Sukses

Mengurangi Emisi Karbon, Meningkatkan Pemanfaatan Energi Terbarukan

PLTS Terapung Cirata menjadi simbol kemajuan teknologi energi terbarukan di Indonesia dan membuktikan bahwa negeri ini berada di jalur menuju masa depan berkelanjutan.

Liputan6.com, Jakarta - Kamis (9/11/2023) pagi itu, lebih dari 340.000 unit panel fotovoltaik dengan presisi matematis menyusun deretan yang megah di atas permukaan air. Panel-panel tersebut siap menyedot energi surya untuk menggerakkan mesin megaproyek ini yang menjadi sorotan dunia.

Inilah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata yang menjulang di Jawa Barat. Di tengah fajar merah yang menyambut tersebut, dimulailah perjalanan menggairahkan untuk memanfaatkan energi matahari.

Dalam balutan kaos putih dan celana hitam khasnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rombongan terbatas dalam perjalanan menuju ke helipad Stadion Purnawarman, Kabupaten Purwakarta. Bersama dengan sejumlah menteri, Jokowi naik helikopter Super Puma TNI AU tepat pukul 07.20 WIB, meninggalkan jejaknya di langit Jakarta untuk tiba di Jawa Barat.

Tibanya di lokasi, Jokowi tak hanya meresmikan PLTS Terapung Cirata yang memiliki kapasitas mengagumkan, 192 Megawatt peak (MWp). Namun ia juga membawa semangat baru bagi Indonesia dalam menggunakan sumber energi terbarukan. 

Dalam penerbangan ke Jawa Barat, Jokowi didampingi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, dan Menteri Negara untuk Perdagangan Luar Negeri Uni Emirat Arab Dr. Thani bin Ahmed al Zeyoudi. Keberadaan pejabat tinggi ini menjadi bukti komitmen pemerintah dalam menghadapi tantangan energi dan memperkuat hubungan bilateral.

“Hari ini merupakan hari yang bersejarah karena mimpi besar kita untuk membangun pembangkit energi baru terbarukan dalam skala besar akhirnya bisa terlaksana. Indonesia berhasil membangun PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara dan nomor tiga di dunia,” kata Jokowi dengan penuh semangat saat meresmikan PLTS Terapung Cirata.

Pernyataan ini mencerminkan prestasi besar Indonesia dalam mengadopsi teknologi ramah lingkungan dan berkontribusi pada ketahanan energi global. PLTS Terapung Cirata menjadi simbol kemajuan teknologi energi terbarukan di Indonesia dan membuktikan bahwa negeri ini berada di jalur menuju masa depan berkelanjutan.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, proyek ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam menyediakan pasokan listrik yang handal dan bersih untuk masyarakat Indonesia serta membuka peluang investasi lebih lanjut di sektor energi terbarukan.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu lantas mengungkapkan pertumbuhan pembangkit energi bersih di Indonesia semakin baik. Sebelum beroperasinya PLTS Terapung Cirata, sudah ada PLTA dengan kapasitas hingga 1.000 Megawatt (MW). Dengan beroperasinya PLTS Terapung Cirata 192 MWp, semakin menambah kapasitas terpasang pembangkit energi bersih.

“Ke depan, kalau dimaksimalkan bisa menambah kurang lebih 1.000 MWp. Saya gembira dan bangga melihat PLTS Terapung di Cirata ini telah selesai, ini hasil kerja sama Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, bersama PLN dan kolaborasi dengan kekuatan dunia yaitu Masdar dari Uni Emirat Arab (UEA),” ujar Jokowi.

Jokowi menegaskan pentingnya memanfaatkan perkembangan teknologi dalam mendukung pengembangan listrik berbasis energi bersih. Dia menyatakan bahwa kemajuan teknologi dan infrastruktur transmisi yang tangguh memiliki peran krusial dalam mengatasi tantangan energi baru terbarukan (EBT), khususnya terkait dengan intermitensi.

“Sekarang teknologinya sudah ada misalnya di pembangkit surya dan angin ada tantangan cuaca, tapi bisa kita atasi dengan membangun smart grid, sehingga meskipun cuaca berubah-ubah listriknya tetap stabil,” ujarnya.

Teknologi smart grid juga bisa mendorong terciptanya akses listrik bersih yang merata bagi seluruh masyarakat. Lewat jaringan transmisi antarpulau juga bisa mengkoneksikan potensi energi terbarukan di lokasi terpencil ke pusat ekonomi yang membutuhkan listrik lebih banyak.

“Solusinya, kita bisa bangun jaringan transmisi yang nantinya setiap potensi EBT di Sumatera, di Kalimantan dan di Sulawesi bisa kita salurkan ke pusat-pusat ekonomi,” cetus eks Wali Kota Solo itu.

Proyek PLTS Terapung atau Floating Solar PV Cirata yang diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo memang menjadi PLTS terapung terbesar di kawasan Asia Tenggara. Berkapasitas 192 MWp dengan luas 200 hektare, PLTS ini dibangun di atas Waduk Cirata yang berlokasi di tiga Kabupaten Jawa Barat, yakni Purwakarta, Cianjur, dan Bandung Barat.

PLTS Terapung Cirata juga mampu memproduksi energi bersih sebesar 245 gigawatt hour (GWh) per tahun dan mereduksi 214 ribu ton CO2 per tahun.

Pembangunan proyek ini sudah berjalan kurang lebih selama tiga tahun dan merupakan bentuk kolaborasi global antara PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) melalui subholding PLN Nusantara Power dan perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA), Masdar.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, memberikan penjelasan terinci mengenai perencanaan dan perkembangan proyek PLTS terapung yang telah dijalankan oleh PLN sejak 2021. Proyek ini dianggap sebagai bagian integral dari upaya PLN dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dan memastikan pasokan energi yang berkelanjutan untuk sistem kelistrikan di wilayah Jawa dan Bali.

“PLTS Terapung Cirata menjadi etalase kerja sama global mewujudkan penurunan emisi dalam percepatan transisi energi menuju Net Zero Emissions (NZE) pada 2060,” ujar Darmawan dalam keterangan tertulis.

Dari kapasitas yang masif, PLTS Terapung Cirata diharapkan membantu masyarakat mendapatkan pasokan listrik yang lebih hijau. Selain itu, proyek ini juga akan memberikan kontribusi penambahan bauran EBT sebagai wujud komitmen dan kepedulian negara terhadap lingkungan serta keberlanjutan.

Perlu diketahui, PLTS Terapung Cirata terdiri dari 13 pulau atau arrays dengan lebih dari 340 ribu panel surya yang dapat menghasilkan listrik untuk disalurkan ke lebih dari 50 ribu rumah. Lewat kolaborasi, proyek ini mampu menyerap sekitar 1.400 tenaga kerja lokal dan memberdayakan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).

“Kami melakukan joint study, joint investment, dan kolaborasi teknologi dengan state of the art of technology, sampai kolaborasi SDM-nya. Dengan demikian, PLTS ini tidak hanya menambah bauran EBT, namun juga meningkatkan kapasitas nasional,” kata Darmawan.

Melihat luasan Waduk Cirata, pihaknya telah memetakan potensi pengembangan PLTS Terapung Cirata. Dengan luasan 6.200 hektare, PLTS ini bisa dikembangkan hingga lebih dari 1.000 MWp.

Kemudian, tarif PLTS Terapung Cirata sangat kompetitif dan akan meningkatkan kemandirian melalui pemanfaatan energi dari sumber daya alam lokal. Tak sampai di situ, proyek ini akan membuka kesempatan kepada masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam pengembangan energi hijau baik melalui Renewable Energy Certificate (REC) PLN maupun perdagangan karbon.

“Kita punya misi bersama untuk menyelamatkan bumi, tetapi di sisi lain juga tetap menjaga pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, dan menyejahterakan masyarakat,” kata Darmawan.

Darmawan bilang, pihaknya saat ini tengah mengusung strategi Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang bisa meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan sebesar 75 persen atau setara 61 GW hingga 2040.

Strategi tersebut dilakukan melalui pembangunan green enabling transmission line yang akan menghubungkan potensi-potensi EBT di daerah terpencil dengan pusat beban listrik, seperti di Pulau Jawa. Infrastruktur tersebut juga dilengkapi dengan smart grid mulai dari pembangkitan, transmisi hingga distribusi. Langkah ini menjadi solusi dari tantangan intermittency pada pembangkit listrik seperti surya dan angin, sehingga pasokan listrik dapat tetap andal dan berkelanjutan.

“Dengan strategi tersebut, kita dapat meningkatkan penggunaan pembangkit tenaga surya dan angin dari hanya 5 GW menjadi 28 GW hingga 2040. Kami akan melakukan best effort mengeksekusi arahan bapak presiden. Kami siap menjalankan transisi energi demi memastikan kehidupan masa datang lebih baik,” tutur Darmawan.

2 dari 4 halaman

Buka Potensi Pengembangan Energi Hijau di Indonesia

Menteri Perdagangan Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA), Thani bin Ahmed Al Zeyoudi, mengungkapkan apresiasinya terhadap peresmian PLTS Terapung Cirata. Inisiatif ini menandai hasil nyata dari kerja sama erat antara Indonesia dan UEA dalam menghadapi tantangan transisi energi global.

Dalam pernyataannya, Thani bin Ahmed Al Zeyoudi menekankan bahwa beroperasinya PLTS Terapung Cirata memperkuat komitmen bersama Indonesia dan UEA dalam mendukung transisi energi. PLTS ini tidak hanya menjadi simbol konkrit dari kemitraan kedua negara tetapi juga memberikan dorongan positif terhadap pengembangan energi hijau di Indonesia.

“Ini juga menjadi visi penting bagi UEA, kami berkomitmen untuk terus mengembangkan teknologi ramah lingkungan. PLTS Terapung Cirata menjadi bukti kuatnya kerja sama ekonomi dan hubungan bilateral Indonesia dan UEA,” ucap Thani bin Ahmed Al Zeyoudi.

PLTS Terapung Cirata merupakan bentuk terciptanya kerja sama investasi yang baik antar dua negara. Proyek energi bersih ini menjadi terobosan bagi pendorong ekonomi baru di sektor logistik, pariwisata, manufaktur bahkan sektor pertanian dan ekonomi halal antar dua negara.

“Tentu saja, ke depan kita semua akan lebih banyak menghasilkan proyek energi ramah lingkungan seperti yang kita rayakan pada hari ini. Langkah strategis ini menjadi peran utama dalam mendorong target NZE,” kata Thani bin Ahmed Al Zeyoudi.

UEA juga berkomitmen untuk melakukan investasi lanjutan khususnya di energi bersih. Dukungan UEA ini sebagai dorongan terhadap Indonesia untuk bisa mencapai NZE pada 2060 mendatang.

CEO Masdar, Mohamed Jameel Al Ramahi menjelaskan, pihaknya sebagai perusahaan kelas dunia berkomitmen untuk terus melakukan pengembangan teknologi sehingga dapat memberikan solusi dan jawaban dalam upaya transisi energi. Ke depan, terdapat rencana pengembangan PLTS Terapung Cirata ini lebih baik lagi dan mampu memberikan kontribusi lebih kepada Indonesia.

“Kerja sama antara Masdar dan PLN menjadi bukti dukungan kami terhadap agenda transisi energi di Indonesia. Masdar dan PLN juga sepakat untuk dapat melipatgandakan kapasitas yang ada pada proyek ini. Kami sangat menantikan kolaborasi lanjutan untuk bisa memberikan manfaat yang lebih besar,” kata Jameel Al Ramahi.

3 dari 4 halaman

Masih Bisa Dioptimalkan hingga 1,2 GWp

Melihat luasan Waduk Cirata hingga lebih dari 6.200 hektare, Direktur Utama PLN Nusantara Power (NP) Rully Firmansyah mengungkapkan, PLTS terapung ini dapat untuk melistriki sebanyak 50 ribu rumah dengan asumsi per rumah 15 kwh/ hari. Selain itu, kehadiran pembangkit akan berkontribusi mengurangi emisi karbon sebesar 586,3 ton per hari.

“Jadi dalam setahun akan mengurangi emisi karbon sebesar 214 ribu ton pertahun. Ini merupakan komitmen kami untuk menyalurkan listrik yang hijau kepada masyarakat secara berkelanjutan,” kata Rully.

Sementara, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif optimistis kapasitas produksi PLTS Terapung Cirata masih bisa dioptimalkan hingga 1,2 Gigawatt peak (GWp).

“Kapasitas PLTS Terapung Cirata masih bisa dikembangkan lebih besar lagi, dengan total potensi maksimum mencapai sekitar 1,2 GWp apabila memanfaatkan 20% dari luas total Waduk Cirata,” kata dia.

Tak hanya itu, menurut Arifin, pengembangan pembangkit skala besar ini bisa menjadi daya tarik industri untuk membuat bahan baku solar PV. “Ke depan harapannya bahan baku bisa dikembangkan di Indonesia supaya TKDN-nya bisa full,” cetusnya.

Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sugeng Suparwoto mengapresiasi PLTS Terapung Cirata yang telah diresmikan Presiden Joko Widodo. Peresmian ini kata Sugeng, merupakan tanda keseriusan negara dalam mengakselerasi renewable energy di Tanah Air.

“Ini menandai bahwa memang kita semuanya komitmen serius betul untuk mengembangkan green renewable energy,” ujar Sugeng.

4 dari 4 halaman

Kolaborasi Global untuk Mengatasi Perubahan Iklim

Setelah sukses membangun PLTS Terapung Cirata, PLN NP bersama Masdar sepakat mengkaji potensi peningkatan kapasitas pembangkit listrik ramah lingkungan tersebut. Tak sampai di situ, PLN dengan Masdar juga melakukan penandatanganan kerja sama untuk eksplorasi pengembangan bisnis energi untuk pasar internasional.

Kesepakatan antara PLN-Masdar dan PLN NP-Masdar ditandatangani di sela-sela acara Konferensi Perubahan Iklim Persatuan Bangsa Bangsa atau COP 28 di Dubai, UEA pada Sabtu (2/12/2023) lalu dengan disaksikan Duta Besar UEA untuk Indonesia Abdulla Salem Aldhaheri dan Menteri Energi dan Infrastruktur UEA Suhail Mohamed Al Mazrouei.

Abdulla Salem Aldhaheri mengatakan, kolaborasi antara PLN dan Masdar ini merupakan kelanjutan kerja sama bilateral antara UEA dan Indonesia. Khususnya untuk sektor penting seperti pengembangan EBT di Indonesia dan eksplorasi pengembangan bisnis energi untuk pasar internasional.

“Seperti kita ketahui bersama, ini merupakan kelanjutan dari hubungan baik antara Uni Emirat Arab dan Indonesia. Penandatanganan kerja sama ini bukti pentingnya sektor EBT untuk kita,” kata Aldhaheri.

Sementara itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, kolaborasi ini akan menguatkan kerja sama bilateral antara Indonesia dengan UEA. PLN bersama Masdar berharap bisa melanjutkan kolaborasinya untuk peningkatan EBT di tingkat lokal dan global.

“Perubahan iklim ini masalah global, untuk itu dibutuhkan juga solusi secara global dalam bentuk kolaborasi,” kata Darmawan.

Darmawan juga mengatakan melalui kerja sama yang dilakukan antara PLN NP dengan Masdar akan mengkaji eksplorasi penambahan kapasitas terpasang untuk PLTS Terapung Cirata. Peluang ini sangat terbuka mengingat saat ini baru 4% dari maksimal 20% luas permukaan danau yang dimanfaatkan.

“Kita butuh langkah-langkah, studi untuk penambahan kapasitas PLTS Terapung Cirata ini secara teknisnya seperti apa. Juga dampak terhadap sistem kelistrikan, karena produksi listrik dari EBT karakternya intermittent atau fluktuatif,” ujar Darmawan.

Setelah sukses di PLTS Terapung Cirata, Jawa Barat, PLN juga menggandeng ACWA Power, perusahaan energi asal Arab Saudi untuk mengembangkan PLTS terapung di Danau Singkarak, Sumatera Barat dan di Waduk Saguling, Jawa Barat.

Kerja sama PLN dan ACWA Power ditandai dengan penandatanganan Letter of Intent (LoI) di sela Konferensi Perubahan Iklim PBB COP28 di Dubai, Minggu (3/12/2023). Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra, dan CEO ACWA Power Marco Arcelli.

Darmawan mengatakan, pengembangan PLTS terapung ini menjadi revolusi pengembangan EBT dalam negeri dan kami berharap proyek ini mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam pengembangan bisnis EBT di Indonesia.

Dalam pengembangannya, Darmawan menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan studi kelayakan, pengurusan perizinan hingga pembangunan PLTS terapung telah dinyatakan sebagai Proyek Strategis Nasional.

PLTS Terapung Singkarak akan berdiri di atas 0,26 persen total luas Danau Singkarak, Sumatera Barat. Rencananya, PLTS Terapung Singkarak akan memiliki kapasitas 77 MWp. Saat beroperasi, listrik akan disalurkan melalui interkoneksi 150 kV sehingga mampu memenuhi kebutuhan listrik bersih di sistem Sumatera.

“Harapannya, PLTS Terapung Singkarak bisa mendorong pertumbuhan industri dan perekonomian di Sumatera. Saat ini, Sumatera merupakan salah satu wilayah dengan kapasitas terpasang EBT yang cukup besar,” kata dia.

Adapun untuk PLTS Terapung Saguling akan menggunakan 1,69 persen total luas permukaan Waduk Saguling, di Jawa Barat. PLTS Terapung Saguling akan memiliki kapasitas hingga 92 MWp. Nantinya, energi listrik yang dihasilkan akan dialirkan melalui interkoneksi 150 kV ke sistem kelistrikan Jawa, Madura dan Bali.

Darmawan juga menjelaskan kerja sama bersama ACWA Power ini juga menjadi bukti kolaborasi dengan dunia internasional dalam mendukung transisi energi di dalam negeri. Kerja sama ini menajamkan langkah Indonesia sebagai negara dengan iklim investasi yang menarik.

Sementara, CEO ACWA Power Marco Arcelli mengatakan kolaborasi bersama PLN merupakan perjalanan yang transformatif. Bersama PLN, ACWA melakukan pengembangan inovasi dan membaca peluang transisi energi sebagai pertumbuhan ekonomi.

“Kami memecahkan tantangan transisi energi ini bersama-sama. Membuat berbagai inovasi baru dan menciptakan kolaborasi yang baik untuk masa depan dunia,” kata Marco Arcelli.

Video Terkini