Sukses

Mengenal Lebih Jauh Bahasa Kawi, Keberadaan dan Penggunaannya hingga Kini

Lebih jauh lagi, bahasa Kawi juga sering digunakan untuk dijadikan nama tempat atau gedung. Beberapa orang juga menggunakan bahasa Kawi untuk memberi nama anak mereka.

Liputan6.com, Yogyakarta - Ragam bahasa merupakan salah satu kekayaan milik Indonesia. Salah satu bahasa yang pernah berkembang di Pulau Jawa pada zaman kerajaan Hindu-Buddha adalah bahasa Kawi atau bahasa Jawa Kuno.

Mengutip dari surakarta.go.id, bahasa Kawi biasa digunakan untuk menulis karya-karya sastra pada zaman dahulu. Namun, bahasa Kawi ternyata tidak termasuk dalam bahasa Jawa Kuno murni karena bahasa ini sudah mendapat pengaruh dari bahasa Sansekerta.

Bahkan, kata kawi sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu kavya. Kata tersebut berarti puisi atau syair yang sama dengan kakawin.

Dalam sastra klasik, kata ini berarti seorang penyair, pencipta, atau pengarang. Sehingga, bisa dikatakan bahwa bahasa Kawi adalah bahasanya seorang pengarang atau pujangga.

Dengan demikian, bahasa Kawi merupakan bahasa Jawa Kuno yang digunakan oleh para kawi (pengarang) untuk menuangkan buah pikirannya. Tak heran, jika penggunaan bahasa ini bisa dengan mudah ditemukan dalam karya-karya tulis masa lampau.

Beberapa karya yang menggunakan bahasa Kawi adalah naskah-naskah keagamaan, termasuk lontar-lontar tattwa, sasana, dan niti. Selain itu, bahasa Kawi juga bisa dijumpai dalam naskah-naskah sastra, termasuk lontar parwa, kakawin, dan kidung.

Bahasa Kawi juga terlihat dalam naskah-naskah pengobatan (lontar usada) dan naskah-naskah pengetahuan (naskah arsitektur, hukum, astronomi, kesenian, dan bahasa). Selain naskah, penggunaan bahasa Kawi juga terlihat pada peninggalan-peninggalan sejarah, seperti prasasti, babad, usana, dan purana.

Pada masa sekarang, bahasa Kawi lebih sering dijumpai dan didengar dalam pertunjukan wayang. Selain itu, bahasa ini juga kerap dijumpai di beberapa tembang Jawa.

Lebih jauh lagi, bahasa Kawi juga sering digunakan untuk dijadikan nama tempat atau gedung. Beberapa orang juga menggunakan bahasa Kawi untuk memberi nama anak mereka.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak