Liputan6.com, Yogyakarta - Penelitian terbaru dikaitkan dengan penurunan jumlah sperma dan konsentrasi sperma yang rendah. Para peneliti dari University of Geneva (UNIGE) menemukan perbedaan 21 persen dalam hal konsentrasi sperma pada mereka yang sering menggunakan gawai dibandingkan tidak menggunakan atau tidak sering menggunakan.
Melansir Daily Record, Rabu 1 November 2023, penelitian ini ditinjau dari aspek dampak radiasi elektromagnetik yang dipancarkan dari ponsel. Namun perlu diketahui, jika penurunan kualitas sperma juga dipengaruhi faktor lingkungan dan gaya hidup.
Menariknya, jika kebanyakan orang beranggapan posisi penempatan ponsel, misalnya di saku celana sangat berpengaruh terhadap penurunan sperma, ternyata menurut peneliti tersebut adalah keliru.
Advertisement
Baca Juga
Dalam studi ini, peneliti menemukan bahwa konsentrasi sperma jauh lebih tinggi pada sampel yang tidak menggunakan ponsel mereka lebih dari satu kali per minggu - dengan konsentrasi sperma 56,5 juta per mililiter - dibandingkan dengan mereka yang menggunakan ponsel mereka 20 kali per hari atau lebih-44,5 juta per mililiter.
Hasil tersebut merupakan penelitian dari 2.886 pria Swiss berusia 18 hingga 22 tahun, yang direkrut antara 2005 dan 2018 di enam pusat wajib militer.
"Para pria menyelesaikan kuesioner terperinci terkait kebiasaan gaya hidup mereka, status kesehatan umum mereka, dan lebih khusus lagi frekuensi mereka menggunakan ponsel, serta di mana mereka meletakkannya saat tidak digunakan," kata Serge Nef, Professor Department of Genetic Medicine and Development di UNIGE Faculty of Medicine and at the SCAHT (Swiss Centre for Applied Human Toxicology).
Hasil penelitian terbaru, yang dicatat antara 2008-2011 dan 2012-2018, menunjukkan bahwa jaringan 4G untuk ponsel saat ini tidak lebih berbahaya dibandingkan jaringan 2G.
"Studi sebelumnya yang mengevaluasi hubungan antara penggunaan ponsel dan kualitas air mani dilakukan pada sejumlah kecil individu, jarang mempertimbangkan informasi gaya hidup, dan telah mengalami bias seleksi saat mereka direkrut di klinik kesuburan. Hal ini menyebabkan hasil yang tidak meyakinkan," ucap Rita Rahban, peneliti senior Department of Genetic Medicine and Development Faculty of Medicine di UNIGE and at the SCAHT.
Penelitian ini juga menemukan bahwa penempatan ponsel, misalnya apakah perangkat disimpan di saku celana atau tidak, tidak terkait dengan parameter air mani yang lebih rendah.
"Namun, sejumlah orang dalam kelompok ini yang menunjukkan bahwa mereka tidak membawa ponsel yang didekatkan pada tubuh mereka terlalu kecil untuk menarik kesimpulan yang sangat kuat tentang hal ini", ujar Rita Rahban.
Kualitas sperma secara keseluruhan ditentukan oleh berbagai faktor antara lain, konsentrasi sperma, jumlah sperma total, dan morfologi sperma.
Lebih dari Satu Tahun
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seorang pria kemungkinan membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk bisa memiliki seorang anak, jika konsentrasi spermanya 15 juta per mililiter atau kurang.
Para peneliti merujuk penelitian sebelumnya telah menunjukkan kualitas air mani telah menurun selama lima puluh tahun terakhir. Fenomena ini dianggap sebagai hasil dari kombinasi faktor lingkungan, termasuk bahan kimia, pestisida dan radiasi, dan kebiasaan gaya hidup seperti pola makan, alkohol, stres, dan merokok.
Terlepas dari temuan tersebut, yang diterbitkan dalam jurnal Fertility and Sterility, para ahli mengatakan tidak ada alasan untuk khawatir.
Chief Scientific Officer of The Care Fertility Group Alison Campbell mengatakan, studi ini menarik dan baru, dan sudah seharusnya tidak menimbulkan kekhawatiran atau perubahan drastis dalam kebiasaan.
"Pria yang ingin memiliki momongan, atau ingin meningkatkan kesehatan sperma mereka harus berolahraga (tetapi tidak kepanasan di daerah selangkangan), makan makanan yang seimbang, menjaga berat badan yang sehat, menghindari merokok dan membatasi alkohol, dan mencari bantuan jika mereka mengalami masalah saat hamil,” ujar Alison Campbell.
(Taufiq Syarifudin)
Advertisement