Liputan6.com, Bandung - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengaku persediaan beras per 7 November 2023 mencapai 87 ribu ton.
Menurut Bey, jumlah ketersediaan beras itu belum termasuk beras batuan pangan dan lainnya yang belum diterima pemerintah Jawa Barat.
"Nah untuk bantuan pangan hingga Desember itu per bulannya perlu 41 ribu ton (beras) dan konsumsi lainnya 5 ribu ton jadi semuanya 46 ribu ton. Tapi besok Senin (pekan depan) akan tiba beras 35 ribu ton di Patimban. Jadi secara keseluruhan masih aman hingga akhir tahun," ujar Bey di Bandung, Selasa, 7 November 2023.
Advertisement
Bey mengatakan untuk beras program bantuan pangan yang berakhir di Desember 2023 akan diperpanjang hingga Juni 2024.
Bey juga menjelaskan soal pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat menjelang akhir tahun 2023 berada di angka 45,7 dengan angka inflasi 2,58 dan pertumbuhan per tahun (yoy) 1,73 persen.
"Jadi untuk akhir tahun optimis (ditekan) dikisaran tiga (pertumbuhan ekonomi) tercapai. Masih sesuai target," kata Bey.
Pernyataan Bey itu mengacu terhadap harga kebutuhan pokok masyarakat yang kini dianggap stabil diantaranya beras dan cabai.
Stabilnya harga cabai dipengaruhi oleh pasokan ke masyarakat dari daerah yang berlimpah cabai ke daerah yang tengah kekurangan.
"Cabai itu didistribusikan dari daerah yang surplus ke yang defisit. Jadi seperti hari ini harganya Rp 70 ribu disini (Gelar Pangan Murah Kecamatan Gedebage). Ini juga diusahakan agar bisa masuk ke pasar tradisional," ucap Bey.
Bey bersama Pj Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono, mengunjungi kegiatan Gerakan Pangan Murah (GPM) yang digelar di depan kantor Kecamatan Gedebage.
GPM yang diinisiasi oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat itu dilakukan untuk membantu masyarakat mendapatkan harga pangan murah.
"Ini untuk membantu masyarakat agar mendapatkan harga murah, tadi beras Rp10.900 per kilogram, cabai kalau di pasar Rp100 ribu kalau disini Rp70 ribu. Jadi ini adalah upaya Pemprov bersama kabupaten kota membantu masyarakat untuk menekan harga," tutur Bey.
Ongkos penyaluran pangan dari daerah yang tengah berlimpah ke daerah yang kekurangan, Bey mengaku seluruhnya ditanggung oleh pemerintah dan Bank Indonesia.
Keduanya merupakan diantara lembaga negara yang merupakan anggota tim pengendali inflasi daerah.
"Kenapa harga cabainya bisa rendah karena distribusinya dibantu kita dan Bank Indonesia. Cabai itu kita distribusikan dari daerah yang surplus ke daerah yang defisit," ujarnya.
GPM kali ini merupakan gerakan yang ke-85 dan akan ditambah lagi 31 GPM tersebar di wilayah Jawa Barat hingga akhir tahun.
"Gerakan pangan murah ini yang ke-85 ditambah akan ada lagi 31 itu tersebar di Jabar," tukas Bey.
Â
Baca Juga
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat
Sebelumnya pada Kamis, 2 November 2023, Bey Machmudin mengajak seluruh penjabat bupati dan wali kota ataupun kepala daerah definitif di Jawa Barat untuk menjaga inflasi dan menekan tengkes (stunting ).
Hal itu dikatakan Bey Machmudin usai melaksanakan Rapat Pimpinan bersama Kepala Perangkat Daerah Pemda Provinsi Jabar di Ruang Papandayan Gedung Sate, Kota Bandung.
"Jadi penjelasan ulang arahan Bapak Presiden kemarin (di Istana Merdeka) agar Pj wali kota dan bupati, gubernur, yang pertama terkait dengan inflasi harus hati-hati kemudian juga dengan angka stunting ditekankan," ucap Bey.
Mengenai inflasi, Bey menyebut ada beberapa komoditas yang harganya meningkat, salah satunya cabai.
Dalam rapim tersebut ia pun meminta kepala perangkat daerah untuk menjaga daya beli masyarakat.
"Kemudian juga inflasi dari harga beras, daya beli masyarakat harus dijaga. Inflasi naik 2,8 persen ada beberapa komoditas memang naik karena perubahan iklim seperti cabai. Jadi inflasi tahun ini year to date Januari sampai akhir tahun ini 1,73 persen. Kita tetap optimistis, insyaallah di sekitar 3 persen bisa dijaga," ungkap Bey.
Â
Advertisement
Inflasi Jawa Barat Oktober 2,58 Persen
Pada Oktober 2023, gabungan tujuh kota di Jawa Barat terjadi inflasi year on year (yoy) sebesar 2,58 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 117,10.
Menurut Ketua Tim Statistik Distribusi Badan Pusat Statitik (BPS) Jawa Barat, Dudung Supriyadi, inflasi yoy tertinggi terjadi di Kota Cirebon sebesar 3,20 persen dan terendah terjadi di Kota Bandung sebesar 2,27 persen.
"Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 5,25 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 2,13 persen," jelas Dudung.
Lalu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,04 persen, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,44 persen, kelompok kesehatan sebesar 2,63 persen, kelompok transportasi sebesar 1,14 persen, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,23 persen.
Dudung menambahkan kenaikan harga ini dipasok juga dari kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 1,21 persen, kelompok pendidikan sebesar 1,99 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran sebesar 3,18 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,20 persen.
"Secara month to month (mtm) Oktober 2023 mengalami inflasi sebesar 0,13 persen. Inflasi mtm tertinggi terjadi di Kota Depok sebesar 0,15 persen. Sementara inflasi mtm terendah terjadi di Kota Tasikmalaya sebesar 0,01 persen," terang Dudung.
Dudung menyebutkan neraca perdagangan Jawa Barat September 2023 mengalami surplus dari sisi nilai sebesar USD 2,09 miliar.
Nilai tersebut ditunjang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar USD2,25 miliar,sedangkan komoditas migas defisit sebesar USD155,64 juta.
"Dari sisi volume perdagangan luar negeri, pada bulan September 2023 terjadi surplus sebesar 288,28 ribu ton, yang disumbang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar 500,06 ribu ton, sedangkan komoditas migas defisit sebesar 211,78 ribu ton," tutur Dudung.
Dilihat dari transaksi perdagangan Nonmigas dengan 13 negara mitra dagang utama, pada periode September 2023, Jawa Barat mengalami defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok dan Taiwan senilai USD61,28 juta, meningkat dibanding bulan sebelumnya yang defisit hingga sebesar USD40,07 juta.
Sedangkan perdagangan nonmigas dengan negara utama lainnya menunjukkan surplus. Surplus neraca perdagangan terbesar adalah dengan Amerika Serikat yang mencapai USD 458,45 juta.
"Sebagai pembanding, nilai perdagangan luar negeri (ekspor/impor), neraca perdagangan Jawa Barat Agustus 2023 atau bulan sebelumnya mengalami surplus dari sisi nilai sebesar USD2,48 miliar," sebut Dudung.
Nilai tersebut ditunjang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar USD 2,59 miliar, sedangkan komoditas migas defisit sebesar USD106,53 juta.
Dari sisi volume perdagangan luar negeri, pada bulan Agustus 2023 terjadi surplus sebesar 385,88 ribu ton, yang disumbang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar 542,57 ribu ton, sedangkan komoditas migas defisit sebesar 156,68 ribu ton. (Arie Nugraha)