Sukses

Profil Ida Dewa Agung Jambe, Sosok Pahlawan Nasional Baru dari Bali

Sosok pahlawan Ida Dewa Agung Jambe saat ini ditetapkan sebagai pahlawan nasional dari Bali.

Liputan6.com, Bandung - Pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 2023, sosok Raja Klungkung II Ida Dewa Agung Jambe telah resmi ditetapkan sebagai salah satu pahlawan nasional. Diketahui Ida Dewa Agung Jambe menjadi salah satu dari enam tokoh yang memperoleh gelar pahlawan nasional di tahun ini.

Keputusan gelar pahlawan nasional tersebut berdasarkan dari Keputusan Presiden Nomor 115-TK-TH2023 tertanggal 6 November 2023. Selain sosok Ida Dewa Agung Jambe, ada lima pahlawan lain yang turut dianugerahi gelar pahlawan nasional.

Di antaranya Bataha Santiago dari Sulawesi Utara, M Tabrani dari Jawa Timur, Ratu Kalinyamat dari Jawa Tengah, KH Abdul Chalim dari Jawa Barat, dan KH Ahmad Hanafiah dari Lampung.

Saat penganugerahan pahlawan nasional tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut memberikan plakat kepada para ahli waris. Diketahui plakat tersebut diberikan kepada masing-masing ahli waris sang pahlawan nasional.

Sosok Ida Dewa Agung Jambe dikenal sebagai salah satu pahlawan yang gugur ketika melawan Belanda dalam perang puputan. Sebagai seorang raja sosok Ida Dewa Agung Jambe tidak gentar untuk melawan Belanda saat itu. 

Ia bahkan tidak menyerah dan terus berperang melawan Belanda dengan seluruh pasukan dan keluarganya. Perang yang berlangsung pada 28 April 1908 tersebut turut dikenal dalam Hari Puputan Klungkung dan Hari Ulang Tahun Kota Semarapura, ibu kota Kabupaten Klungkung.

2 dari 3 halaman

Profil Ida Dewa Agung Jambe

Ida Dewa Agung Jambe dikenal sebagai Raja Klungkung yang menjadi penerus Dinasti Gelgel. Agung Jambe diketahui gugur ketika berperang dalam perang puputan saat melawan Belanda pada 28 April 1908.

Puputan merupakan istilah yang digunakan oleh rakyat Bali dan digunakan untuk menyebutkan perang habis-habisan. Diketahui dalam sejarah tercatat lima kali perang puputan terjadi di Bali salah satu di antaranya adalah perang Puputan Klungkung.

Ida Dewa Agung Jambe I dikenal sebagai anak dari Raja Kerajaan Gelgel, Dalem Di Made yang pada saat pemerintahannya memindahkan puri kerajaan ke Klungkung. Kala itu pemindahan tersebut menyebabkan pembagian Pulau Bali jadi sejumlah kerajaan kecil pada abad ke 17.

Melansir dari Puri Kauhan Ubud Kerajan Klungkung merupakan penerus dari Kerajaan Gelgel. Kerajaan tersebut berdiri setelah Sagung Maruti yaitu seorang petinggi kerajaan Gelgel dapat dikalahkan.

Sagung Maruti diketahui sebagai petinggi kerajaan yang mengkudeta rajanya seendiri dan menyatakan dirinya sebagai Raja Gelgel. Namun, takhtanya sebagai Raja hanya bertahan beberapa tahun karena berhasil dikalahkan dan membuat berdirinya kerajaan Klungkung.

3 dari 3 halaman

Perjuangannya Melawan Belanda

Seperti diceritakan sebelumnya Ida Dewa Agung Jambe II melakukan perang puputan untuk melawan Belanda pada 28 April 1908. Ia melakukan perang sampai titik darah penghabisan meski kemenangan terlihat mustahil diraih.

Saat itu perang terjadi setelah pada pertengahan April Belanda melaksanakan patroli di wilayah kerajaan Klungkung tepatnya di Desa Gelgel. Tindakan Belanda tersebut juga dinilai telah melanggar kedaulatan kerajaan dan membuat adanya bentrok.

Diketahui 10 prajurit Belanda tewas termasuk dengan pemimpinnya yang bernama Letnan Haremaker. Belanda yang murka lantas memberikan ultimatum kepada Raja Dewa Agung Jambe II untuk menyerahkan dirinya.

Pihak Belanda kala itu mengancam akan menyerang kerajaan Klungkung dan memberi waktu hingga 22 April 1908. Namun ultimatum yang diberikan Belanda tidak membuat Raja Dewa Agung Jambe II gentar dan tetap menjaga kedaulatan kerajaan.

Pada 20 April 1908 Belanda melihat tekad dan situasi di Kerajaan Klungkung ternyata tidak kian melunak. Alhasil Belanda mengirimkan pasukan bantuan dari Batavia untuk menggempur kerajaan tersebut.

Keesokan harinya pada 21 April 1908 Klungkung dikalahkan Belanda, tetapi Ida Dewa Agung bersama pasukannya menolak menyerahkan diri. Belanda pun kembali menggempur Klungkung selama enam hari dengan jumlah pasukan tambahan lainnya.

Kemudian pada 17 April 1908 Belanda berhasil mengepung Istana Semarapura dan perlawanan saat itu menewaskan putra mahkota dan pembesar kerajaan di antaranya Cokorda Gelgel, Dewa Agung Gede Semarabawa, Dewa Agung Muter.

Ida Dewa Agung II ternyata tidak pantang menyerah dan semakin bertekad untuk melawan Belanda hingga titik darah penghabisan. Sekitar 3.000 orang pengikutnya bertempur habis-habisan dan gugur di medan perang pada 28 April 1908.