Liputan6.com, Bandung - Sebanyak 27 daerah di Provinsi Jawa Barat diminta meningkatkan kewaspadaan soal bencana alam.
Itu disebabkan menjelang akhir tahun 2023, hujan sudah mulai turun tidak menentu di beberapa wilayah yang ada.
Menurut Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, kejadian bencana alam yang kerap terjadi yakni tanah longsor dan banjir.
Advertisement
Baca Juga
"Potensi bencana banjir dan longsor itu (sering) terjadi tapi kami minta kepada seluruh daerah untuk siap siaga. Kalau dari data kan ada di Sukabumi, Bogor untuk longsor kalau banjir ada di Pantura (pantai laut utara). Kami minta semua kabupaten dan kota untuk berhati - hati serta bersiap siaga," ujar Bey ditulis Bandung, Sabtu, 11 November 2023.
Bey menerangkan berdasarkan wilayah potensi gerakan tanah per November 2023 dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), terdapat 473 kecamatan dari 627 kecamatan di Jawa Barat yang memiliki potensi gerakan tanah menengah – tinggi.
Bey mengatakan sementera prediksi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) puncak musim akan terjadi Januari - Maret 2024 mendatang.
"Data dan fenomena ini harus kita sikapi dengan bijaksana dan waspada. Yang dapat dilakukan pemda kabupaten dan kota yakni, pertama, memantau intensif kondisi masing-masing wilayah potensial sebagai sumber bencana dan atau terdampak bencana," kata Bey.
Bey juga menekankan penyampaian informasi potensi bencana dari otoritas yang berwenang harus mudah dipahami publik.
Langkah lainnya dalam antisipasi terjadinya bencana alam, Bey menyebutkan mempersiapkan dan mengecek seluruh sumber daya yang tetiba harus dikerahkan dalam penanganan darurat bencana.
Bey mengingatkan pula mitigasi bencana yang telah dilakukan oleh lintas lembaga ini harus didukung dengan adanya sejumlah jalur dan tempat evakuasi sampai ke tingkat desa dan kelurahan.
"Serta serta pembuatan rencana kontinjensi dari tingkat kabupaten dan kota sampai ke tingkat desa dan kelurahan," sebut Bey.
Sebelumnya, otoritasnya diakui telah menggelar rakor penanganan bencana banjir dan tanah longsor dengan berbagai pemegang kebijakan (stakeholders).
Bey mengatakan, keberhasilan penanggulangan bencana bergantung pada sistem penanggulangan bencana, sarana prasarana penunjang yang mumpuni, serta koordinasi yang baik antar-stakeholders dan masyarakat di wilayah rawan bencana.
Kemarin (Rabu, 08/11/2023), telah dilakukan apel siaga antisipasi terjadinya bencana di Bale Rame Sabilulungan Soreang, Kabupaten Bandung diikuti kesatuan keamanan, instansi vertikal, perangkat daerah provinsi maupun kabupaten kota, serta Palang Merah Indonesia (PMI) dan relawan bencana.
Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat, Dani Ramdhan, seluruh instansi tersebut dibagi menjadi delapan klaster.
Mulai dari klaster pencarian dan penyelamatan dengan koordinator Basarnas dibantu TNI/Polri, klaster pengungsian, klaster pendidikan (dinas pendidikan), klaster sarana prasarana (dinas PU dan BBWS), klaster logistik (dinas sosial, Bulog, BPBD), klaster keamanan (TNI/Polri, Satpol PP), klaster perlindungan (Damkar), serta klaster kesehatan dengan koordinator dinas kesehatan.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
126 Rumah Rusak Akibat Angin Puting Beliung
Kejadian bencana alam terkahir yang didata oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat adanya 126 rumah rusak akibat puting beliung di Kabupaten Sukabumi pada 9 November 2023 pukul 17.30 WIB.
Menurut Pranata Humas Ahli Muda Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, Hadi Rahmat, seluruh rumah yang rusak akibat terjangan angin puting beliung ini masing - masing 44 unit di Desa Girijaya dan 82 unit di Desa Cidahu, Kecamatan Nagrak.
"Berdasarkan laporan per 10 November 2023 untuk jumlah korban jiwa baik di Desa Girijaya dan Desa Cidahu, Kecamatan Nagrak, masih dalam pendataan," sebut Hadi.
Hadi menuturkan kondisi terkahir di daerah yang terdampak angin puting beliung untuk tiga titik wilayah yang terkena pohon tumbang sementara sudah di evakuasi.
Pihaknya kini masih menunggu hasil akhir jumlah kepala keluarga dan jiwa yang terdampak bencana hidrometeorologi ini.
"P2BK kecamatan Cidahu berkoordinasi bersama Forkopincam Koramil,Polsek,Tagana,Satpol PP, Cidahu, Kabupaten Sukabumi, serta tim relawan guna melakukan pendataan serta memberikan himbauan ke masyarakat untuk tetap waspada," tukas Hadi.
Hingga kini, BPBD Provinsi Jawa Barat terus melakukan koordinasi dengan BPBD Kabupaten Sukabumi dalam penanganan bencana alam tersebut.
Â
Advertisement
Antisipasi Bencana Tanah Longsor
Selain bencana banjir, tanah longsor menjadi salah satu kejadian alam yang kerap terjadi di Provinsi Jawa Barat. Hal itu dikarenakan kontur tanah yang berbukit dana banyak lereng degan kemiringan yang curam.
Mengutip dari laman Hello Sehat, longsor adalah kejadian pergerakan tanah, batuan, atau material lainnya dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau secara berangsur-angsur, yang umumnya terjadi pada daerah terjal dan tidak stabil. Penyebab utama tanah longsor adalah gravitasi, tetapi besarnya volume dipengaruhi oleh berbagai faktor alam dan manusia.
Faktor alam yang memicu kejadian tanah longsor meliputi:
1. Kondisi geologi yaitu batuan lapuk, kemiringan tanah, unsur atau jenis lapisan tanah, gempa bumi, gunung berapi, dan lain-lain.
2. Kondisi iklim, yaitu curah hujan yang tinggi.
3. Kondisi topografi, yaitu kemiringan permukaan tanah seperti lembah, lereng, dan bukit.
4. Kondisi tata air, yaitu akumulasi volume atau massa air, pelarutan dan tekanan hidrostatika, dan lain-lain.
Faktor manusia antara lain berbagai kegiatan yang dapat mempengaruhi terjadinya tanah longsor misalnya pemotongan tebing pada penambangan di lereng yang terjal.
Selain itu kegagalan struktur dinding penahan tanah, penggundulan hutan, budidaya kolam ikan di atas lereng, sistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman, pengembangan wilayah yang melanggar aturan tata ruang, sistem drainase yang buruk, dan lain-lain dapat memicu tanah longsor.
Apa yang harus kita lakukan saat longsor terjadi?
Untuk mengetahui lebih dalam mengenai bencana longsor pada umumnya yang sering menimpa Indonesia dengan berbagai informasi dari Palang Merah Indonesia (PMI).
1. Sebelum longsor terjadi
Jika daerah di tempat tinggal Anda pernah terjadi longsor, kemungkinan besar daerah Anda berpotensi kembali terlintasi longsoran. Inilah yang harus dilakukan sebelum terjadi longsor:
- Lakukan pemetaan daerah tempat tinggal Anda dan sekitarnya. Lalu tandai daerah mana saja yang sering terjadi longsor atau berpotensi longsor. Peta atau denah ini akan membantu kita menentukan di mana titik yang aman dan yang berbahaya. Informasikan peta ini pada keluarga dan penduduk daerah tempat tinggal Anda.
- Lakukan langkah-langkah pengurangan risiko longsor, misalnya melakukan gerakan penanaman pohon di lereng yang rawan longsor.
- Pelajari tanda-tanda terjadinya longsor. Biasanya longsor terjadi setelah hujan lebat turun terus menerus. Waspadai warna air sungai yang berubah menjadi keruh. Demikian juga jika muncul rembesan, mata air, atau retakan yang memanjang di tanah. Sebelum longsor kadang terjadi runtuhan tanah, batu, atau ranting.
- Masyarakat yang berada di daerah rawan longsor harus melakukan patroli secara bergantian. Longsor yang terjadi di malam hari lebih banyak menelan korban jiwa, karena orang-orang tidak sempat untuk menyelamatkan diri saat mereka tertidur.
- Jika tanda-tanda longsor sudah terlihat, maka pertimbangkan untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
2. Saat longsoran terjadiTidak banyak yang dapat dilakukan saat terjadi longsor. Yang terpenting adalah tetap tenang dan segeralah bergerak ke tempat yang aman dari jalur longsoran.
Bila memungkinkan, bantu orang lain yang lemah, seperti orang yang sakit, balita, dan lansia. Bertahanlah di tempat yang terlindungi hingga situasi benar-benar aman.
Hubungi pihak-pihak yang terkait dengan penanganan bencana, misalnya PMI, Satlak PB (Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana), polisi, dan lain-lain.
3. Setelah terjadi longsor
Jika Anda selamat dari bencana longsor, inilah beberapa tindakan yang harus Anda lakukan:
- Hubungi pemerintah setempat, PMI, polisi, atau organisasi lain jika belum ada pertolongan.
- Tetaplah bertahan di daerah yang aman. Ikuti imbauan dari pemerintah atau petugas untuk bertahan di tempat yang aman. Jangan kembali ke rumah jika keadaan belum ditetapkan aman.
- Jika mampu, bantulah keluarga, manula, orang dengan disabilitas, dan anak-anak. Mintalah petugas untuk menemukan keluarga atau orang lain yang belum ditemukan. Longsoran bisa membuat mereka terjebak atau terluka sehingga tidak dapat bergerak ke tempat yang aman.
- Bencana longsor terkadang bisa mengubur seluruh desa. Pemerintah dan masyarakat biasanya merelokasi desa tersebut. Tetaplah optimis untuk bisa membangun hidup baru. Berikan semangat dan keyakinan pada keluarga dan orang sekitar Anda.
Tas Siaga Bencana
Dilansir oleh laman Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, Indonesia merupakan sebuah negara yang dikelilingi oleh banyak sekali hal-hal yang membuatnya rawan terkena bencana alam, seperti gunung – gunung aktif yang menyebabkan letusan gunung vulkanik, Laut yang dapat menyebabkan Tsunami dan juga geombang pasang, hutan – hutan yang berpotensi menimbulkan kebakaran hutan dan lain sebagainya.
Melihat potensi terhadap suatu bencana yang cukup tinggi, masyarakat diharapkan bisa selalu siap sedia dalam menghadapi adanya bencana alam atau fenomena alam dadakan yang menyebabkan seseorang harus pergi meninggalkan ruangan ataupun tempat tinggal.
Dengan meninggalkan tempat tinggal, makabekal dan juga persiapan merupakan hal yang sangat penting untuk dipersiapkan.
Untuk itu, tas siaga bencana merupakan solusi yang baik dan tepat bagi seluruh masyarakat untuk dipersiapkan.
Tas siaga bencana merupakan tas yang digunakan oleh masyarakat untuk pergi meninggalkan rumah ketika bencana terjadi.
Sehingga apabila bencana secara tiba-tiba terjadi, maka masyarakat bisa langsung keluar dari rumah dan langsung menggunakan tas yang telah dipersiapkan sebelumnya tersebut tanpa harus susah payah memilih dan memilah barang penting apa yang akan dibawa selama berada di pengungsian.
Tas siaga bencana ini terisi :
1. Air Minum
2. Surat – surat penting
3. Masker
4. Uang
5. Alat pertongan pertama pada kecelakanaan (P3K)
6. Peluit
7. Ponsel atau radio komunikasi
8. Pakaian untuk beberapa hari
9. Perlengkapan mandi
10. Senter dan juga baterai.
11. Makanan siap santap
12. Jas hujan
Dengan masuk nya barang – barang penting tersebut, apabila datang bencana secara mendadak, masyarakat dapat mengevakuasi diri lebih cepat sehingga terhindar dari dampak yang lebih besar yang disebabkan oleh bencana tersebut.
Advertisement