Liputan6.com, Denpasar - Pejabat Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya memberikan apresiasi terhadap pengelolaan sampah oleh pihak ketiga yang diberi nama Sukla Project di Kawasan Pura Besakih, di mana hal itu yang menjadi bagian dari amanat UU 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Sang Made menyebut kehadiran Sukla Project untuk pengelolaan sampah di kawasan suci Pura Agung Besakih sebagai wujud kolaborasi antara pemerintah sebagai regulator, produsen dan pelaku daur ulang dalam mengelolah sampah menjadi sumber daya energi baru terbarukan.
"Sejalan dengan Pergub Bali No 47 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber dan SK Gubernur No 381 tahun 2021 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber di Desa/Kelurahan dan Desa Adat," kata Sang Made Mahendra Jaya, Senin (13/11/2023).
Advertisement
Baca Juga
Dirinya berharap proyek ini bisa menjadi percontohan dan daya tarik wisata di tanah air termasuk di Bali dan kerjasama masyarakat untuk mendukung program tersebut.
kehadiran Sukla Project untuk pengelolaan sampah di kawasan suci Pura Agung Besakih ini sebagai wujud nyata saling kolaborasi antara pemerintah sebagai regulator, produsen dan pelaku daur ulang dalam mengelolah sampah menjadi sumber daya energi baru terbarukan.
Â
Mendorong Pariwisata Berkelanjutan
"Ini bisa direplay di berbagai destinasi di tanah air termasuk di daya tarik wisata di seluruh wilayah Bali. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam inisiatif ini," ucap dia.
Dikonfirmasi bersamaan, Ketua Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia (APSI) Saut Marpaung menilai program Sukla Project pengelolaan sampah di kawasan Suci Pura Agung Besakih upaya menjaga lingkungan tempat wisata dan tempat ibada tersebut. Menurutnya, kehadiran program itu akan mendukung dan meringankan beban kerja pemerintah daerah khususnya dalam penanganan sampah.
"Kami dari APSI apresiasi karena ada anggota kami, BWC (bali waste cycle) terlibat dalam konsorsium itu," tuturnya.
Dirinya menjelaskan Sukla Project itu salah satu konsorsiumnya yakni Bali Waste Cycle (BWC) melalui anak usahanya yakni PT Cahaya Terang Bumi Lestari (CTBL) mengelola sampah dan residu di TOSS Center Klungkung. Ia berharap kerjasama tersebut perlu ada pembiayaan bersama dari para pihak dan tidak hanya mengandalkan konsorsium.
"High light yang kami tekankan dari APSI adalah ke depan perlu pembiayaan bersama. Agar tak lagi mengandalkan konsorsium tapi ada pembiayaan bersama. Badan pengelolah kawasan atau otorita, masyarakat desa, pemerintah daerah dan para produsen. Bukan tidak mungkin akan zero waste di kawasan suci Pura Besakih," tegasnya.
Sementara itu, Direktur BWC Olivia Padang menjelaskan kehadiran Sukla Project ini melibatkan unsur pemerintah, produsen dan pelaku daur ulang. "Program ini diapresiasi oleh Pak Penjabat Gubernur Bali karena selaras dan linear sesuai dengan isi UU No 18 tahun 2008," ujarnya.
Ia menambahkan, teknologi dari PT CTBL yakni mengelolah sampah dan residu menjadi RDF (Refuse-Derived Fuel) dan produk hijau ramah lingkungan dari REBRICKS. "Teknologi ini bisa meningkatkan efisiensi pemilahan dan mengubah limbahsecara efektif menjadi bahan bakar co-firing. sehingga menghasilkan solusi energi baru, terbarukan yang mampu mengurangi emisi gas rumah kaca," ujarnya.
Olivia Padang menambahkan, Rebricks akan mengelola sampah di Besakih dengan menciptakan produk ramah lingkungan dari plastik bernilai rendah dan mempromosikan penggunaan produk tersebut ke bisnis HORECA (Hotel, Restoran, dan Cafe).
"Ini untuk mendorong pariwisata berkelanjutan, dan pertumbuhan ekonomi di Bali. Dan juga edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat lokal, wisatawan, dan peziarah di Pura Besakih untuk mengelolah sampah dari sumber," pungkas dia.
Advertisement