Liputan6.com, Jakarta - Agresi Israel di Palestina selama 75 tahun terakhir dan genosida brutal sejak 7 Oktober 2023 belum juga berakhir. Setelah gencatan senjata tujuh hari yang dimediasi oleh Qatar berakhir, pasukan Israel masih terus melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza dan beberapa wilayah di Lebanon dan Suriah.
Serangan juga masih berlangsung di Tepi Barat, di hari agresi ke 73. Bahkan, Israel mengumumkan blokade total terhadap Jalur Gaza, dan telah melancarkan serangan udara bertubi-tubi ke Jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan Palestina, dilansir dari TASS menyatakan lebih dari 19.088 orang tewas hingga Minggu (17/12/2023) dalam operasi Israel di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Menurut statistik Kementerian Kesehatan Palestina, sebanyak 70% korban serangan Israel adalah perempuan dan remaja. Kemenkes Palestina juga melaporkan setidaknya lebih dari 50.897 orang terluka di Jalur Gaza akibat pemboman oleh Israel.
Advertisement
Tercatat, hingga saat ini hanya 11 rumah sakit yang bisa beroperasi di Gaza. Kondisi ini kian menyulut warga dunia untuk memberikan solidaritas terbaik bagi Palestina atas nama kemanusiaan. Selain aksi demonstrasi di berbagai negara, gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) juga terus menggema. Produk-produk Israel maupun negara afiliasinya menjadi sasaran 'kemarahan' warga dunia yang prihatin kala genosida tak juga berakhir.
Baca Juga
Pada 4 Desember 2023 lalu, brand fast fashion ZARA menjadi sasaran kemarahan warganet. Hal ini bermula dari kampanye promosi dari Atelier Collection 04 yang berbentuk seperti mendukung genosida dalam konflik di Gaza, Palestina. Foto-foto kampanye brand tersebut menampilkan model perempuan yang sedang berdiri sambil memanggul manekin yang dibungkus kain putih. Properti di sekeliling tempat foto banyak terlihat reruntuhan puing beton dan peti kayu.
Hal ini menyulut sensitivitas warganet yang masih terus melancarkan tagar FreePalestina di media sosial, termasuk di Indonesia. Foto kampanye brand asal Spanyol ini pun akhirnya diturunkan dari 4 laman media sosial ZARA. Setelahnya, ZARA juga mengeluarkan sebuah pernyataan klarifikasi.
"Setelah mendengar komentar-komentar mengenai kampanye terbaru ZARA 'The Jacket', kami ingin menyampaikan beberapa hal kepada pelanggan kami," tulis pihak ZARA dalam unggahan Instagram resminya.
"Kampanye tersebut, telah dirancang pada Juli dan difoto pada September, menampilkan seri gambar patung yang belum selesai di dalam studio dan diciptakan dengan tujuan menampilkan pakaian buatan tangan dalam konten artistik," lanjut mereka.
Namun, pernyataan ZARA tidak mengandung permohonan maaf sama sekali. ZARA justru menyayangkan reaksi publik yang muncul setelah mereka merilis kampanye Atelier Collection 04 The Jacket. Nyatanya, boikot produk feysen Zara masih menggema di media sosial sampai dengan Senin (18/12/2023) di platform media sosial X.
Terpantau beberapa peserta aksi bahkan melakukan penutupan toko ZARA, seperti terjadi di salah satu pusat belanja di Leicester, Inggris. Dalam sebuah postingan akun Majid Freeman dengan tagar #boycottZara #stopGazaGenocide, mengatakan bahwa mereka menutup jaringan ritel feysen Zara demi meningkatkan kesadaran atas dugaan iklan Zara yang menyinggung korban di jalur Gaza, Palestina.
Tak hanya brand fesyen, aksi boikot juga terus menggema pada merek-merek yang terafiliasi dengan Israel. Sebut saja produk fast moving consumer goods (FMCG) dari Unilever, Nestle hingga produk fast food seperti Coca Cola, Pepsi, KFC, Pizza Hut, Starbucks, McDonald's, Burger King, dan lain-lain. Begitu juga dengan brand teknologi, kecantikan, dan sebagainya.
Aksi Boikot Terus Berlanjut
Terbaru, aksi boikot juga menyasar produk air minum dari sebuah perusahaan air Sirma yang didirikan Turki. Hal ini terjadi setelah video yang menunjukkan sekelompok tentara Israel meminum produk tersebut di Gaza menjadi viral.
Video yang beredar luas di media sosial menunjukkan tentara Israel tersenyum sembari duduk mengelilingi meja di barak militer darurat yang tampaknya adalah sebuah sekolah. Kala itu tampak sebotol air Sirma ada di atas meja. Dengan menggunakan tagar #BoykotSirmaSu, pengguna media sosial mendesak konsumen untuk berhenti membeli air dari perusahaan yang dibeli oleh raksasa Prancis Danone pada tahun 2013 itu.
"@sirmaturkiye menjaga pasukan pendudukan Israel tetap terhidrasi saat mereka melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza," kata salah satu pengguna di platform X, dikutip dari The New Arab, Jumat, (15/12/2023).
“Kami melanjutkan boikot kami dengan cara sekuat mungkin. Kami tidak membeli produk-produk pembunuh bayi dan Zionis. #BoykotSirmaSu,” kata yang lain.
Di lain sisi, Sirma mengatakan di situsnya bahwa produknya dapat ditemukan di Israel, tetapi daftarnya tidak menyebutkan wilayah Palestina. Namun, seruan untuk memboikot Sirma sudah ada sebelum video tersebut dibuat, karena Danone sebagai perusahaan induknya secara rutin masuk dalam daftar boikot.
Boikot ini diharapkan menjadi jalan agar brand berhenti menyokong Israel. Salah satu kemenangan bagi gerakan Boikot Divestasi dan Sanksi (BDS) akar rumput Palestina pun sudah terjadi. Hal ini ketika merek pakaian olahraga Puma mengumumkan bahwa mereka mengakhiri perjanjian sponsorship dengan asosiasi sepak bola Israel.
Advertisement