Sukses

Potret Miris Kematian Gajah di Riau, Mulai dari Jerat hingga Diracun Manusia

Sejumlah gajah di Riau menemui ajalnya karena dianggap sebagai pengganggu oleh sekelompok manusia dengan cara dijerat hingga diracun untuk membangun kebun.

Liputan6.com, Pekanbaru - Untuk kesekian kalinya dunia konservasi di Riau berduka. Lagi, seekor anak gajah sebagai penerus keberlangsungan satwa bongsor dilindungi itu ditemukan mati oleh petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA).

Anak gajah mati ini menambah daftar panjang hilangnya pewaris hutan di Riau. Dua tahun terakhir tercatat sejumlah gajah kehilangan nyawa, baik terserang virus ataupun ulah manusia tak bertanggunjawab.

Terbaru matinya anak gajah jantan di Kabupaten Pelalawan, tepatnya di dalam sungai areal konsesi atau perusahaan pemegang izin menggarap hutan produksi.

BBKSDA Riau menyebut anak gajah itu diperkirakan berumur 2 tahun dengan bobot sekitar 500 kilogram. Kakinya kanan depannya hampir putus karena lilitan nilon.

Nilon itu diduga tali jerat. Tidak diketahui apakah jerat itu diperuntukkan untuk gajah atau satwa lain karena masih dalam penyelidikan petugas berwenang.

Kepala BBKSDA Riau Genman Suhefti Hasibuan menjelaskan, gajah dilaporkan mati pada 16 November 2023. Sebelum itu, pihaknya mendapat laporan adanya anak gajah terpisah dari kawanannya.

"Gajah berasal dari kelompok Tesso Tenggara, setelah diperiksa kakinya hampir putus, lilitan nilon sudah dalam," ujar Genman.

Sebelum mati, anak gajah mendapat beberapa kali perawatan medis. Petugas sempat mendapat secercah harapan keberlangsungan hidup gajah melihat agresivifitasnya usai dirawat.

Petugas sengaja tak mengevakuasi ke pusat rehabilitasi gajah. Berdasarkan pengalaman, anak gajah sakit lebih cepat sembuh jika bergabung lagi dengan kawanannya.

Harapan ini sirna begitu petugas melihat anak gajah berendam di sungai. Petugas ingin mendekat tapi di sisi lain ada kawanan gajah liar sehingga berpotensi ada serangan.

Tak lama setelah kawanan pergi, anak gajah tetap di sungai. Si bongsor kecil itu memekik keras lalu rebahan di air, mati.

"Gajah sudah dikubur tak jauh dari sungai," ucap Genman.

 

*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 3 halaman

Diracun

Sebelum ini, pada pertengahan Juli lalu ada anak gajah mati juga. Lokasinya masih di Pelalawan dan berasal dari kantong Tesso Tesso Tenggara.

Gajah mati itu diperkirakan berumur belasan tahun. Penyebab kematiannya lebih kejam karena diracun oleh pihak tak bertanggungjawab. Gajah diracun ini berdasarkan bedah bangkai atau nekropsi oleh petugas medis.

Gajah mati ini ditemukan pada Selasa pagi, 11 Juli 2023, sekitar pukul 07.00 WIB oleh karyawan perusahaan di sekitar lokasi.

Kondisi bangkai gajah saat ditemukan masih lengkap. Gadingnya masih ada, begitu juga dengan organ tubuh lainnya sehingga petugas menyimpulkan gajah itu bukan dibunuh sebab di lokasi ada kebun sawit.

"Sawit ditanam oleh masyarakat, areal itu berada di konsesi Hutan Produksi Hutan Tanaman Industri," kata Genman.

Gajah mati di Riau diracun bukan kali ini saja. Pada 25 Mei tahun lalu, ada gajah betina mati karena diracun oleh pihak tak bertanggung jawab dan hingga kini pelakunya belum tertangkap.

Temuan ini menjadi pukulan telak bagi perlindungan mamalia terbesar tersebut karena posisinya sebagai satwa terancam punah selalu terancam.

Gajah mati pada 25 Mei 2022 itu tidak sendirian. Dalam rahim gajah betina berumur 25 tahun itu ada janin yang diprediksi akan dilahirkan dalam waktu dekat. Namun, karena sang induk tewas, janin itu pun ikut mati.

3 dari 3 halaman

Virus Herpes

Awal tahun ini, ada juga gajah mati di Riau. Hanya saja tidak diracun tapi terserang virus herpes gajah. Korbannya adalah seekor anak gajah jantan yang selama ini tinggal di Unit Konservasi Gajah Taman Wisata Alam (TWA) Buluh Cina.

Anak gajah mati itu biasa dipanggil Damar. Umurnya saat ditemukan mati masih berumur 2 tahun 4 bulan. Gajah Damar ditemukan mati pada Rabu 11 Januari 2023.

Bangkai anak gajah ini pertama kali ditemukan oleh mahout atau pelatih gajah, Alex Gunawan, pukul 07.45 WIB. Saat itu, mahout berniat memindahkan gajah Damar bersama 2 gajah dewasa lainnya, Ngatini dan Robin, ke hutan.

Mahout melihat gajah Damar dalam posisi rebah sehingga mengiranya masih tidur. Setelah dicek ternyata gajah Damar sudah mati.

Sehari sebelumnya, petugas piket di TWA Buluh Cina menyatakan gajah Damar masih baik dan tidak ada gejala terserang penyakit.

Usai mendapat kabar kematian gajah ini, Kepala BBKSDA Riau memerintahkan tim medis melakukan nekropsi atau bedah bangkai untuk mendiagnosis kematian

Dokter hewan Rini Deswita sebagai kepala tim medis mengambil sampel lidah, hati, limpa, lambung, ginjal, jantung, paru-paru, dan cairan perikardium gajah. Selanjutnya dikirim ke laboratorium di Kota Bogor untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian gajah Damar.

Pemeriksaan di laboratorium menyatakan gajah Damar mati karena terserang Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV).

Video Terkini