Sukses

Mengenal Gabriel Attal, Perdana Menteri Prancis Termuda yang Ditunjuk Macron

Sosok Gabriel Attal baru-baru ini jadi perhatian publik setelah terpilih menjadi Perdana Menteri Prancis termuda.

Liputan6.com, Bandung - Baru-baru ini sosok Gabriel Attal menjadi sorotan publik usai Presiden Prancis Emmanuel Macron menunjuknya sebagai Perdana Menteri. Selain itu Gabriel menjadi PM termuda di Prancis karena baru berusia 34 tahun.

Kabar terpilihnya Gabriel menjadi PM Prancis yang baru diumumkan langsung oleh Kantor Kepresidenan Prancis. Diketahui Emmanuel Macron menunjuknya sebagai PM dan menugaskannya membentuk pemerintahan.

“Presiden menunjuk Gabriel Attal sebagai perdana menteri, dan menugaskannya untuk membentuk pemerintahan,” mengutip dari AFP pada Selasa (9/1/2024).

Kini Gabriel Attal akan menjadi PM Prancis dan menggantikan Elisabeth Borne yang mengundurkan diri setelah menjabat selama dua tahun. Sementara itu Emmanuel Macron terlihat menyambut Gabriel Attal melalui media sosial X (sebelumnya Twitter).

Kepada @GabrielAttal, saya tahu saya dapat mengandalkan energi dan komitmen Anda untuk melaksanakan proyek persenjataan dan regenerasi yang saya umumkan. Sesuai dengan semangat tahun 2017: melampaui dan berani. Untuk mengabdi pada Bangsa dan Prancis,” tulis @EmmanuelMacron.

Sebelum terpilih menjadi Perdana Menteri, Gabriel Attal merupakan menteri pendidikan dan menjadi orang termuda yang menduduki jabatan tertinggi di Prancis. Diketahui, perombakan ini dilakukan menjelang acara Olimpiade Paris Juli-Agustus.

Prancis juga kabarnya akan menggelar pemilihan parlemen dan posisi Macron berisiko kalah di tangan oposisi sayap kanan yang dipimpin oleh Marine Le Pen. Diperkirakan perombakan kabinet yang lebih luas pun akan terjadi pada minggu ini.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Profil Gabriel Attal

Mengutip dari The Guardian, Gabriel Attal menjadi Perdana Menteri termuda di Prancis dan baru berusia 34 tahun. Gabriel mempunyai latar belakang yang cukup istimewa karena perjalanan kariernya yang berjalan dengan sangat mudah.

Pada awal-awal masa kepresidenan Emmanuel Macron, Gabriel Attal merupakan salah satu dari sekelompok pemuda terpelajar yang dipilih untuk memberi nasihat dan mendukung pemimpin Prancis yang sama mudanya.

Attal disebut-sebut mempunyai keterampilan komunikasi yang tangguh dan kemampuan berpikir serta berbicara sambil menangkis pertanyaan di parlemen dan di depan umum. Bahkan melalui kemampuannya tersebut Attal mendapatkan julukan “Word Sniper”.

Diketahui Gabriel Attal merupakan anak dari Yves Attal seorang pengacara dan produser film keturunan Yahudi Tunisia yang telah meninggal pada 2015. Kemudian ibunya merupakan Marie de Couriss keturunan Kristen Ortodoks dari Odessa.

Pria berusia 34 tahun ini tumbuh besar di Paris bersama ketiga adik perempuannya dan mempunyai nama lengkap Gabriel Attal de Couriss. Ia juga menempuh pendidikan di Ecole Alsacienne dan belajar di Universitas Science Po.

3 dari 3 halaman

Mengaku Gay dan Pencetus Larangan Abaya

Sosok Gabriel Attal mulai dikenal publik khususnya warga Prancis ketika ditunjuk menjadi juru bicara pemerintah saat COVID-19. Attal dikenal sebagai menteri yang cerdas dan mudah tampil di acara radio dan juga parlemen.

Melansir dari beberapa media Gabriel Attal juga mengakui dan menyatakan bahwa dirinya merupakan seorang gay. Pengakuan tersebut ia bagikan tidak lama setelah bergabung dengan pemerintahan di tahun 2018.

Selain itu, saat Gabriel Attal terpilih menjadi Menteri Pendidikan ia pernah mencetuskan larangan pemakaian baju abaya di ruang kelas. Sebagai informasi, abaya merupakan pakaian berbentuk mirip gaun panjang yang biasa dikenakan oleh perempuan muslim.

Larangan tersebut dibuat Gabriel Attal karena menurutnya pakaian yang sebagian besar dikenakan oleh umat Islam itu menguji sekularisme di sekolah negeri itu. Attal juga aktif mengurangi permasalahan perundungan di sekolah.

Pasalnya, Gabriel Attal mengaku pada sebuah televisi nasional jika ia pernah mengalami perundungan atau bullying saat menempuh pendidikan sekolah swasta bergengsi di Paris. Kemudian juga, diabpernah mendapatkan perundungan berbentuk pelecehan homofobik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini