Â
Liputan6.com, Jakarta - Gunung Lewotobi Laki-Laki kembali mengalami erupsi pada Senin sore (8/1/2024), pukul 17.22 Wita. Laman Magma ESDM menyebutkan, tinggi kolom abu letusan teramati mencapai 1.500 meter di atas puncak atau sekitar 3.084 meter di atas permukaan laut.Â
Baca Juga
Kolom abu letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki teramati berwarna putih, kelabu hingga coklat dengan intensitas tebal ke arah utara. Saat laporan ini dibuat, erupsi masih berlangsung.
Advertisement
Terkait kondisi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang masih terus bergejolak, warga dan wisatawan ada ada di sekitar Gunung Lewotobi Laki-Laki diimbau tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 3 kilometer dari pusat erupsi. Serta sektoral 4 kilometer pada arah barat-laut-utara dan barat daya dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.
Masyarakat juga diminta tetap tenang dan mengikuti arahan Pemda serta tidak mempercayai isu-isu yang tidak jelas sumbernya.
Jika terjadi erupsi dan hujan abu, Masyarakat dihimbau untuk tetap berada di dalam rumah, dan apabila berada di luar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut (masker) dan mata (kaca mata).
Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pulolera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Folres Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Becana Geologi, Badan Geologi di Bandung.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan selalu berkoordinasi dengan BPBD Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Satlak PB setempat dalam memberikan informasi tentang kegiatan G. Lewotobi Laki-laki.Â
Banyak Warga Mengungsi
Sementara itu, jumlah pengungsi korban erupsi gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), terus bertambah. Posko Penanganan Erupsi Lewotobi Laki-laki melaporkan, jumlah pengungsi mencapai 4.315 jiwa.
Mereka tersebar di sejumlah posko dan rumah warga yaitu posko Wulanggitang 986 jiwa, Desa Boru 474 jiwa, Desa Boru Kedang 308 jiwa.
Kemudian, Desa Pululera 530 jiwa, Desa Hewa 455 jiwa, Desa Watotikaile 27 jiwa, Desa Lamika 62 jiwa, Desa Tuakepa 47, Desa Ile Gerong 40, Desa Tanawahang 4 jiwa.
"Untuk di Desa Konga 1.197 jiwa, Desa Ile Noheng 120 jiwa, Desa Waiula 20 jiwa, Desa Watowara 22 jiwa," ujar Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur, Ahmad Duli, kepada Liputan6.com, Minggu 7 Januari 2024.
Sementara untuk bayi 66 orang, balita 286 orang, ibu hamil 15 orang, ibu menyusui 45 orang, lansia 288 orang, dan difabel 4 orang.
Ahmad mengatakan, semakin hari pengungsian di beberapa titik mengalami peningkatan. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah rasa kekhawatiran masyarakat terhadap aktivitas vulkanik.
Advertisement