Liputan6.com, Surabaya Kolaborasi yang dilakukan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dengan Indonesia National Shipowners Association (INSA) melahirkan langkah strategis untuk menghadapi tantangan menuju Indonesia Maju.
Salah satu tantangannya yaitu Kemenhub mendorong anggota INSA untuk menjadikan Indonesia sebagai hub (tol) laut di Asia Tenggara. Dengan menjadi hub, biaya logistik akan lebih kompetitif sehingga akan meningkatkan daya saing Indonesia.
"Kita punya visi bersama untuk menjadikan Indonesia sebagai hub laut di Asia Tenggara," ujar Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi usai acara Rapat Umum Anggota (RUA) INSA ke-18 Tahun 2023 bertema INSA Siap Hadapi Tantangan Menuju Indonesia Maju di Surabaya, Jumat (15/12/2023) malam.
Advertisement
Baca Juga
"Upaya ini tidak mudah karena kita posisinya di Selatan dibanding negara ASEAN lainnya. Tetapi kawasan Indonesia sangat besar, sehingga sangat memungkinkan,” imbuh Menhub Budi.
Menhub Budi mengatakan, anggota INSA memegang peranan besar dalam pengelolaan pergerakan kapal. Termasuk di dua pelabuhan besar Indonesia yaitu Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta dan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat.
Budi berharap, ke depan INSA terus berupaya untuk mewujudkan visi tersebut dengan melakukan kolaborasi mendalam dengan para stakeholder, dan aktif memberi masukan kajian profesional kepada Kemenhub.
“INSA adalah partner pemerintah yang sangat baik, kooperatif, dan banyak memberikan masukan-masukan positif. Kami selaku regulator juga akan terus berupaya meningkatkan iklim investasi menjadi lebih baik lagi," ucapnya.
Tantangan Pelayaran
Sementara itu, Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto mengaku, tantangan di dunia pelayaran semakin kompleks. Hal ini mendorong INSA untuk menghadapinya dengan terus berinovasi.
Namun, lanjut Carmelita, pelayaran nasional tetap optimis menatap masa depan sektor pelayaran nasional di masa mendatang.
Kolaborasi dan inovasi berkelanjutan merupakan kunci menghadapi setiap tantangan dan sekaligus menciptakan peluang masa depan.
“Melalui forum RUA empat tahunan ini diharapkan terciptanya program-program kerja strategis INSA agar bisa menjawab tantangan dan meningkatkan daya saing industri pelayaran nasional,” ucapnya.
Selain itu, kata Carmelita, INSA juga sadar akan pentingnya penguatan asas cabotage dalam menjaga kondusifitas iklim usaha dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
"Penerapan asas cabotage telah berhasil menjadi success story dalam menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sekaligus menjadikan pelayaran merah putih sebagai tuan rumah di negeri sendiri," ujarnya.
Disisi lain, Carmelita mengungkapkan, perlu adanya peningkatan daya saing pelayaran nasional agar dapat lebih berperan di kancah global melalui program beyond cabotage.
"Program beyond cabotage menjadi salah satu fokus INSA dan sejumlah stakeholder, yang bertujuan untuk memberikan dampak positif bagi ekonomi nasional, khususnya dalam memperbaiki defisit neraca jasa yang kerap dialami Indonesia selama ini," ucapnya.
Untuk itu, Focus Group Discussion (FGD) pada hari pertama RUA INSA ke-XVIII mengangkat tema Beyond Cabotage, menghadirkan para narasumber kompeten yang membahas pendanaan pengadaan kapal, kebijakan perpajakan sektor pelayaran, pengembangan SDM pelayaran, dan teknologi terkini sektor pelayaran nasional.
“INSA berharap dapat terus meningkatkan sinergi dengan seluruh stakeholder terkait untuk mencapai tujuan bersama, yakni pengembangan sektor pelayaran nasional yang berkelanjutan dan berdaya saing,” ujar Carmelita.
INSA juga semakin berperan di kancah regional dan global dengan kembali menjadi anggota Federation of ASEAN Shipowners' Association (FASA).
Pada Exco Meeting FASA beberapa waktu lalu, INSA juga terpilih menjadi ketua FASA periode 2024-2026. Ketua FASA periode tersebut juga akan menjadi Wakil Ketua Asian Shipowners' Association (ASA).
"Ini menjadi kesempatan bagi INSA untuk memperluas pengaruhnya di tingkat internasional, termasuk negara Asia dan negara-negara lainnya," ucap Carmelita.
Advertisement