Liputan6.com, Bali Masyarakat dari berbagai kalangan di Bali menggelar ritual Nangluk Merana dan doa bersama di daerah Munduk serta Alas Mertajati Buleleng Bali.
Kegiatan tersebut bertepatan dengan Tilem ke-6, dalam kosmologi Bali. Diketahui, ritual Nangluk Merana ini dilakukan untuk mengusir berbagai energi negatif.
Menurut penyelenggara yang juga Ketua Bagaraksa Alas Mertajati, Putu Ardana, jika dikaitkan dengan masyarakat agraris, maka ritual Nangluk Merana ini dilakukan untuk mengusir hama.
Advertisement
Baca Juga
Namun dalam konteks kebangsaan saat ini, doa juga dipanjatkan untuk memohon atas keselamatan bangsa, pemilu damai, serta terpilihnya pemimpin yang amanah.
"Kami berkumpul di tepi Danau Tamblingan dan Alas Mertajati untuk melantunkan doa agar semesta selalu melindungi bangsa dan negeri ini. Agar Indonesia senantiasa selamat, berpuluh, beratus bahkan berjuta tahun ke depan, selamanya. Kami juga berdoa agar kita semua dapat melalui pemilu ini dengan penuh kedamaian," tutur Putu Ardana.
Selain itu, masyarakat memohon agar Tuhan membimbing untuk menemukan pemimpin yang dapat dipercaya, tidak mudah tergoda oleh nafsu dunia, tidak silau kuasa, serta tidak semena-mena.
Mereka juga mendambakan lahirnya pemimpin yang mencintai sesama di atas segalanya, menjaga norma kemanusiaan dan tatanan yang ada.
Ketuk Pintu Langit
Dipimpin pemangku setempat, prosesi ini diawali dengan sembahyang bersama di Pura Gubug. Acara kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta pembacaan narasi oleh Diandra Orissa.
Selanjutnya, dilakukan pemotongan tumpeng Merah Putih dan makan bersama dengan gaya khas Bali, yaitu Megibung.
"Tumpengan ini kita haturkan sebagai rasa terima kasih atas berkah, rahmat, manfaat atas karunia Yang Maha Kuasa kepada rakyat Indonesia," ujar Putu Ardana.
Diterangkannya, melalui acara ini, masyarakat meneguhkan ikhtiar bahwa segala daya upaya manusia untuk mengatur dunia pada akhirnya akan ditentukan oleh kehendak Sang Maha Pencipta.
"Manusia punya cara, tapi Tuhan adalah Maha Perencana. Manusia berupaya, namun semesta penentunya," lanjutnya.
Karena itulah, masyarakat berdoa untuk mengetuk pintu langit agar Tuhan mengampuni segala kesalahan atas kesesatan pikir, simpang laku dan kelaliman keputusan.
"Semoga jalan kebajikan yang sedang kita tempuh merupakan jalan menuju langit. Sebagaimana jalan yang diajarkan leluhur kita: perkumpulan orang-orang baik, mulia dan disucikan," tandasnya.
Advertisement