Liputan6.com, Gorontalo - Danau Limboto merupakan danau terbesar di Provinsi Gorontalo. Danau ini merupakan sumber penghidupan sebagian besar masyarakat Kabupaten Gorontalo yang berprofesi sebagai nelayan. Namun, keindahan dan keberagaman hayati danau ini kini terancam oleh dampak pembuangan sampah plastik yang tidak terkendali.
Menurut Sutrisno Djunaidi, Aktivis Lingkungan di Gorontalo bilang, bahwa indikasi awal menunjukkan, terjadi pembuangan sampah plastik secara masif dari rumah tangga. Selain itu bisnis lokal dan area industri menjadi penyebab utama cemaran ini.
Advertisement
Baca Juga
"Itu baru identifikasi awal kami dengan komunitas pecinta alam Hibata Gorontalo. Sumber cemaran danau berasal dari sampah plastik rumah tangga," kata Sutrisno kepada Liputan6.com.
Menurutnya, cemaran sampah plastik tidak hanya merugikan estetika danau, tetapi juga memberikan dampak serius pada ekosistem air. Kehadiran sampah plastik mengancam kehidupan ikan dan organisme air lainnya.
"Tidak menutup kemungkinan bisa memicu kerusakan pada tanaman air yang merupakan bagian integral dari ekosistem danau. Seperti contoh ikan payangga atau Ophiocara porocephala yang telah hilang dari danau limboto," ujarnya.
Dirinya memberi saran kepada pemerintah daerah guna merespons kondisi tersebut dengan upaya konkret pembersihan danau secara darurat. Pemerintah diminta untuk menggandeng sukarelawan untuk bahu-membahu membersihkan danau, memungut sampah plastik, dan merestorasi keindahan danau yang terancam itu.
"Pemerintah daerah harus merespon ini, jangan sampai sampah ini menjadi sedimentasi besar yang membuat danau mengalami pendangkalan yang pada akhirnya hilang," pinta Dosen Universitas Nahdlatul Ulama.
Selain itu, pemerintah juga membuat langkah penegakan hukum untuk mengatasi akar masalah pembuangan sampah plastik. Pemerintah harus tegas melalui perda bahwa pembuangan sampah ke danau akan dikenakan sanksi serius sesuai aturan yang dibuat.
"Danau limboto kan kawasan konservasi, jadi apa salahnya ada aturan seperti itu dibuat," katanya
Dirinya berharap, ada kesadaran masyarakat yang bermukim di bantaran danau limboto soal pengelolaan sampah dan tidak berakhir di danau Limboto. Edukasi publik juga diharapkan dapat membawa perubahan perilaku dan mendorong tanggung jawab kolektif terhadap pelestarian danau limboto.
"Kondisi kritis di Danau Limboto memberikan panggilan bagi semua pihak untuk bersatu dan mengambil langkah-langkah konkrit dalam menjaga keindahan alam serta keberlanjutan ekosistem air," pungkasnya.
Simak juga video pilihan berikut:
Keterangan BWS Sulawesi
Sementara itu, PPK Danau Limboto, Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS) II Gorontalo Wempi Waroka mengatakan, sedimentasi danau limboto tidak hanya berasal dari sampah. Lahan gundul yang ditanami yang ditanami jagung, berkontribusi besar pada sedimentasi kondisi Limboto.
"Ketika hujan datang, pasti sedimentasi yang dihasilkan dari kebun itu akan masuk ke danau limboto," kata Wempi.
Belum lagi, masalah Keramba Jaring Apung (KJA) milik warga juga menjadi kendala. BWSS II mencatat, ada sekitar 2.000 lebih KJA yang yang ada di Danau Limboto. KJA ini setiap harinya memberi pakan untuk ikan sekitar 202 ton per hari.
Setelah dikalkulasi secara detail oleh pihak BWSSS, diperkirakan dalam setahun, pakan ikan yang masuk ke danau ada 73.730 ton. Jika diasumsikan, kalau ada 10 persen pakan itu tak dimakan ikan, ada 7.373 ton setiap tahun sedimentasi ikut menyebabkan pendangkalan Limboto.
"Selain sedimentasi, pakan tadi juga mengakibatkan kualitas air Danau Limboto menjadi tidak steril lagi untuk habitat ikan," ujarnya.
Advertisement