Sukses

156 Pengungsi Rohingya Masuk Sumut, Nahkoda Kapal Kabur hingga Muncul Dugaan TPPO

Sebanyak 156 pengungsi Rohingya asal Bangladesh mendarat dari kapal kayu di dekat Mercusuar Desa Kwala Besar, batas Kabupaten Langkat dengan Deli Serdang, tepatnya di Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut).

Liputan6.com, Deli Serdang Sebanyak 156 pengungsi Rohingya asal Bangladesh mendarat dari kapal kayu di dekat Mercusuar Desa Kwala Besar, antara Kabupaten Langkat dengan Deli Serdang, tepatnya di Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut).

Para pengungsi Rohingya itu masuk ke Sumut pada Minggu, 31 Desember 2023, sekitar pukul 03.00 WIB. Kabarnya, kapal mereka diduga sengaja dibocorkan agar bisa mendarat dan menetap di wilayah Sumut.

Bahkan, diketahui nahkoda kapal yang membawa para pengungsi Rohingya tersebut diduga langsung kabur menggunakan perahu kecil.

"Dugaan sementara, kapal yang membawa pengungsi Rohingya asal Bangladesh karam adalah unsur sengaja. Kapal sengaja dirusak dari pihak tekong atau nahkoda kapal yang langsung melarikan diri menggunakan boat kecil," kata Kapolres Pelabuhan Belawan, AKBP Janton Silaban, Selasa (2/1/2024).

Masuknya 156 pengungi Rohingya ke Sumut juga memunculkan kabar adanya dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO), dan diduga menguntungkan agen karena dibayar.

Terkait hal itu, Janton mengatakan pihaknya masih melakukan penyelidikan. Hingga kini polisi sedang memberi pengamanan lokasi dan terus berkoordinasi dengan imigrasi, pemerintah daerah, dan United High Commisioner for Refugees (UNHCR).

"Memang, ada informasi dari masyarakat setempat, sebelumnya ada tiga kapal yang datang. Tapi satu yang terdampar. Informasi (TPPO) masih kita dalami, kita juga masih menyelidiki kebenaran informasi itu, apa benar, apa nggak," ucapnya.

2 dari 4 halaman

Pengungsi Masih di Tenda

Saat ini 156 pengungsi Rohingya tersebut untuk sementara waktu masih tinggal di dalam tenda yang disiapkan oleh masyarakat setempat.

Kapolres Pelabuhan Belawan, AKBP Janton Silaban menuturkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan Polairud, TNI, dan Polda Sumut untuk mencaritahu apakah memang benar para pengungsi Rohingya itu merupakan korban TTPO.

Sebab, lanjutnya, ada informasi yang beredar bahwa para pengungsi Rohingya memang sengaja mendarat ke Indonesia dengan modus kapal rusak. Jika terbukti adanya TPPO seperti yang terjadi di wilayah Aceh, pihaknya akan menangkap pelakunya.

"Kita akan kerja sama Krimum Polda, apakah ada pelanggaran TPPO di situ. Kalau ada, kita kerja sama juga dengan imigrasi. Jadi, sudah ada peraturan yang mengatur, Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Pasal 120. Ancaman hukuman penjara paling singkat 5 tahun, paling lama 15 tahun, dan denda Rp 1,5 miliar," terangnya.

3 dari 4 halaman

Sempat Diusir Warga

Diketahui, saat hendak mendarat di wilayah Sumut, sebanyak 156 pengungsi Rohingya sempat diusir warga yang diduga tidak terima kedatangan mereka secara ilegal.

Setelah mendapat informasi kedatangan pengungsi Rohingya, Polres Pelabuhan Belawan, Polres Langkat, dan TNI mengecek ke lokasi, di Desa Kwala Besar, Langkat, Sumut. Ternyata, saat dicek sudah tidak ada.

"Kita dapat info diusir sama warga Desa Kwala Besar saat turun di situ. Sehingga mereka pindah sekitar 200 meter, masuk wilayah administrasi Deli Serdang," kata Kapolres Pelabuhan Belawan, AKBP Janton Silaban.

Saat aparat gabungan tiba di lokasi para pengungsi Rohingya berada, ternyata di lokasi tersebut sudah dipasang tenda plastik. Tenda dan makanan diberikan warga sekitar.

Awalnya dikabarkan jumlah pengungsi Rohingya itu sebanyak 147 orang, ternyata setelah dihitung ulang jumlahnya 156 orang. Sebanyak 8 orang lainnya tidak terhitung karena sempat hilang dari lokasi mereka mendarat.

"Ternyata, ada yang kakinya kena ikan dibawa berobat. Sebagian ikut antar. Di belakang ada pulau, ada yang buang air di sana," Janton menerangkan.

4 dari 4 halaman

Punya Kartu Identitas UNHCR

Dari 156 pengungsi Rohingya asal Bangladesh, 56 diantaranya memiliki kartu identitas dari UNHCR, sedangkan 50 orang tidak memiliki kartu. Selebihnya, 28 anak laki-laki dan 20 anak perempuan.

Video Terkini