Sukses

Literasi Keluarga Berbasis Digital Mobile, Cara Cerdas Bangun Masyarakat Literat

Diperlukan kolaborasi melalui platform yang terintegrasi dengan konten bacaan berkualitas dari mulai bunda mengandung.

Liputan6.com, Jakarta - Upaya peningkatan literasi keluarga memberi berkontribusi besar dalam mempersiapkan modal insani Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing. Penguatan literasi keluarga berbasis digital merupakan inovasi perluasan akses informasi dan pengetahuan dalam membangun kecerdasan dan karakter menuju Indonesia Emas 2045 melalui penyediaan e-book, tutorial, audio book melalui broadcast message notification dan platform digital access.

Koleksi literasi keluarga berbasis digital access dimasukkan ke dalam aplikasi BintangpusnasEdu dan titikbaca Perpusnas. Inovasi baru penguatan budaya literasi keluarga berbasis digital, merupakan perluasan akses layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial dalam mendukung peningkatan karakter serta keterampilan hidup.

"Ini perlu dilakukan berbagai upaya percepatan agar kualitas dan seluruh aspek pembangunan yang ada berjalan baik mengingat salah satu prioritas pembangunan dalam RPJMN 2020-2024, yaitu menyasar pada terwujudnya masyarakat berpengetahuan, inovatif, kreatif, dan berkarakter," jelas Deputi Bidang Pembangunan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Adin Bondar pada launching program dan talk show 'Penguatan Literasi Keluarga Berbasis Digital Mobile', Jumat, (27/10/2023).

Perpustakaan pada era disrupsi memiliki satu konsep baru, yakni transformasi perpustakaan. Konsep ini melihat manusia sebagai objek dan subjek pembangunan. Mengubah perpustakaan menjadi ruang belajar konstekstual, upskilling, dan berbagi pengalaman. Kini, sudah dua juta orang yang tersebar di 3.696 desa/kelurahan merasakan dampak transformasi perpustakaan.

"Kita akan terus ekspansi agar seluruh desa/kelurahan bisa menerima layanan perpustakaan. Masyarakat pun memiliki insight baru dalam peningkatan kualitas hidupnya," tambah Adin.

Dalam UU Perpustakaan, upaya penguatan kegemaran membaca difokuskan pada satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Namun, satuan keluarga dirasa Adin masih memerlukan penguatan. Maka itu, diperlukan kolaborasi melalui platform yang terintegrasi dengan konten bacaan berkualitas sejak fase bunda mengandung.

Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan salah satu tujuan pendidikan adalah selain mencerdaskan juga membentuk manusia jujur, berkarakter, dan cerdas. Dan itu juga mesti ditanamkan dalam keluarga.

"Tantangan saat ini adalah membentuk kesadaran keluarga bahwa literasi berperan dalam persaingan global dan Indonesia memainkan peran aktifnya di kancah internasional," ujar Syarif Bando.

Sementara itu, pada sesi talk show, Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso, mengatakan keluarga adalah unit terkecil di dalam masyarakat sekaligus wahana menanamkan nilai-nilai luhur yang dianut negara.

Salah satu dari pekerjaan rumah BKKBN adalah mewujudkan keluarga berkualitas. Jika komposisi penduduk usia dengan produktif adalah dua 2 berbanding 1 dengan yang tidak lalu disebut dengan bonus demografi. Apakah lantas menjadi kekuatan? Sukaryo menjawab tergantung dari kualitasnya.

"Jika benar, maka pantas disebut potensi demografi. Tapi, jika tidak, maka ini adalah bencana," urai Sukaryo Plt Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kementerian PP-PA Rini Handayani mengatakan populasi jumlah anak saat ini mencapai yakni 29,2% atau 79,4 juta jiwa dari total penduduk Indonesia.

"Investasi terpenting yang berharga suatu bangsa adalah sumber daya manusianya, dan ini dimulai dari usia anak-anak. Karena angka 79,4 jiwa adalah angka yang signifikan," tutur Rini.

Maka itu, peran keluarga dalam mencerdaskan bangsa krusial. Delapan jam aktivitas keseharian anak di keluarga, pendidikan dan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama.

"Anak berhak mendapatkan informasi dan pengasuhan yang layak agar tumbuh berkembang sehingga tujuan Indonesia Emas terpenuhi," tambah Rini.

Sementara itu, Widyaiswara Utama dari Lembaga Administrasi Negara (LAN) Srie Agustina mengakui bahwa budaya literasi diperlukan untuk membangun generasi unggul berkualitas dan berkarakter. Sumber daya manusia hanya beri manfaat maksimal apabila diolah oleh manusia unggul. Oleh karena itu diperlukan strategy delivery yang tepat dari sisi content (konten), context (konteks), dan connect (keterkaitan). Namun, perlu pengkajian secara kuantitatif adakah hubungan antara literasi dengan pembangunan ekonomi yang berujung kesejahteraan?

"Sejauh apa kontribusinya, meski banyak cerita sukses dari keberhasilan inklusi sosial dari perpustakaan," urai Srie.

 

2 dari 2 halaman

Membentuk Masyarakat Literat

Sedangkan pegiat literasi Maman Suherman mengatakan, keberhasilan literasi adalah membentuk masyarakat literat. Dari suatu penelitian disebutkan negara-negara yang rendah tingkat korupsi justru dialami oleh negara-negara yang literat, seperti Finlandia, Norwegia, Swedia, Denmark, dan Selandia Baru. Pun, ukuran negara-negara paling bahagia di muka bumi juga negara-negara tersebut.

Yang menarik menurutnya, jangan membatasi anak dengan platform digital. Ini adalah terobosan. Siapa yang bisa batasi anak dengan digital saat ini. Bahkan, Maman berseloroh, bisa dikatakan bahwa anak yang lahir akan langsung mempunyai dua kewarganegaraan, yakni warga negara Indonesia dan warga net.

"Persoalan bukan pada platform tapi bagaimana mengisi platform tersebut," ucap Maman. Founder Read A Loud Roosie Setiawan mengatakan literasi secara umum belum popular. Apalagi literasi keluarga. Jadi, memerlukan sosialisasi karena tidak ada manusia yang lahir langsung literat.

"Kita perlu menciptakan generasi literat yang membutuhkan proses panjang dan sarana yang memadai. Platform yang diluncurkan Perpusnas bisa menjadi sarana yang memadai," pungkas Roosie

Pada 2045 Indonesia akan memasuki usia seabad. Di saat yang sama Indonesia menikmati bonus demografi. 84 juta anak yang merupakan modal bangsa.

"Tinggal bagaimana kita menyusun program strategis yang menggiring mereka menjadi manusia unggul," katanya.

Penguatan literasi harus dilakukan sejak dini. Oleh sebab itu, keluarga harus menjadi pranata sosial dan pendidikan pertama bagi anak agar kesadaran kognitif dapat terbentuk sejak awal dari masa pertumbuhan motoric, kognitif, emosional, psikososiali, spiritual yang dapat dipersiapkan sejak anak dalam kandungan serta terbentuknya kesadaran orang tua sebagai role model terhadap tumbuh kembang anak.