Sukses

Roti Koing Khas Palembang, Camilan Tawar yang Mulai Pudar

Cara menyantapnya pun cukup unik, yakni dengan merendamnya ke dalam minuman hangat, misalnya teh. Setelah direndam, tekstur roti koing yang keras pun akan menjadi lebih lembut.

Liputan6.com, Palembang - Kota Palembang memiliki camilan unik bernama roti koing. Berbeda dengan roti pada umumnya yang menawarkan rasa manis, roti koing justru tak memiliki rasa alias tawar.

Roti koing juga biasa disebut roti raden atau roti klatak. Camilan yang satu ini semakin diminati saat Ramadan tiba.

Roti berbentuk bulat dan berukuran kecil ini memiliki tekstur sedikit keras. Biasanya, roti koing hadir bersama kolang-kaling, kurma, cincau, atau dawet.

Cara menyantapnya pun cukup unik, yakni dengan merendamnya ke dalam minuman hangat, misalnya teh. Setelah direndam, tekstur roti koing yang keras pun akan menjadi lebih lembut.

Selain itu, ukurannya akan semakin mengembang dan rasa tawarnya pun akan bercampur sempurna dengan minuman penyandingnya. Untuk mendapatkan tekstur terbaik, biasanya roti koing direndam selama kurang lebih 5-10 menit.

Uniknya, camilan Palembang yang sudah direndam ini tidak akan pecah saat diangkat menggunakan sendok dan tetap utuh. Roti koing banyak ditemui di pasar-pasar tradisional di Palembang dengan harga yang relatif terjangkau.

Mengutip dari berbagai sumber, kuliner Palembang ini termasuk panganan yang dibuat secara tidak sengaja. Pada zaman penjajahan, gula sangat sulit didapatkan.

Masyarakat Palembang pun membuat roti gandum tanpa menggunakan gula. Ternyata, resep seadanya itu justru melahirkan roti yang banyak diminati.

Sayangnya, seiring perkembangan zaman, roti koing hanya dinikmati oleh orang-orang tua saja. Terlebih, roti ini lebih banyak diminati di momen Ramadan saja.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak