Sukses

Apakah Nyamuk Wolbachia Berbahaya? Ini Kata Peneliti UGM

Bahkan, penggunaan nyamuk Wolbachia masih mendapat sejumlah penolakan. Salah satunya datang dari masyarakat Bali karena khawatir dapat memicu munculnya penyakit baru.

Liputan6.com, Yogyakarta - Kekhawatiran akan bahaya nyamuk Wolbachia bermunculan di media sosial. Hal ini dilatarbelakangi ketakutan bahwa nyamuk tersebut berbahaya bagi manusia dan lingkungan hidup.

Bahkan, penggunaan nyamuk Wolbachia masih mendapat sejumlah penolakan. Salah satunya datang dari masyarakat Bali karena khawatir dapat memicu munculnya penyakit baru.

Lantas, apakah benar nyamuk berteknologi Wolbachia berbahaya?

Dikutip dari laman ugm.ac.id, Peneliti Pusat kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada sekaligus anggota peneliti World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta Riris Andono Ahmad mengatakan nyamuk Wolbachia aman bagi manusia. Nyamuk jenis ini tidak bisa menginfeksi manusia.

Bahkan, bakteri Wolbachia tidak mencemari lingkungan biotik dan abiotik. Wolbachia adalah bakteri yang secara alami ada pada hampir 70 persen spesies serangga di dunia, termasuk lalat, lebah, kupu-kupu, dan nyamuk.

Teknologi ini terbukti ampuh untuk menurun kasus demam berdarah. Nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia mampu menurunkan kasus dengue sebesar 77,1 persen.

Bahkan, teknologi Wolbachia untuk pengendalian Dengue telah direkomendasikan oleh WHO Vector Control Advisory Group sejak 2021.

 

2 dari 2 halaman

Apa Itu Nyamuk Wolbachia?

Teknologi nyamuk Wolbachia merupakan salah satu upaya mengendalikan penyakit dengan memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti. Artinya, nyamuk Wolbachia juga tidak dikembangkan melalui perubahan genetik.

Bakteri Wolbachia merupakan bakteri yang dapat melumpuhkan virus dengue penyebab DBD (Demam Berdarah Dengue) yang ada dalam tubuh nyamuk. Bakteri tersebut dimasukkan ke dalam tubuh nyamuk lewat metode perkawinan.

Efektivitas nyamuk Wolbachia sudah teruji di beberapa negara seperti Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Meksiko, Kiribati, Kaledonia Baru, dan Sri Lanka. Selain negara-negara tersebut, efektivitas teknologi nyamuk Wolbachia juga sudah dibuktikan di Malaysia.

Proyek Wolbachia Malaysia yang diluncurkan Institute for Medical Research (IMR), sebuah lembaga penelitian Kemenkes Malaysia, pada 2017 berhasil menurunkan kasus DBD secara signifikan. Tak hanya Malaysia, Singapura juga sudah merasakan sendiri manfaat teknologi nyamuk Wolbachia.

Bahkan, Singapura membangun sebuah pabrik di Ang Mo Kio untuk mengembangbiakkan lebih dari 300 juta nyamuk Wolbachia.

Video Terkini