Sukses

500 Ribu Pengangguran di Kudus Pontang-panting Berburu Lowongan Kerja

Data Survei Angkatan Kerja Nasional menyebut, pengangguran di Kudus, Jawa Tengah, mencapai 3,21 persen atau setara dengan 500.000 orang.

Liputan6.com, Kudus - Data Survei Angkatan Kerja Nasional menyebut, pengangguran di Kudus, Jawa Tengah, mencapai 3,21 persen atau setara dengan 500.000 orang.

Tingginya angka pengangguran tersebut membuat Dinas Tenaga Kerja Perindustrian Koperasi dan UKM setempat menggelar job fair (bursa kerja) secara berkala. Dari inisiasi Disnakerperinkop UKM dan Universitas Muria Kudus (UMK), agenda job fair mengundang sejumlah perusahaan yang membuka lapangan kerja di Auditorium UMK.

Kepala Disnakerprinkop UKM Kudus, Rini mengakui bahwa permasalahan pengangguran yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara persediaan dan kebutuhan tenaga kerja, baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang dibutuhkan pasar kerja.

"Jumlah pencari kerja setiap tahunnya semakin meningkat. Sedangkan jumlah lowongan kerja yang tersedia terbatas," ujar Rini di sela-sela acara Job Fair UMK di Auditorium UMK yang berlangsung dua hari, Senin-Selasa (27-28/11/2023).

Menurut Rini, ketidakseimbangan ini karena kesenjangan informasi antara perusahaan dan pencari kerja. Bahkan seringkali terjadi, perusahaan pengguna tenaga kerja sulit mendapatkan tenaga kerja yang sesuai dengan kualifikasi dan jabatan yang tersedia.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor UMK Darsono menambahkan, ajang tatap muka job fair dua hari ini, sebagai salah satu amanah perguruan tinggi turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurut Darsono, UMK JOB FAIR 2023 mengusung tema Connecting Best Career Opportunity. Agenda ini untuk memfasilitasi para alumni serta masyarakat agar mendapatkan pekerjaan. Selain itu, menjembatani lulusan perguruan tinggi dalam memasuki dunia kerja dan dunia usaha.

Dalam job fair kali ini, puluhan perusahaan turut meramaikan perhelatan ini. Panitia pun menyediakan 23 tenan atau 23 mitra (perusahaan) yang siap mencari pekerja sesuai syarat dan kualifikasi masing-masing,

"Ada 23 perusahaan yang kami libatkan, Insyaallah nanti di antara lulusan kami dan juga bersama dengan yang sudah entry online 2000-an akan hadir pada JobFair kali ini," terangnya.

 

2 dari 2 halaman

Tetap Sulit Cari Kerja

Di lain pihak menilai, penyelenggaran job fair belum memberi banyak manfaat kepada para pencari kerja. Hal itu diakui sejumlah warga yang selalu mengikuti setiap kali Dinas Tenaga Kerja setempat membuka job fair.

Pencaari kerja rata-rata mengaku tetap saja sulit mendapatkan pekerjaan, meski setiap job fair ikut antri berjam-jam bersama pencari kerja lainnya.

"Saya sudah melamar di berbagai perusahaan yang ada di job fair, katanya membuka lowongan kerja. Hampir 10 surat lamaran sudah saya sebar, dengan harapan salah satunya terbuka peluang kerja untuk saya," ucap Anwar, warga Kudus yang mengaku lulusan dari salah satu kampus di Semarang.

Menurut Ibrahim, rata-rata perusahaan yang ikut job fair tak banyak membuka lowongan kerja. Mungkin hanya satu atau tiga orang, namun mereka menginfokannya di arena job fair.

"Jadi tak sebanding jumlah lowongan yang tersedia dengan ribuan pencaker yang berebut lapangan kerja. Job fair yang diadakan Disnaker setiap tahun, kebanyakan diikuti lulusan SMA hingga sarjana yang rata-rata adalah fresh graduate. Tetapi posisi yang ditawarkan yang standar saja," pungkasnya. (Arief Pramono)