Liputan6.com, Yogyakarta - Hari Pahlawan diperingati pada 10 November setiap tahun. Sejarah hari pahlawan berawal dari pertempuran di Surabaya pada 1945.
Perang ini melibatkan antara tentara sekutu berstatus sebagai pemenang Perang Dunia II dan para pejuang di Surabaya. Secara umum perang Surabaya dibagi menjadi dua tahap.
Pertama, pertempuran tiga hari berlangsung 28 hingga 30 Oktober 1945 dan kedua, pertempuran 10 November 1945. Dalam pertempuran tiga hari, pejuang dan Arek-arek Suroboyo menang.
Advertisement
Sekutu yang terdesak meminta Soekarno menyerukan gencatan senjata. Namun saat perundingan gencatan senjata perwira Inggris, Brigadir Jenderal AWS Mallaby tewas dalam insiden di Jembatan Merah.
Baca Juga
Sekutu terlebih Inggris murka dan memberi ultimatum agar pejuang di Surabaya menyerahkan diri paling lambat pukul 06.00 WIB tanggal 10 November 1945. Namun, ultimatum ini tidak digubris para pejuang.
Pertempuran 10 November 1945 pecah. Sekutu menargetkan dalam tiga hari Surabaya bisa dikuasai. Namun perlawanan para pejuang berlangsung sengit.
Alhasil, sekutu baru bisa mengalahkan dan memukul mundur para pejuang keluar Surabaya pada hari ke-21. Pertempuran di Surabaya dinyatakan selesai.
Meski begitu, para pejuang masih sering melakukan serangan skala kecil pada sekutu di Surabaya. Dalam pertempuran ini, setidaknya ada 20.000 orang dari pihak Indonesia gugur dan 1.500 dari pihak Sekutu.
Selain itu, diperkirakan 150.000 orang terpaksa meninggalkan Kota Surabaya. Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945 merupakan salah satu pertempuran besar dan tersulit yang pernah terjadi dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
Presiden Soekarno menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan untuk mengenang semangat perjuangan para pahlawan Indonesia saat itu. Hari Pahlawan ditetapkan melalui Keppres Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.
Sejak saat itu, Hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November dan Kota Surabaya dikenang sebagai Kota Pahlawan.