Liputan6.com, Bandung - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan tujuh gunung api yang ada di Jawa Barat berstatus normal atau Level I.
Menurut Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Hendra Gunawan, salah satunya adalah Gunung Tangkuban Parahu yang sempat dikabarkan meletus pada 7 Desember 2023.
"Sampai saat ini, alhamdulillah seperti Tangkuban Parahu kita berkoordinasi dengan pengelola taman day by day itu diberitahukan perkembangannya. Walaupun gunung statusnya normal karena bisa terjadi erupsi freatik (letusan uap air) sewaktu-waktu. Tapi yang penting kita monitor 24 jam, ada perubahan kita informasikan ke pengelola untuk antisipasi pengunjung. Begitu pula dengan gunung-gunung yang lain bahwa alat bekerja dengan baik," ujar Hendra di Bandung, Senin, 11 Desember 2023.
Advertisement
Hendra meminta masyarakat agar menjaga keberadaan alat pemantau aktivitas vulkanik gunung api untuk kepentingan bersama.
Pada 28 Oktober 2023 lalu terjadi pencurian alat pemantau gunung api Tangkuban Parahu berupa kabel jaringan dan kabel sistem power yang berfungsi untuk memantau aktivitas vulkanik.
"Titip pesan dari kami, kita jaga peralatan monitoring bersama-sama jangan sampai hilang karena itu untuk keselamatan kita juga," kata Hendra.Â
Hilangnya peralatan pemantau aktivitas Gunung Tangkuban Perahu bukan kali ini saja terjadi. Berdasarkan catatan, kejadian serupa sering terjadi sejak 2010 lalu.
Â
Baca Juga
Kondisi Gunung Salak
PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM menyatakan selain Gunung Tangkuban Parahu, gunung api aktif lainnya yang ada di Jawa Barat yaitu Gunung Salak, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor statusnya di Level I atau Normal.
"Pasca terjadinya gempa bumi dengan magnitudo 4,0 di Barat Daya Kota Bogor, pada Jumat (8/12/2023) dini hari, mengalami peningkatan gempa tektonik lokal. Gempa Tektonik Lokal mengalami peningkatan jumlah gempa diatas 4 kali kejadian per hari pada tanggal 6 Desember 2023 sebanyak delapan kejadian. Di 7 Desember 2023 sebanyak tujuh kali kejadian dan 8 Desember 2023 sebanyak 7 tujuh kali kejadian," terang Hendra.
Hendra menuturkan pengamatan kegempaan periode 1-9 Desember 2023, masih didominasi gempa tektonik jauh yang terekam sebanyak 31 kali kejadian dan gempa tektonik lokal sebanyak 22 kali kejadian.Â
Sedangkan untuk kejadian gempa vulkanik sebagai indikasi aktivitas Gunung Salak tidak terekam. Â
"Pengamatan visual periode 1 – 9 Desember 2023, gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah tidak teramati. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah ke arah selatan. Suhu udara sekitar 22-32 derajat Celcius," kata Hendra.
Hendra mengatakan dalam tingkat aktivitas Level I atau normal masyarakat dan pengunjung atau wisatawan tidak memasuki kawah dalam radius 500 meter dari kawah-kawah yang aktif di Gunung Salak.
Diantaranya adalah Kawah Ratu, Kawah Hirup dan Kawah Paeh terutama di musim hujan, untuk menghindari terjadinya akumulasi gas yang berbahaya.
"Di musim hujan, tingkat kelembaban udara di sekitar kawah akan lebih tinggi. Sehingga gas-gas vulkanik akan sulit terurai, yang menyebabkan konsentrasi gas-gasnya akan meningkat dan dapat membahayakan kehidupan," jelas Hendra.
Hendra meminta kepada seluruh kelompok masyarakat, meskipun dari kegempaan cenderung normal, namun tetap perlu diwaspadai terjadinya erupsi (letusan) freatik.Â
Erupsi ini berupa semburan lumpur atau erupsi uap air (steam explosion) yang dapat terjadi tiba-tiba, pasca terjadinya kenaikan gempa tektonik lokal beberapa hari lalu.
"Badan Geologi akan terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat dan Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor," ungkap Hendra.
Â
Advertisement
Warga Diminta Tenang
Hendra menekankan kepada masyarakat di sekitar Gunung Salak diharap tenang, tidak terpancing isu-isu tentang erupsi (letusan) Gunung Salak.
Masyarakat juga dapat melakukan kegiatan seperti biasa dan agar selalu mengikuti arahan dari BPBD setempat.
"Untuk informasi dapat menghubungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (022) 7272606 di Bandung, Provinsi Jawa Barat) atau Pos Pengamatan Gunung Salak di Desa Benda, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat," tukas Hendra.
Gunung Salak merupakan salah satu gunung api strato Tipe A dengan ketinggian kurang lebih 2.210 meter diatas permukaan laut (mdpl).Â
Gunung api ini secara administratif berada di wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, serta dipantau melalui Pos Pengamatan Gunung api (PGA) Gunung Salak di Desa benda, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
Erupsi terakhir Gunung Salak terjadi tahun 1938 berupa erupsi freatik dari Kawah Cikuluwung Putri.Â
Sejak itu kegiatan terakhir hanya berupa bualan lumpur di Kawah Ratu dan Kawah Hirup serta tembusan solfatara dan fumarol di Kawah Ratu.
Gunung api aktif lainnya yang berada di Provinsi Jawa Barat berstatus normal atau Level I adalah Gunung Gede, Kabupaten Bogor, Sukabumi, dan Cianjur. Gunung Guntur, Kabupaten Garut. Gunung Papandayan, Kabupaten Garut. Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya serta Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan dan Majalengka.