Sukses

Teknologi Terdepan untuk BBM Subsidi Tepat Sasaran

Teknologi dan digitalisasi kini menjadi kunci dalam pendistribusian bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Hal itu supaya tepat sasaran dan meminimalisir penyalahgunaan.

Liputan6.com, Jambi - Sore yang ramai, Insan (26) datang tepat waktu. Bersama mobil yang dikemudikannya, dia antre menunggu giliran isi solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang berada di Jalan Lingkar Barat, Bagan Pete, Kota Jambi. Tak lupa ia selalu menyiapkan barcode sebagai bukti kendaraannya terverifikasi dan sah untuk mendapatkan bahan bakar subsidi.  

“Saya harus isi solar sore ini, karena besok pagi harus bawa mobil ini ngantar tamu ke daerah,” kata Insan kepada Liputan6.com, Rabu (27/09/2023).

Setelah antre sekitar satu jam, tibalah gilirannya untuk mengisi. Di samping kiri dispenser pengisian, mesin kendaraannya ia matikan. Dia turun dari mobilnya, lalu menyodorkan barcode kepada petugas.

Tanpa menunggu lama, seorang petugas SPBU langsung memindai barcode dengan sebuah alat scanner. Dari hasil memindai barcode itu, petugas kemudian mencocokan data kendaraan dan mengecek plat kendaraan. Setelah data klop baru kemudian solar diisi.

“Isi berapa?”

“60 liter mas,” Insan menjawab petugas SPBU itu.

Lalu petugas itu menyodorkan nozzle ke mulut tanki kendaraan Insan. Setelah penuh, Insan beranjak keluar SPBU memacu kendaraan tuanya keluaran tahun 1990-an dengan senyum semringah.

Sebagai seorang relawan di Kota Jambi, Insan hakul yakin kendaraan tuanya itu layak mendapatkan solar subisdi. Dan sebelum itu ketika meregistrasi kendaraannya pun ia tidak menemui masalah.

Sejak saat ini pun, ia mesti antre untuk mendapatkan bahan bakar solar. Saat ini meski pengisian bahan bakar di SPBU dibatasi oleh sistem barcode, dia mengaku tak sulit mendapatkan solar. Hanya saja antrenya yang memakan waktu.

“Sejak ada pembatasan itu kalau solar di SPBU enggak sulit (carinya). Cuma antrenya yang panjang. Biasanya ada jam-jamnya pagi sama sore antrenya udah panjang,” kata dia.

Kini PT Pertamina (Persero) telah melakukan pembatasan pembelian BBM subsidi di SPBU. Hal ini sesuai dengan Perpres No. 191 Tahun 2014 dan Surat Keputusan BPH Migas No. 04/P3JBT/BPH MIGAS/KOM/2020.

Untuk mendukung program subsidi tepat sasaran ini, Pertamina juga telah menuntaskan digitalisasi SPBU. Digitalisasi yang ujung tombaknya teknologi itu adalah sistem monitoring distribusi dan transaksi penjualan BBM di setiap SPBU secara real-time.

Selain dapat memantau transaksi penjualan, sistem tekonologi itu juga untuk meningkatkan standar layanan dan operasional. Melalui sistem tekonolgi digitalisasi ini, Pertamina bisa memantau kondisi stok dan penjualan BBM, hingga transaksi pembayaran di SPBU serta pengelolaan penyaluran BBM bersubsidi.

Dampak lain digitalisasi SPBU adalah pembatasan transaksi sesuai kuota per kendaraan per hari. Dalam ketentuannya, pembatasan tersebut antara lain untuk kendaraan roda empat pribadi dibatasi maksimal hingga 60 liter per hari. Sedangkan untuk angkutan umum orang atau barang roda empat sebanyak 80 liter per hari, kemudian untuk angkutan umum roda enam sebanyak 200 liter per hari.

Di Provinsi Jambi sendiri pembatasan pembelian telah diberlakukan pada Febuari 2023. Pertamina mewajibkan konsumen harus memiliki barcode yang terdaftar di aplikasi MyPertamina agar penyaluran BBM subsidi lebih tepat sasaran.

Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) mencatat hingga Oktober 2023 jumlah kendaraan yang terdaftar dan telah diverifikasi dalam program Subsidi Tepat di wilayah Sumbagsel mencapai 579.980 unit kendaraan.

Dari jumlah ini di antaranya; Provinsi Sumatra Selatan sebanyak 148.783 unit, Lampung (156.687 unit), Jambi (92.755 unit), Bengkulu (95.756 unit), Bangka Belitung (87.199 unit).

 

2 dari 4 halaman

Konsumsi BBM Subsidi Turun

Sejak diujicobakan di wilayah Jambi pada Februari 2023, implementasi digitalisasi secara menyeluruh (full sycle) program BBM Subsidi Tepat untuk pembelian Jenis BBM Tertentu (JBT) telah membuahkan hasil.

Melalui program ini, Pertamina mengklaim bahwa penyaluran BBM subsidi, khususnya jenis solar jadi lebih tepat sasaran. Indikasi itu terlihat dari menurunnya angka konsumsi jenis bahan bakar diesel CN 48. Bahkan penurunannya hingga 15 persen.

“Sejak penerapan full cycle pogram subsidi tepat di Jambi untuk konsumsi harian BBM jenis Bio Solar wilayah Jambi mengalami penurunan sekitar 15 persen dibanding rata-rata harian sebelumnya,” kata Area Manager Communication, Relation & CSR Pertamina Regional Sumbagsel, Tjahyo Nikho Indrawan melalui keterangan tertulisnya.

Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel mencatat, saat ini rata-rata harian konsumsi BBM pada bulan Januari-September 2023 jenis Gasoline di wilayah Sumatera Selatan sebesar 2.610 kiloliter (KL) per hari dan Gasoil sebesar 1.765 KL per hari. 

Sementara untuk rata-rata harian konsumsi BBM jenis Gasoline di wilayah Lampung 2.443 KL per hari dan Gasoil sebesar 2.220 KL per hari. Untuk wilayah Jambi BBM jenis Gasoline sebesar 1.341 KL per hari dan Gasoil sebesar 898 KL per hari.

Sedangkan konsumsi di wilayah Bengkulu BBM jenis Gasoline sebesar 749 KL per hari dan Gasoil sebesar 302 KL per hari. Kemudian di wilayah Bangka Belitung untuk BBM jenis Gasoline sebesar 1.058 KL per hari dan Gasoil sebesar481 KL per hari.

“Saat ini, Pertamina telah menerapkan teknologi digitalisasi di SPBU wilayah Sumbagsel, dan telah menerapkan uji coba full cycle Subsidi Tepat untuk BBM jenis Pertalite dan Biosolar,” kata Tjahyo.

Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel terus berupaya memastikan penyaluran BBM subsidi secara tepat sasaran dan sesuai dengan peruntukannya. Tjahyo mengajak para konsumen agar segera mendaftarkan kendaraannya. Hal itu supaya masyarakat bisa mendapat BBM subsidi tepat sasaran jenis Solar dan Pertalite, selama itu memenuhi syarat.

Program Subsidi Tepat ini kata Tjahyo, bertujuan untuk mendata kendaraan yang menggunakan BBM Bersubsidi. Dia mengatakan, melalui pendataan ini diharapkan penyaluran BBM bersubsidi dapat lebih termonitor dan mencegah kecurangan atau penyalahgunaan di lapangan.

Selain itu, Pertamina terus mendorong masyarakat untuk mendaftarkan kendaraannya melalui laman subsiditepat.mypertamina.id untuk mencegah penyalahgunaan data dari orang yang tidak bertanggungjawab.

Pada September 2023, Pertamina Regional Sumbagsel memberikan sanksi kepada 1.771 kendaraan di Provinsi Jambi karena melakukan penyalahgunaan BBM subsidi. Kendaraan yang diberi sanksi itu semua adalah kendaraan operasional tambang. Adapun sanksi yang diberikan yakni pemblokiran QR Code.

“Kami terus bersinergi dengan berbagai pihak dalam rangka pengawasan agar BBM subsidi dapat diterima oleh masyarakat yang berhak dan memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,” ucap Tjahyo.

Sementara itu, Warga Kota Jambi Misno berharap harus ada aturan tegas untuk program BBM subsidi ini. Menurut dia, masyarakat perlu diedukasi soal bagaimana pentingnya pengunaan BBM subsidi harus tepat sasaran. “Dan juga harus ada aturan yang bisa mencegah orang kaya memberi BBM subsidi,” kata Misno.

 

3 dari 4 halaman

Teknologi Digitalisasi di Hulu-Hilir

Era industrialisasi dan perkembangan teknologi turut mempengaruhi kondisi energi saat ini. Sehingga, bila tidak segera diimbangi dengan penguasaan teknologi, maka sektor energi akan semakin rentan.

Pertamina--perusahaan plat merah yang bergerak dibidang energi kini terus mengoptimalkan bisnis dan prosesnya telah mengedepankan teknologi digitalisasi. Bukti keseriusannya dituangkan dalam agenda Pertamina Digital Expo.

Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengatakan Pertamina Digital Expo merupakan bagian dari respon Pertamina terhadap kondisi industri energi saat ini yang ditandai dengan volatilitas dan kerentanan tinggi. Respon ini terkait erat dengan visi Pertamina untuk menjadi perusahaan energi nasional berkelas dunia berbasis digitalisasi.

“Digitalisasi menjadi kunci penggerak ketahanan energi nasional salah satunya dengan membentuk sub holding dan service portofolio anak perusahaan yang andal dan kuat dan terintegrasi secara digital,” kata Fadjar dikutip melalui siaran pers Pertamina di Jambi, Sabtu (28/10/2023).

Guna mewujudkan bisnis yang lebih agresif dan efisien, Pertamina juga mengoptimalkan kinerja operasional dengan memperkuat teknologi digitalisasi dalam berbagai aspeknya dan dari berbagai sektor hulu hingga hilir.

Direktur Penunjang Bisnis Pertamina, Erry Widiastono dikutip melalui siaran persnya menjelaskan, optimalisasi digital ini akan mendukung pencapaian target operasional maupun efisiensi keuangan.

Di sektor hulu, kata, pemanfaatan teknologi digital dilakukan pada alur bisnis sejak awal hingga akhir (end-to-end process). “Supply chain yang dilakukan saat ini telah memanfaatkan teknologi digital. Tujuannya untuk meningkatkan lifting migas, memitigasi unplanned shutdown dan loss production,” ucap Erry.

Di sektor pengolahan dan petrokimia, peran digitalisasi dimanfaatkan untuk manajemen infrastruktur proyek, pengelolaan minyak mentah, pengelolaan produk, dan pengelolaan kilang.

Adapun untuk sektor pemasaran dan distribusi, Pertamina telah menjalankan digitalisasi SPBU, salah satunya melakukan otomasi pemesanan dan monitoring pengiriman BBM sehingga ketersediaan stok BBM di SPBU lebih terjamin.

Selain itu, transformasi digital juga diterapkan pada aspek terkecil seperti pengaturan dinas pekerja Pertamina. Saat ini, aktivitas perjalanan dinas untuk 35 ribu pekerja Pertamina group dapat dimonitor secara real time oleh manajemen menggunakan aplikasi digital travel management, sehingga terlihat transparansi dari aktivitas masing-masing pekerja

"Untuk mendukung  kompetensi SDM dalam pemanfaatan teknologi ini, Pertamina memiliki komunitas MITA (Pertamina Digital) sebagai upaya untuk meningkatkan peran digital di dalam perusahaan," kata Erry.

 

4 dari 4 halaman

Digitalisasi Bikin Hemat

Implementasi teknologi digitalisasi membuah hasil manis bagi perusahaan. Kinerja keuangan PT Pertamina (Persero) semakin gemilang berkat digitalisasi yang terintegrasi dari hulu hingga hilir dan mampu melakukan penghematan atau cost optimization sampai US$ 3,273 Juta atau sekitar Rp48,7 triliun (kurs Rp14.900 per dollar AS) selama periode 2021-2022.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkapkan, Pertamina Group memiliki banyak anak perusahaan dan afiliasi. Sehingga, digitalisasi menjadi peran kunci untuk mengelolanya secara terintegrasi. Pada periode 2022, dengan pemanfaatan teknologi, sektor hulu Pertamina mampu meningkatkan lifting migas sebesar 15 persen dan produksi migas hingga 8 persen.

“Kami memiliki sekitar 65 blok dengan 27 ribu sumur yang harus dimonitor setiap hari. Tidak mungkin kalau tidak dilakukan secara digitalisasi yang terintegrasi dari hulu ke hilir,” kata Nicke dalam Media Briefing Pertamina di Jakarta, Selasa (6/6/2023).

Sementara dalam lini bisnis pengolahan, Pertamina juga mampu meningkatkan kenaikan intake sebesar 6 persen dan yield valuable 2 persen. Melalui digitalisasi, dapat dilakukan predictive maintenance untuk mencegah unplanned shutdown dan pemeliharaan kilang makin optimal.

“Kami harus memastikan kilang beroperasi sesuai rencana. Dari database dan artificial intelligent kami dapat mengetahui jika ada kerusakan pada kilang,” ujarnya.

Sedangkan untuk di sektor hilir, khususnya digitalisasi SPBU Pertamina menerapkan minimum inventory stok BBM tanpa mengurangi ketersediaan produk BBM untuk masyarakat. Hal ini sangat membantu dalam pengelolaan keuangan.

“Sepanjang kami jaga dan monitor betul agar tidak terjadi kelangkaan, sehingga uang yang tersimpan dalam inventory dapat dikurangi. Kami atur betul inventory setiap SPBU seperti apa,” tambahnya.

Nicke menambahkan digitalisasi juga berhasil mengurangi losses dan penyalahgunaan BBM dan LPG bersubsidi. Dengan data, mereka dapat memitigasi terjadinya penyelewengan sehingga akan lebih mudah diatasi.

Digitalisasi, menurut Nicke, saat ini dapat mengubah model operasional atau cara bekerja. Akhirnya dapat memberikan value dalam bentuk cost optimization yang meliputi cost efficiency, cost avoidance, dan revenue enhancement.

“Tiga hal ini pada dua tahun terakhir (2021-2022) nilainya mencapai US$3,27 miliar. Cost optimization ini menjadi penyumbang terbesar dari peningkatan kinerja Pertamina untuk tahun 2022,” kata Nicke dikutip melalui siaran pers Pertamina.