Sukses

Jejak VOC di Kopi Pinogu, Kopi Organik Bone Bolango yang Melegenda

Konon menurut cerita yang beredar, kopi jenis robusta dan liberika khas pinogu sudah ada sejak era VOC Belanda. Kopi Pinogu tumbuh liar di dalam hutan dataran tinggi.

Liputan6.com, Gorontalo - Untuk warga Gorontalo, mungkin sudah tidak asing lagi dengan Kopi Pinogu. Seperti namanya, kopi tersebut tumbuh di tanah Kecamatan Pinogu, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol).

Konon menurut cerita yang beredar, kopi jenis robusta dan liberika khas Pinogu sudah ada sejak era VOC atau Belanda. Kopi Pinogu tumbuh liar di dalam hutan dataran tinggi.

Untuk mencapainya setidaknya dibutuhkan perjalanan delapan jam menembus hutan di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Ribuan pohon kopi itu ditanam dan tumbuh secara alami tanpa menggunakan pupuk atau pestisida.

Itulah mengapa, jika cita rasa kopi khas Pinogu masih menjadi primadona di tanah serambi madinah. Tidak hanya  di Gorontalo, pemasaran kopi pinogu saat ini sampai ke luar negeri.

Animo masyarakat terhadap Kopi Pinogu tak hanya dipengaruhi oleh cita rasanya yang khas. Aromanya lebih harum dibandingkan kopi lain pada umumnya, membuat kopi ini jadi buruan para pecinta kopi.

Selain itu, Kopi Pinogu memiliki karakteristik rasa seperti buah ceri dengan tingkat keasaman yang sedang. Sehingga rasanya tak terlalu pahit serta aman di lambung.

"Kopinya enak sekali, rasanya pas meskipun diracik menjadi kopi susu atau racikan lain. Lebih nikmat dibuat menjadi es kopi," kata Darwis Deu salah satu pecinta kopi yang mengunjungi Kecamatan Pinogu.

 

Simak juga video pilihan berikut:

2 dari 3 halaman

Sejarah Kopi Pinogu

Menurut Cerita, Kopi Pinogu dibawa dan dikembangkan pemerintah Belanda pada 1875. Kala itu Belanda membawa jenis kopi Liberika untuk ditanam di daerah Pinogu.

Namun langkah Belanda itu mendapat perlawanan oleh Pemerintah Kerajaan Suwawa. Sehingga pengembangan Kopi Liberika yang ditanam Belanda saat itu tak berlanjut. 

Meski begitu, hasil produksi Kopi Liberika di Pinogu saat itu sempat dibawa kembali pemerintah Belanda (1890-1948) dan menjadi favorit Ratu Belanda Wilhelmina.

Pada 1970, pemerintah daerah kemudian berupaya membudidayakan kopi jenis robusta di wilayah itu. Budidaya Kopi Robusta secara organis terus dilakukan hingga sekarang. 

Dinas Pertanian Bone Bolango mencatat, saat ini lahan kebun robusta di Pinogu mencapai 225 hektare, tersebar di lima desa, yakni Pinogu induk, Pinogu Permai, Tilongkabila, Bangiyo, dan Dataran Hijau.

Salah seorang petani kopi sekaligus penggiat kopi asal Pinogu, Nurdin Maini menceritakan, kopi jenis Liberika ditanam di tanah Sinondoo (tanah tak bertuan), yang berada di kawasan hutan dan jauh dari pemukiman penduduk Pinogu. 

"Kalau robusta banyak. Kalau liberika saat ini produksinya sangat kurang," kata Nurdin.

3 dari 3 halaman

Kecamatan Pinogu

Pinogu merupakan sebuah kecamatan terluas di Kabupaten Bonebol. Kecamatan ini merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Suwawa. Pada masa silam di Kecamatan Pinogu berdiri Kesultanan Suwawa pada 500 tahun yang lalu.

Selain dikenal dengan tanah leluhur, Pinogu juga terkenal dengan kopi pinogu yang khas. Selain komoditi kopi yang berlimpah, komoditi lain seperti beras dan jagung organik juga dihasilkan dari kawasan ini.

Untuk pergi ke Pinogu terdapat dua alternatif transportasi ke daerah itu. Berjalan kaki dan menyewa jasa ojek dengan motor yang sudah dimodifikasi khusus. Sementara kendaraan roda empat sama sekali tak bisa melintas.

Jika ingin berjalan kaki ke Pinogu, dibutuhkan waktu selama 8 jam dengan melintasi belantara hutan. Waktu tempuh bisa lebih lama jika pejalan kaki banyak beristirahat selama perjalanan.

Sementara untuk naik ojek, transportasi alternatif satu-satunya bila ingin tiba lebih cepat ke Pinogu. Namun, tarif sewa ojek tersebut terbilang cukup mahal.

Sulitnya medan yang harus ditempuh membuat ongkos ojek mencapai Rp 700 ribu hingga Rp800 ribu untuk biaya pulang pergi. Tentu kondisi ini sudah dirasakan warga Kecamatan Pinogu selama puluhan tahun.