Liputan6.com, Lampung - KH Ahmad Hanafiah merupakan seorang pejuang kemerdekaan sekaligus ulama berpengaruh dari Kota Sukadana, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyetujui gelar pahlawan nasional untuk KH Ahmad Hanafiah yang diberikan kepada perwakilan keluarga, di Istana Negara, Jakarta, pada Jumat (10/11/2023).
Baca Juga
Penganugerahan KH Ahmad Hanafiah itu berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor: 115/TK/Tahun 2023 Tertanggal 6 November 2023.
Advertisement
Usulan pemberian gelar Pahlawan Nasional untuk KH Ahmad Hanafiah itu dicetuskan oleh Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi pada 23 Maret lalu.
Setelah 36 tahun atau sejak tahun 1987, kini pulau yang dijuluki Sang Bumi Ruwa Jurai bisa menambah satu lagi tokoh asal Lampung menjadi penerima gelar sebagai Pahlawan Nasional.Â
Setelah sebelumnya, lebih dulu putra Lampung bernama Raden Inten II, dinobatkan menjadi pahlawan nasional, pada 23 Oktober 1986.
Ahmad Hanafiah lahir di Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Tengah yang kini telah berganti menjadi Lampung Timur setelah pemekaran, pada tahun 1905.Â
KH Ahmad Hanafiah adalah putra sulung KH Muhammad Nur, pimpinan Pondok Pesantren Istishodiyah di Sukadana yang menjadi pondok pesantren pertama di Provinsi Lampung.
Â
Sejak Umur 5 Tahun Sudah Khatam Al-Qur'an dan Mengenyam Pendidikan di Luar Negeri
Selama hidupnya, Ahmad Hanafiah pernah mengenyam pendidikan di Sukadana. Selain belajar agama Islam kepada ayahnya sendiri, ia juga belajar di sejumlah pondok pesantren di luar negeri, seperti di Malaysia, Makkah dan Madinah.
Semenjak umur lima tahun, KH Ahmad Hanafiah sudah khatam membaca Al-Qur'an. Ayahnya adalah sosok ulama besar yang lama menimba ilmu di Tanah Suci.
Setelah sempat mengabdi menjadi guru Agama Islam dari tahun 1920-1925, Ahmad Hanafiah melanjutkan pendidikan ke Pesantren Kelantan Malaysia, dari tahun 1925-1930. Kemudian, ia melanjutkan perjalanan menuntut ilmu ke Makkah.
Namun, Ahmad Hanafiah tidak langsung mencapai Makkah. Dalam perjalanan menuju Tanah Suci, ia singgah di India dan mendalami ilmu tarekat. Ia kemudian sampai di Tanah Suci pada tahun 1930 dan menuntut ilmu di Masjidil Haram hingga tahun 1936.
Selama dua tahun, Ahmad Hanafiah menjadi Ketua Himpunan Pelajar Islam Lampung di kota Mekah, Arab Saudi.Â
Di Makkah, Ahmad Hanafiah tidak hanya kuliah, tetapi juga mengajar ilmu pengetahuan agama Islam di Masjidil Haram pada tahun 1934-1936.
Â
Advertisement
Perjuangan KH Ahmad Hanafiah Melawan Penjajah
Sekembalinya ke Indonesia, Ahmad Hanafiah aktif sebagai mubaligh di Lampung dan menjadi Ketua Serikat Dagang Islam (SDI) di wilayah Kawedanan Sukadana (1937-1942).
Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, berita kemerdekaan ini baru terdengar di Lampung pada 24 Agustus 1945.Â
Dalam menyambut kemerdekaan Indonesia, dibentuk beberapa organisasi atau badan-badan perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, seperti Laskar Hizbullah, Laskar Fisabilillah, API, Barisan Pelopor, dan Laskar Rakyat.Â
KH Ahmad Hanafiah sendiri menjabat sebagai ketua Laskar Hizbullah di Sukadana setelah kemerdekaan Indonesia.
Pada masa kepemimpinannya di Laskar Hizbullah, terjadi pertempuran hebat antara Laskar Hizbullah bersama TNI melawan Belanda di Front pertempuran Kemarung.Â
Saat itu, Kemarung masih berwujud hutan yang kemudian dimanfaatkan sebagai basis pertempuran yang ideal untuk pasukan KH Ahmad Hanafiah. Meskipun hanya berbekal senjata-senjata tradisional, seperti golok, Laskar Hizbullah tidak takut melawan pasukan Belanda.
Sewaktu di hutan, Laskar Hizbullah mengatur strategi untuk menyerang pertahanan Belanda di Kota Baturaja, Sumatera Selatan.Â
Akan tetapi, sebelum menyerang, strategi Laskar Hizbullah berhasil diketahui oleh pasukan Belanda karena adanya pejuang yang diduga berkhianat dan membocorkan informasi tersebut kepada Belanda.
Akibatnya, TNI memutuskan mundur. Sementara itu, Laskar Hizbullah yang tengah beristirahat tiba-tiba disergap oleh pasukan Belanda dan terjadi pertempuran hebat di antara keduanya. Anggota Laskar Hizbullah diketahui banyak yang gugur dan tertawan.
KH Ahmad Hanafiah berhasil ditangkap hidup-hidup, yang kemudian dimasukkan ke dalam karung dan ditenggelamkan di Sungai Ogan. Sehingga, jasadnya tidak dapat ditemukan para pejuang dan masyarakat setempat pada 16 hingga 17 Agustus 1947.
Â
Â