Sukses

Terinspirasi Prabowo, Warga Lembur Pakuan Inisiasi Lomba Bayi Sehat dan Gemoy

Ratusan balita dari berbagai daerah meriahkan lomba Bayi Sehat dan Gemoy yang diinisasi Kang Dedi Mulyadi di Lembur Pakuan Kabupanet Subang.

Liputan6.com, Subang - Suasana di Lembur Pakuan, Desa Sukasari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang, Jawa Barat mendadak riuh oleh suara ratusan balita, Minggu (10/12/2023) ini. Ternyata, bayi-bayi lucu ini hendak mengikuti lomba Bayi Sehat dan Gemoy yang diinisiasi Kang Dedi Mulyadi.

Tak tanggung-tanggung, ternyata ratusan balita ini datang dari berbagai daerah di Indonesia. Adapun yang melatar belakangi digelarnya kegiatan tersebut, tak lain sebagai bagian dari upaya mendorong kesadaran masyasarakat akan pemenuhan gizi di Indonesia yang dinilai masih rendah.

Ketua pelaksana kegiatan, Imas Laelasari mengatakan kegiatan tersebut digelar oleh Posyandu Lembur Pakuan yang sejak dulu didukung oleh Kang Dedi Mulyadi dalam rangka membantu pemenuhan gizi anak seimbang.

"Kita berharap tradisi Kang Dedi dalam memperhatikan gizi anak di sekelilingnya terus berkembang ke berbagai daerah," ucap Imas di lokasi acara.

Imas menuturkan, lomba tersebut diikuti tak kurang dari 800 peserta. Suasana acara terasa sangat meriah karena membludaknya pengunjung. Karena, dari setiap peserta lomba, rata-rata diantar oleh minimal tiga orang.

"Alhamdulillah, antusias masyarakat untuk mengikutsertakan balitanya dalam perlombaan ini cukup tinggi," kata Imas.

Menurut Imas, diadakannya perlombaan terebut karena terinspirasi Joget Gemoy ala Prabowo Subianto yang digelar belum lama ini atas inisiatif Kang Dedi Mulyadi.

Dalam lomba tersebut, ratusan anak ini berebut hadiah jutaan rupiah dalam tiga kategori berbeda. Kategori pertama bayi baru lahir hingga satu tahun, kategori kedua bayi berusia 13-24 bulan dan terakhir balita mulai usia 2-5 tahun.

Dalam perlombaan ini, panitia juga menyiapkan sebanyak 21 juri profesional dari bidang kedokteran hingga fashion menjatuhkan pilihan juara pada anak-anak yang memiliki rekam pertumbuhan proporsional, motorik yang baik sesuai usia dan juga busana yang mereka kenakan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Kampanye Ancaman Gizi Buruk

Sementara itu, tokoh masyarakat Lembur Pakuan, Kang Dedi Mulyadi sangat mengapresiasi kegiatan tersebut. Dirinya pun tak menyangka masyarakat yang hadir dalam kegiatan itu sangat membludak.

Kang Dedi yang saat ini menjadi caleg DPR RI dari Gerindra itu, juga mengungkapkan rasa senangnya melihat respon warga yang antusias datang dari berbagai wilayah di Jawa Barat, baik sebagai peserta lomba maupun mereka yang sekedar hadir. Diantaranya, ada yang dari Tasik, Bandung, Cirebon, Cikarang Bekasi dan lain-lain.

Saat ditanya faktor apa yang mendasari banyaknya warga yang hadir dan daftar sebagai peserta, Dedi mengatakan, bisa jadi macam-macam. Salah satunya, mungkin, karena faktor ingin dapat hadiah besar.

"Atau mungkin juga karena sebagian warga ingin sekalian liburan dan hiburan," ujar Dedi.

Apakah mungkin tingginya antusiasme warga itu sebagai bentuk dukungan kepada Prabowo karena ada kata gemoynya? Mantan bupati Purwakarta dua periode ini mengaku tak mau berspekulasi terlalu jauh.

"Yang pasti, kegiatan ini bukan kampanye capres. Bahwa sebagian warga mendaftar karena tertarik ada kata gemoynya yang nota bene identik dengan Prabowo, itu soal lain. Masa orang suka ke Pak Prabowo karena ada gemoynya harus dilarang," tegasnya.

Yang pasti, lanjut Dedi, jika pun ada unsur kampanyenya, maka yang dimaksud adalah kampanye untuk meningkatkan kesadaran warga terhadap ancaman gizi buruk buat anak-anaknya. Makanya, yang dilombakan itu adalah Bayi Sehat dan Gemoy.

"Bisa saja, anak itu gemoy tapi tidak sehat. Atau tak apa-apa gemoy yang penting sehat. Nah, bagaimana caranya agar anak kita itu sehat, itulah misi utamanya dalam kegiatan ini. Salah satunya dengan mengampanyekan ancaman gizi buruk," jelas dia.

Dalam pandangan Dedi, gizi buruk itu bisa macam-macam penyebabnya, Bisa karena faktor ekonomi, sehingga tak mampu membeli makanan sebagai bahan asupan gizi yang baik. Atau, secara ekonomi mampu, tapi tak mengerti cara mengelola pemberian asupan gizi tersebut.

Sehingga, ia berharap kegiatan ini dilihat dari sisi kampanye untuk mendorong kesadaran akan pemenuhan gizi di Indonesia yang masih rendah. Dengan kegiatan ini, juga diharapkan terbangun kesadaran kaum perempuan, kaum ibu Indonesia untuk kembali pada pola tradisi yang sehat untuk anannya. 

"Secara kuantitas mungkin terpenuhi, tapi yang kita butuhkan saat ini adalah kualitas dari gizi yang harus terpenuhi," kata dia.

Ucapannya ini bukan tanpa dasar, karena dia menilai, saat ini semakin minimnya anak-anak makan daging, telur maupun sayur yang diolah langsung oleh orang tuanya.

Kebanyakan, kata KDM, anak-anak makan olahan makanan instans yang minim gizi. Belum lagi maraknya minuman dalam kemasan yang tidak karuan komposisi maupun nilai gizinya.

Ia khawatir ke depan semakin banyak anak ‘gemoy’ tapi tidak berkualitas. Selain karena kurangnya asupan gizi seimbang, ditambah kurangnya gerak anak karena ruang terbuka yang semakin menyempit.

"Artinya ke depan apa yang Pak Prabowo impikan adalah mengarah pada kualitas bukan sekadar kuantitas," tambah dia.

Dedi Mulyadi berharap gerakan gender emansipasi wanita tidak sebatas pada karir, tetapi juga fokus pada kesadaran dalam memberikan perhatian terhadap tumbuh kembang anak dari sisi perilaku dan asupan makanan yang bergizi.

"Pesan dari acara lomba balita gemoy ini adalah dua anak gemoy cukup, sehat dan cerdas. Artinya gemoy ini adalah terpenuhi gizinya bukan sekadar besar. Karena banyak anak yang hanya makan dengan garam badannya gendut, tapi dari sisi gizinya kurang," pungkasnya.