Liputan6.com, Sampang - Senyum mengembang di bibir Bupati Sampang Junaedi saat meresmikan gedung fasilitas layanan perpustakaan umum Kabupaten Sampang bersama Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando, Kamis (23/11/2023).
Junaedi mengatakan, kehadiran gedung layanan perpustakaan merupakan bentuk kesungguhan masyarakat Sampang untuk mewujudkan manusia berkualitas melalui literasi.
"Sumber daya manusia unggul akan meningkatkan produktivitas yang berujung pada naiknya angka indeks pembangunan manusia atau IPM," ujar Junaedi.
Advertisement
Junaedi lantas berpesan, di era saat ini hendaknya perpustakaan lebih inovatif dan dekat dengan masyarakat. Peningkatan koleksi buku referensi baik cetak maupun digital, serta pembangunan akses wifi merupakan sebuah keharusan.
Paradigma perpustakaan yang tidak lagi melulu berfokus pada pengelolaan koleksi juga bagian inovasi layanan kepada masyarakat. Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) sudah benar-benar dirasakan membentuk kreativitas dan kemandirian masyarakat.
"TPBIS adalah bentuk implementasi lain kedalaman pengetahuan seseorang karena salah satunya menghasilkan produk barang," ujar Syarif Bando.
Program TPBIS di Kabupaten Sampang melibatkan 180 desa dari 6 kelurahan yang telah bermitra. Namun, saat ini baru 3 desa yang bermitra dengan TPBIS.
Di tahun 2024, Kabupaten Sampang menargetkan akan menambah 2 desa dan 1 kelurahan untuk kemitraan TPBIS. Sebagai lembaga pembina semua jenis perpustakaan, Perpusnas mempunyai tanggung jawab yang besar agar literasi dari waktu ke waktu mengalami peningkatan.
Dengan rumusan paradigma baru, membuat peran perpustakaan menjadi semakin jelas di masyarakat. Porsi tugas perpustakaan melakukan transfer knowledge (pengetahuan yang ada di perpustakaan sampai kepada masyarakat) diamini pustakawan menjadi tantangan.
"Ini tantangan bagi pustakawan, pengelola perpustakaan dan pegiat literasi untuk menyampaikan," ujar Pustakawan Utama Perpusnas Yoyo Yahyono.
Â
Percepatan Gerakan Literasi
Yahyono mengatakan hingga saat ini Perpusnas terus melakukan percepatan gerakan literasi. Semua pegiat literasi dirangkul.
"Kami ajak para pegiat literasi berkeliling untuk melihat kondisi secara langsung. Terutama di masjid dan di pondok pesantren yang kondisinya memprihatinkan," katanya.
Bahkan menurut akademisi dari Universitas Trunojoyo Madura, Iriani Ismail, ada kondisi di perpustakaan sekolah yang ruang perpustakaannya tidak boleh dikunjungi siswa sehingga tetap terjaga rapi.
"Ada pula yang siswanya berkunjung karena dipaksa, sebab buku yang disediakan hanya buku pelajaran," ujarnya.
Sinergitas semua stake holder terbukti menghasilkan gedung fasilitas layanan perpustakaan Kabupaten Sampang. Padahal, kata perpustakaan sebagai institusi pengetahuan sudah sering didengar namun jarang dipahami secara mendalam.
"Semestinya, perpustakaan harus dipandang sebagai organisme hidup, yang tumbuh dan berkembang dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat itu sendiri," pungkas Kepala Bidang Deposit, Pengembangan dan Pelestarian Bahan Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, Melkion Donald.
Advertisement