Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah diaspora Indonesia di Mesir menggelar diskusi politik bertajuk 'Menatap Masa Depan Anak Bangsa: Benarkah Budi Pekerti telah Hilang di Tengah Globalisasi Kini?' yang diadakan di Jantung Ibu Kota Mesir, Kairo.
Pemantik diskusi yang digelar di Kairo pada Jumat (5/1/2024) Syadila Rizqy Al-Anhar yang juga mahasiswa Indonesia di Al-Azhar mengecam maraknya kejadian kekerasan, bullying, yang merusak nilai-nilai budi pekerti, kemanusiaan, harmoni, dan persatuan di antara sesama anak bangsa.
Baca Juga
Syadil, yang juga merupakan Wakil Ketua Tim Pemenangan Muda Diaspora Ganjar-Mahfud di Kawasan Timur-Tengah Afrika menyampaikan spiritualitas dan akhlak harus menjadi tema sentral di setiap lembaga pendidikan.
Advertisement
"Oleh karena itu, komitmen Ganjar-Mahfud untuk memberikan kesejahteraan kepada guru agama merupakan langkah konkret dalam mencetak generasi muda yang berbudi pekerti luhur," ujarnya.
Selanjutnya, Syadil dan diaspora muda di Timur-Tengah Afrika yang tergabung dalam 'Africa and Middle East for Ganjar-Mahfud' berkomitmen untuk menggalang gerakan moral dan praktis untuk menghambat maraknya perilaku demoralisasi yang tidak sejalan dengan warisan nilai dan budaya bangsa.
"Nilai dan budaya asli Indonesia yang ramah, senang gotong-royong, dan guyub tidak boleh tergerus oleh budaya asing yang individualis," ujarnya.
Menurutnya masyarakat memerlukan teladan tentang bagaimana kita seharusnya merayakan kebhinekaan. Guru, khususnya guru agama, memainkan peran strategis dalam membentuk hal ini.
"Gagasan Ganjar-Mahfud sangat tepat," tegas Syadil, yang juga seorang aktivis NU Mesir.
Sementara itu, Nata Sutisna, Ketua Tim Pemenangan Muda Diaspora untuk Ganjar-Mahfud di Kawasan Timur Tengah dan Afrika, mengapresiasi kepedulian diaspora Indonesia di Mesir terhadap isu-isu bangsa.
"Kita harus bersyukur bahwa meskipun para mahasiswa ini belajar di luar negeri, namun mereka tetap aktif membahas masa depan bangsa," katanya.
Oleh karena itu, ia berharap rakyat dapat memilih dengan rasionalitas dan kebeningan hati, menyadari bahwa pemimpin masa depan harus mendukung kesejahteraan guru agama dan persatuan rakyat.