Liputan6.com, Jakarta Nama Gus Iqdam kerap menjadi populer di kalangan milenial saat ini. Metode ceramahnya yang ringan dan populer menjadikannya sebagai salah satu ulama milenial.
Dirangkum dari berbagai sumber, pendakwah milenial tersebut memiliki nama lengkap Muhammad Iqdam. Di bagian akhir namanya ditambah Kholid yang diambil dari nama mendiang sang ayah.Â
Ia lahir di Blitar, Jawa Timur pada 27 September 1994. Gus Iqdam merupakan anak terakhir dari KH Kholid dan HJ. Ny. Lam'atul Walidah.Â
Advertisement
Baca Juga
Gelar Gus yang diberikan kepadanya juga merupakan kontribusi karena ia merupakan cucu dari ayah Kiai, Kiai Zubaid Abdul Ghofur.Â
Kiai Ghofur merupakan pendiri Pondok Pesantren Mambaul Hikam Mantena Blitar. Salah satu Pondok Pesantren tertua di Blitar Barat dan Mursyid Thoriqoh.Â
Gus Iqdam menghabiskan masa kecilnya dengan mempelajari Islam. Sewaktu kecil, ia belajar agama Islam pada pamannya KH. Dliyauddin Azzamzam.Â
Ia kemudian melanjutkan studinya di Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri Jawa Timur. Ibu Gus Iqdam juga merupakan putri salah satu kiai kharismatik, KH. Zubaidi Abdul Ghofur adalah seorang Tariqah Mursyid di negara bagian Jawa Timur.
Gus Iqdam pada tahun 2021 menikah dengan Aning Nilatin Nihayah, putri Almaghfurlah KH. Thoha Widodo Zaini Munawwir dari Pondok Pesantren Lirboyo. Mereka dikaruniai dengan seorang anak laki-laki yang diberi nama Gus Novel.
Pendakwah Milenial
Ia dikenal sebagai pendakwah milenial yang mudah bergaul dengan segala kalangan umur. Tak heran, beberapa spontanitasnya ceramahnya menjadi viral dan menarik perhatian sejumlah kalangan.Â
Setelah terbentuk Majelis Sabilu Taubah Ta'lim pada bulan Desember 2018, Gus Iqdam memulai dakwahnya di jamaah yang beranggotakan sekitar 7 orang.Â
Namun selama bertahun-tahun, Majelis Ta'lim semakin dikenal dan populer di kalangan milenial hingga mencapai ribuan pengikut.Â
Gus Iqdam sengaja menamakan majelis Ta'lim itu Sabilu Taubah yang artinya jalan taubat. Jamaahnya kini mencapai 66.000 orang.
Gus Iqdam dengan dakwahnya yang khas, santun dan lucu juga tak hentinya mengajak masyarakat dari kalangan terpinggirkan untuk mengaji bersama.Â
Ia mengibaratkan Al-Qur'an dengan bensin yang sebenarnya dibutuhkan oleh mobil atau sepeda motor untuk menggerakkannya.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement