Sukses

Imbas Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di NTT, Aktivitas Sekolah Diliburkan

Pemkab Flores Timur meliburkan sementara aktivitas belajar mengajar di sekolah di dua kecamatan yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

 

Liputan6.com, Flores - Pemkab Flores Timur meliburkan sementara aktivitas belajar mengajar di sekolah di dua kecamatan yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.

"Sekolah semester ini rencananya akan dimulai tanggal 4 Januari 2024, kami tiadakan sementara. Kami mempertimbangkan status gunung api. Itu langkah yang diambil," kata Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Flores Timur, Felix Suban Hoda dari Larantuka, Flores Timur, Selasa (2/1/2024).

Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur kembali erupsi pada 1 Januari 2024 menyusul kenaikan status dari Level II atau Waspada menjadi Level III atau Siaga.

Akibatnya ada dua kecamatan yang terdampak erupsi itu yakni Kecamatan Wulanggitang dan Kecamatan Ile Bura.

Felix menyebut peniadaan pembelajaran sementara itu berlaku bagi jenjang pendidikan SD dan SMP yang menjadi kewenangan pemkab. Adapun jumlah sekolah yang berada di Kecamatan Wulanggitang yaitu 14 SD dan 3 SMP, sedangkan 7 SD dan 2 SMP berada di Kecamatan Ile Bura.

Pemberlakuan peniadaan pembelajaran ini, kata Felix, berlaku selama satu minggu dulu. Kebijakan ini akan disesuaikan dengan perkembangan terkini dari status Gunung Lewotobi Laki-Laki.

"Kami terus lihat perkembangan, saya juga ke lokasi untuk menghibur para peserta didik yang berada di sana," ucapnya.

 

2 dari 2 halaman

Kondisi yang Situasional

Selain itu, lanjutnya, ada satu SMA di Kecamatan Ile Bura serta 3 SMA dan 1 SMK di Kecamatan Wulanggitang. Namun kewenangan terkait penghentian pembelajaran jenjang pendidikan SMA berada pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT.

"Tentu ada SMA di wilayah kabupaten, tapi dari sisi kewenangan bukan di kabupaten," kata Felix.

Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT Linus Lusi mengatakan penghentian sementara aktivitas belajar mengajar pada jenjang pendidikan SMA merupakan kondisi yang situasional.

Oleh karena itu sekolah juga berkoordinasi dengan koordinator pengawas (korwas) setempat atas siaga sekolah bencana.

"Ini pilihan tepat dengan perhatikan manajemen kebencanaan yang telah diperoleh selama ini," kata Linus.