Liputan6.com, Bandung - Dinas Kesehatan Jawa Barat meningkatkan kewaspadaannya terkait jumlah kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) saat peralihan musim kemarau ke penghujan saat ini.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Vini Adiani Dewi, sebenarnya penyakit yang ditularkan oleh nyamuk itu setiap tahun terjadi tapi yang paling tinggi kasusnya pada peralihan musim.
Baca Juga
"Waspada ketika terjadi pergantian musim kemarau ke musim hujan pasti terjadi peningkatan DBD. Seperti contoh sekarang, biasanya yang agak meningkat itu sekitar Agustus, September, Oktober. Pada bulan (akhiran) 'ber' berhenti (kenaikannya), nanti kalau sudah selesai bulan 'ber' naik lagi di Februari, Maret dan April. Terus begitu antara musim kemarau dan musim hujan," ujar Vini, Bandung, Selasa, 21 November 2023.Â
Advertisement
Vini mengatakan pada masa peralihan musim kemarau ke penghujan, banyak barang yang berpotensi menampung genangan air seperti bekas kemasan makanan dan minuman.
Genangan air hujan yang turun sesaat ini sebut Vini, menjadi tempat kembang biak nyamuk. Sehingga, populasi nyamuk yang menjadi medium penularan banyak.
"Beda halnya saat musim hujan. Pada musim hujan air yang turun terus terusan mengalir sehingga tidak ada tempat untuk nyamuk demam berdarah untuk berkembang biak. Tempat kembang biak nyamuk ini cukup dengan sedikit genangan air," kata Vini.
Vini menegaskan pencegahan DBD harus dilakukan setiap hari karena masuk dalam kategori penyakit sepanjang tahun.
Salah satu contohnya adalah menutup tempat air, menguras dan melakukan daur ulang benda bekas agar tidak menjadi sarang nyamuk.
"Itu harus dilakukan sepanjang tahun terutama tadi saat perubahan musim kemarau ke musim hujan antisipasinya harus lebih giat," sebut Vini.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jawa Barat hingga pertengahan Agustus 2023, jumlah kasus penyakit demam berdarah mencapai 10.418 kasus akibat gigitan nyamuk yang tertular virus dengue.
Â
Suhu Bumi Meningkat
Sebelumnya, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Barat, Anggraini Alam, mengatakan pemanasan iklim global yang terjadi saat ini mempercepat berkembangbiakan telur nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus.Â
"Nah si nyamuk ini dari mulai telur hingga dewasa itu tujuh hari (pertumbuhan). Yang katanya karena climate change panas menjadi lebih pendek, hingga bisa terpendek lima hari. Jadi lebih cepat dia menjadi dewasa sejak jadi telur," ujar Anggraini dicuplik dari akun You Tube Dinas Kesehatan Jawa Barat.
Anggraini mengatakan nyamuk aedes aegypti ini berembang biak di air yang bersih seperti di talang air dan dispenser.
Jumlah air bersih yang dibutuhkan untuk berkembang biak telur nyamuk aedes aegypti yakni minimal 0,3 milliliter. Sehingga hemat Anggraini, seluruh daerah rawan bertelurnya nyamuk harus segera disingkirkan.
Setelah menetas dari telur menjadi dewasa, jangkauan terbang nyamuk aedes aegypti radius 100 meter.
"Makanya kalau kita hitung keliling jangkauannya mencapai 4 kilometer persegi. Sebegitu luasnya nyamuk aedes aegypti bisa ke mana-mana dan kalau ada virus denguenya dia bawa ke radius 4 kilometer persegi. Jadi kalau ada nyamuk sekarang tepuk saja," kata Anggraini.
Untuk mencegah paparan penyakit demam berdarah dengue, Anggraini menyarankan pakaian berwarna hitam atau kain warna hitam tidak digantung.
Alasannya itu merupakan salah satu medium yang kerap dijadikan sarang bertelur nyamuk Aedes aegypti, selain air bersih.
Laju jumlah kasus penyakit demam berdarah dengue ucap Anggraeni di Indonesia pada umumnya dan Jawa Barat menjadi salah satu penyakit mematikan.
"Mulai dari kakek-kakek sampai bayi yang baru lahir bisa terjangkit dengue. Itu berbahayanya semua bisa kena dan belum ada obatnya. Jadi antivirus, obat-obatan lain untuk dengue belum ada, penelitiannya banyak tapi belum ada pembuktian ampuh mengobatinya," ucap Anggraeni.
Anggraeni menuturkan penyakit demam berdarah dengue ini hanya berlangsung sepekan, tetapi memiliki dampak yang luar biasa.Â
Belum lagi masa kembang biak lebih cepat akibat kenaikan suhu Planet Bumi. Sementara, sebut Anggraeini, Indonesia berada di kawasan tropis karena dekat dengan garis khatulistiwa.
Kematian akibat penyakit demam berdarah dengue di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2022 mencapai 36.608 orang dengan angka kematian 305 pasien.
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), hingga minggu ke-22 pada tahun 2023, terdapat sebanyak 35.694 kasus demam berdarah (DBD) terjadi di Indonesia.
Kasus tersebut paling banyak tersebar di Jawa Barat dengan lebih dari 6.000 kasus, disusul Bali sebesar 3.400 kasus, lalu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Total kematian mencapai 270 kasus. Sementara itu, menurut Databoks, terdapat 207 kematian akibat DBD pada tahun 2023.
Advertisement