejak bulan Juli untuk persiapan panen pada musim Nataru. Biasanya kan momen Nataru harga bahan pokok melambung salah satunya cabai," ujar Tatang, Selasa (17/10/2023).

Tatang Karsono merupakan salah seorang petani Desa Argalingga Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka. Ia tergabung dalam Kelompok Tani (Poktan) Mekar Mulya dan sekarang menjabat sebagai humas.

Ia bersama anggota poktan yang lain tengah sibuk fokus menanam cabai sebagai langkah konkrit mengatasi persoalan inflasi. Hasil tanaman cabai nanti, kata dia, akan dijual ke sejumlah pasar tradisional di wilayah Cirebon, Indramayu dan Majalengka.

"Cabai yang ada di Green House ada 886 pohon kami target 1 pohon panen 3 kg cabai sehingga nanti ketika memasuki momen Nataru bisa panen sekitar 2,6 ton. Penjualan kami dahulukan yang lokal dulu," ujar Tatang.

Diketahui, Poktan Mekar Mulya berdiri sejak 27 Oktober 2007 dan sudah meregenerasi. Pada perjalanannya, potkan Mekar Mulya ini resmi menjadi salah satu kelompok tani binaan Bank Indonesia (BI) Cirebon sejak 2018.

Ia mengatakan, penanaman ratusan pohon cabai tersebut sebagai bagian dari upaya menekan laju inflasi pada momen tertentu yang sudah menjadi tahunan. Selain menanam di green house, anggota poktan mekar mulya menggarap di lahan terbuka.

"Total lahan garapan di kelompok tani kami rata-rata per tahun 20-25 hektar dengan jumlah anggota 25 orang. Tapi kan ada yang kemampuannya setengah hektar dan lebih dari dua hektar," ujar Tatang.

2 dari 7 halaman

Digital Farming

Ia menjelaskan, di lahan terbuka, estimasi panen mencapai 8-9 ton per hektare. Jika dikalikan jumlah 20 hektare total 240 ton per tahun hasil panen garapan Poktan Mekar Mulya.

Ia mengatakan, sejak resmi dibentuk, hasil panen dari poktan Mekar Mulya mengalami perubahan signifikan. Apalagi, hadirnya BI Cirebon sebagai mitra binaan membuat produksi panen meningkat.

"Istilahnya banyak dibantu ya karena saya sendiri merasakan yang dulunya produksi 4 sampai 5 ton per hektar sekarang bisa sampai dua kali lipatnya. Kami dapat ilmu dari pelatihan bahkan diberi sentuhan teknologi yang sangat membantu petani," ujar dia.

Seiring perkembangannya, Poktan Mekar Mulya mendapat dukungan teknologi Internet of Think (IoT) untuk mengatasi masalah sehingga mampu meningkatkan produktivitas lahan. Teknologi tersebut untuk mengukur kadar NPK dalam tanah sebelum mulai memberi pupuk dan menanam.

Tatang mengaku, penerapan teknoligi digital farming yang dilakukan kelompok taninya mampu melakukan efisiensi biaya produksi satu kali tanam. Setelah menerapkan digital farming, Poktan Mekar Mulya mampu efisiensi 25 persen biaya produksi.

"Sebelum ada alat proses pemupukan jika diakumulasi satu pohon membutuhkan 50-70 gram dari mulai tanam sampai akhir. Karena sudah ada alat itu bisa mengurangi 50 sampai 60 gram, pengurangan sampai 25 persen efisien biar tidak terbuang sia-sia. Apalagi di tengah harga pupuk yang mahal dan subsidi pemerintah dikurangi," ujar dia.

Bahkan, selain efisian, penerapan digital farming juga memotivasi para petani untuk meningkatkan produksi. Hasil panen dianggap lebih banyak dibandingkan tidak menggunakan alat karena kebutuhan NPK nya cukup tidak kurang dan lebih.

"Kalau dulu mah menggunakan filling atau bahasa petani dengan tanaman saja," ujar dia.

3 dari 7 halaman

Leguci

Berbagai inovasi dalam upaya menjaga ketersediaan dan harga pasar pada komoditas cabai terus dilakukan. Para anggota Pokta Mekar Mulya juga melakukan diversifikasi produk olahan cabai.

Anggota poktan mekar mulya menyisihkan sekitar 10 persen dari hasil panen cabainya menjadi produk olahan. Seperti Abon Cabe dan Chilli Oil dengan nama brand Lereng Gunung Ciremai (Leguci).

"90 persen hasil panen dikirim sisanya diolah tapi itu juga kami seleksi cabai yang grade nya paling kecil dengan kualitas sama kami pilah dan diolah agar nilai jualnya lebih tinggi," ujar Tatang.

Tatang mengatakan, munculnya produk olahan cabai sejak Indonesia dilanda covid-19. Ketika itu, harga jual cabai turun drastis dan para petani cabai merugi.

Tatang bersama anggota pokta meminta BI Cirebon utnuk memfasilitasi membuat produk olahan cabai. Maka lahirlah dua produk hasil diversifikasi cabai abon cabe dan chilli oil Leguci.

"Alhamdulillah banyak peminat sehari produksi bisa sampai 50 botol abon cabe kalau chilli oil tergantung pesanan. Produk kami juga dijual ke kios di lokasi wisata dan marketplus lokal pasarmu.id," ujar dia.

Ketua Poktan Mekar Mulya Teguh Pratama mengatakan, produk olahan cabe menjadi salah satu pilihan praktis bagi beberapa konsumen. Teguh menyebutkan, omset penjualan dari produk leguci mencapai Rp 1,2 juta per hari.

Ia menyebutkan, istri anggota poktan yang memiliki peran dalam mengolah produak olahan cabai. Bahkan, kata dia, produk olahan cabai poktan mekar mulya ini sudah memiliki reseller yang ada di Jakarta.

"Biasanya sore para ibu-ibu datang ke workshop kami mengolah cabai yang akan dijadikan abon cabe dan chilli oil. Kami juga kerjasama dengan marketplace lokal pasarmu.id," ujar Teguh.

4 dari 7 halaman

Petani Milenial

Teguh yang sejak tahun 2022 menjabat sebagai ketua Poktan Mekar Mulya tersebut mengaku menjadi seorang petani millenial adalah keinginannya. Sebelum menjadi petani, Teguh pernah bekerja di perusahaan pestisida wilayah Cirebon dan Majalengka.

Namun, selama bekerja, Teguh mengaku tidak menemukan ketenangan dan jati dirinya sebagai anak petani. Teguh sendiri merupakan petani millenial lulusan Universitas Majalengka jurusan Agro Teknologi.

"Hampir satu tahun saya bekerja sejak saya lulus kuliah tapi sepertinya lebih bersemangat menjadi petani," ujar dia.

Kepemimpinan Teguh menjadi ketua kelompok tani menginspirasi anak petani lain untuk meneruskan warisan orang tua. Teguh menyebutkan, 80 persen anggota Poktan Mekar Mulya Majalengka saat ini adalah petani milenial.

Oleh karena itu, diharapkan kehadiran petani milenial di kelompok tani mekar mulya dapat membawa perubahan yang lebih baik. Termasuk pemanfaatan digital farming yang selalu berkembang di era digital.

"Hampir semua anggota poktan disini diteruskan kepada anaknya dan ini membuat saya semangat," ujar Teguh.

5 dari 7 halaman

Pendampingan

Kepala Unit FPPUKIS BI Cirebon Serlylita Dwi Laraswanti mengatakan, program pendampingan kepada beberapa klaster sektor pertanian untuk menjaga inflasi di wilayah kerja BI Cirebon. Ia mengaku, cabai merah menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi.

"Pendampingan kami harus end to end artinya dari hulu sampai hilir kami dampingi agar suplai terjaga dan harga bisa terjangkau. Mulai dari sisi budidaya smapai kepada penjualan termasuk ketika sudah panen kita perlukan stok untuk kondisi darurat seperti gerakan pasar murah yang harga jualnya dari petani langsung sementara pemerintah beri subsidi ongkos angkutnya," ujar Laras.

Dalam program pendampingan, BI selalu menargetkan agar kelompok tani mampu meningkatkan produktifitas. Menekan biaya produksi namun mampu mencapai hasil yang lebih tinggi.

Salah satunya dengan memberikan sentuhan teknologi IoT yang membantu petani di Klaste Mekar Mulya. Teknologi tersebut, kata Laras, terbukti membantu efisiensi biaya produksi petani dan meningkatkan produksi.

"Misal dulu petani mengeluarkan Rp 10 juta untuk satu kali usaha tani namun dengan adanya pendampingan dan sentuhan teknologi bisa ditekan menjadi Rp 6 juta tapi hasilnya lebih besar dibandingkan sebelumnya," ujar Laras.

Selain itu, BI Cirebon juga berperan membantu mengatur pola tanam kepada petani agar stok terjaga. Laras mengatakan, program diversifikasi produk cabai merah menjadi alternatif petani yang masih memiliki stok.

Cabai dengan grade tertentu diolah oleh ibu-ibu petani menjadi produk olahan abon cabai dan chilli oil. Produk olahan tersebut, diharapkan dapat memperluas akses pasar kelompok tani.

"Kami masuk ke dalam pengolahan, jika stok lagi banyak tak terjual habis maka harus diolah agar umur simpan cabai lebih lama dan tetap laku terjual. Dulu kadang petani kalau lagi panen dijual semua bahkan sampai harga jatuh dan petani rugi. Kalau memiliki kemampuan mengolah maka masih bisa menjaga stabilitas petani itu sendiri dan kita perlu pengendalian seperti itu serta mengedukasi masyarakat terkait produk olahan," ujar Laras.

6 dari 7 halaman

Sektot Hilir

Sementara itu, Konsultan UMKM BI Cirebon Diding Ismaya mengatakan, sentuhan digitalisasi kepada Poktan Mekar Mulya dianggap efektif. Bahkan teknologi IoT sudah direplikasi kepada klaster lain seperti bawang merah.

Ia menjelaskan, teknologi IoT dilatarbelakangi kondisi petani yang selama ini menggunakan filing setiap kali menanam. Petani jarang mendeteksi unsur hara dalam tanah menggunakan teknologi.

"Kalau dulu ya pakai bahasa petani dan tanaman sehingga pemberian pupuk asal tabur saja. Dengan IoT NPK ini petani dapat mengetahui tingkat unsur natrium, phospor dan kalium dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman," ujar Didin.

Ia menjelaskan, alat IoT NPK ditancapkan ke tanah untuk membaca data kebutuhan NPK dalam tanah. Pada fase generatif, biasanya tanah membutuhkan banyak pupuk dasar, pada fase vegetatif biasanya butuh penguatan ke buah, daun dan sebagainya.

"Kebutuhan itu semua terbaca di alat IoT ini dan nanti dari hasil identifikasi alat keluar kebutuhan kemudian dikirim oleh petani ke server yang sudah ada dan mendapat feedback berupa rekomendasi kebutuhan NPK tanah. Ini jatuhnya lebih efektif dan efisien dan sangat membantu bagi petani muda milenial," ujar di.

Bahkan, kata dia, alat tersebu bermanfaat bagi kelompok tani lain yang membutuhkan analisa NPK tanah. Poktan Mekar Mulya kerap kali membantu petani lain diluar kelompoknya.

7 dari 7 halaman

Inflasi

Sementara itu, di sisi hilir, hasil diversifikasi produk cabai petani dijual ke pasar digital. Produk olahan abon cabai dan chilli oil milik Poktan Mekar Mulya bekerja sama dengan marketplace Cirebon bernama Pasarmu.id.

"Masih banyak lagi inovasi yang dilakukan petani di sektor hilir karena pola dan sentuhan teknologi yang sudah diterapkan," ujar dia.

Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, Provinsi Jawa Barat mengalami inflasi m-to-m sebesar 0,11 persen dan inflasi y-on-y sebesar 2,35 persen. Sedangkan Nasional mengalami inflasi m-to-m sebesar 0,19 persen dan inflasi y-on-y sebesar 2,28 persen.

Pada September 2023 terjadi inflasi month to month (m-to-m) sebesar 0,18 persen dan inflasi year on year (y-on-y) sebesar 3,07 persen. Untuk Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 113,32.

Dari 7 kota pantauan IHK di Provinsi Jawa Barat, semua kota mengalami inflasi. Kota Cirebon mengalami inflasi m-to-m sebesar 0,18 persen dan inflasi y-on-y sebesar 3,07 persen, sementara IHK di Kota Cirebon sebesar 113,32.