Liputan6.com, Yogyakarta - Pelatih asal Portugal Jose Mourinho menyindir mantan klub yang ditanganinya Tottenham Hotspur membuat keputusan konyol dengan memecatnya kurang dari sepekan jelang final Carabao Cup melawan Manchester City tiga musim lalu.
Mourinho menyinggung jika klub tanpa tropi itu membuat keputusan yang sangat tidak masuk akal. Tottenham Hotspur memecat Mourinho setelah 17 bulan menangani klub, jelang beberapa hari sebelum final pada April 2021. Pada laga tersebut The Liliwhite tumbang 1-0.
Advertisement
Baca Juga
Pernyataan ini ia lontarkan dalam sebuah podcast Obi One yang juga membahas sejumlah cerita di balik kariernya saat melatih Manchester United dan Chelsea.
Dalam podcast itu, ia mengatakan jika pemecatannya di Tottenham adalah cerita yang paling konyol dan tak terduga selama ia menjadi pelatih di klub Premier League.
“Yang paling konyol adalah klub yang ruang trofinya kosong memecat saya beberapa hari sebelum final. Tottenham tidak pernah menang selama 50 tahun. Saya tidak ingat kapan. Tapi saya sudah tinggal dua hari sebelum final dan saya tidak bisa mencapai final," kata Mourinho.
Padahal, jelang laga melawan Manchester City itu Mourinho mengaku sangat optimistis timnya kala itu bisa meraih gelar setelah berpuluh tahun. Ia juga punya catatan apik saat menukangi Chelsea, terlebih ketika bermain di Wembley.
Bersama Chelsea, Mourinho selalu memenangkan laga yang digelar di Wembley, sementara saat mengarsiteki Manchester United, ia punya catatan dua kali menang dan hanya sekali kalah di stadion markas Timnas Inggris tersebut.
Menurut Mourinho, Stadion Wembley punya atmosfer yang sangat bagus untuk dirinya. Ia bisa merasakan kenyamanan saat tiba di stadion tersebut. Dan itu adalah yang perlu dilakukan pemain sebelum pertandingan.
Mourinho memang tidak sesumbar jika dirinya bakal menang melawan Manchester City seandainya masih menjadi pelatih Hotspur kala itu. Namun, Mourinho yakin mereka bisa mengalahkan tim asuhan Pep Guardiola setelah mengalahkan mereka 2-0 pada November sebelumnya dalam lanjutan Premier League.
Â
Manchester United
Selain cerita bersama Tottenham Hotspur, Mourinho punya cerita yang belum banyak diketahui orang ketika mengarsiteki Manchester United. Ia mengklaim pernah dituduh melakukan 'penindasan' setelah menggantikan pemain United di babak pertama dalam sebuah pertandingan.
Asal tahu saja, eks pelatih Porto itu memenangkan Piala Liga dan Liga Europa di musim pertamanya pada 2016-17 di Old Trafford, tetapi dia dipecat setelah dua setengah tahun memimpin Setan Merah karena performa tim mulai mlempem.
“Saat saya di Man United, saya mengganti pemain di babak pertama. Saya melakukan perubahan dan dituduh melakukan intimidasi. Saat (Nemanja) Matic di Stamford Bridge, dia berada di bangku cadangan. Saya pasang dia di menit 45, saya keluarkan sekitar menit 70. Itu pendidikan, itu pembinaan. Itu berarti melakukan apa saja untuk menang. Saya harus (membuat) perubahan," ujarnya tanpa mengungkap identitas pemain Manchester United itu.
Karena hal itu, Mourinho pun mengaku hanya tertawa jika mengingatnya saat ini. Menurutnya apa yang dilakukan saat itu merupakan gaya kepelatihannya yang biasa diperagakan saat menukangi sebuah klub.
Katanya, Man United perlu beradaptasi dengan perubahan sepeninggal masa keemasan bersama Sir Alex Ferguson.
Selain cerita itu, Mourinho juga mengaku pernah ingin menjual Paul Pogba dan Anthony Martial di United tetapi langkah itu diveto atau dibatalkan oleh petinggi Old Trafford.
Mantan pelatih Real Madrid itu memiliki hubungan yang sulit dengan wakil ketua eksekutif Ed Woodward dan menyarankan agar dia lebih baik bekerja dengan pengganti Woodward, yakni Richard Arnold. United mengumumkan bulan lalu bahwa Arnold telah mengundurkan diri sebagai kepala eksekutif.
“Mereka masih memiliki CEO yang merupakan orang yang luar biasa, yang ingin saya miliki selama saya berada di sana, yaitu Richard Arnold, yang mungkin sekarang akan pergi. Saya tahu dia sebagai direktur komersial, bukan CEO, dan saya ingin dia berada di sisi saya selama saya berada di sana, namun klub ini tidaklah mudah. Saya tidak menyesal karena saya memberikan segalanya," tuturnya.
Â
Penulis: Taufiq Syarifudin
Advertisement