Liputan6.com, Jakarta - Gempa dangkal Magnitudo 4,8 mengguncang wilayah Kabupaten Sumedang, Minggu malam (31/12/2023), pukul 20.34 WIB. Sebelumnya dua gempa juga menggetarkan wilayah tersebut dalam pada siang dan sore hari.
Penjabat Bupati Sumedang Herman Suryatman melaporkan, akibat rentetan gempa Sumedang itu, puluhan rumah warga di Kabupaten Sumedang mengalami kerusakan.
Lalu mengapa gempa dengan kekuatan kecil namun sangat merusak. Apalagi gempa tersebut terjadi beberapa kali dalam waktu yang berdekatan.
Advertisement
Kepala Bidang Gempa dan Tsunami BMKG Daryono, dalam webinar bertajuk Kupas Tuntas Gempa Sumedang M4,8 31 Desember 2023, yang digelar Kamis (11/1/2024) menyebutkan, ada beberapa fakta yang perlu diketahui tentang gempa Sumedang tersebut.
"Fakta Pertama, Gempa Sumedang merupakan jenis gempa 'kerak dangkal' (shallow crustal earthquake). Gempa semacam ini dipicu aktivitas sesar aktif, yang seluruh pelepasan energinya terkonsentrasi pada wilayah lokal. Meskipun magnitudonya relatif kecil 4,8, Gempa Sumadang dapat merusak lebih dari 149 bangunan rumah," kata Daryono dalam keterangannya.
Selain kedalaman gempanya yang dangkal, episenter gempa kerak dangkal yang terletak di zona tanah lunak dan tebal akan memicu resonansi, yang berujung amplifikasi/penguatan gelombang gempa, sehingga gempa kerak dangkal dikenal sangat merusak dan mematikan.
Beberapa contoh gempa kerak dangkal yang mematikan, antara lain gempa Cianjur 2022 (lebih dari 600 orang meninggal Dunia), gempa Yogyakarta 2006 (lebih dari 6000 orang meninggal), gempa Turki 2023 (lebih dari 17.000 orang meninggal dunia), gempa Sichuan China 2008 (lebih dari 70.000 orang meninggal).
"Gempa Sumedang memberi pelajaran akan pentingnya mitigasi konkret dengan mewujudkan bangunan dengan struktur kuat dan Rencana Tata Ruang Wilayah yang aman, berbasis risiko gempa," kata Daryono.
Fakta Kedua
Fakta Kedua, Gempa Sumedang sebenarnya terjadi di zona kegempaan rendah (low seismicity). Dalam Peta Seismisitas Jawa Barat, tampak bahwa Kota Sumedang tidak terdapat kluster seismisitas mencolok seperti lazimnya di jalur sesar aktif.
Gempa Sumedang mirip gempa Kalatoa di Laut Flores M7,4 (2021), gempa Talamau 2022, dan gempa Probolinggo M4,1 (2022), yang juga terjadi di zona seismisitas rendah. Gempa Sumedang memberi pesan akan pentingnya mitigasi gempabumi meski di wilayah dengan aktivitas kegempaan rendah.
Fakta Ketiga, gempa Sumedang memiliki magnitudo kecil tetapi merusak. BMKG mencatat sejumlah gempa kerak dangkal dengan magnitudo kecil yang terbukti merusak seperti Gempa Madiun 4,2 (2015), Gempa Pangalengan 4,2 (2016), Gempa Garut 3,7 (2017), Gempa Banjarnegara 4,4 (2018), Gempa Lebak 4,4 (2018), dan Gempa Kuningan-Brebes 4,2 (2020).
"Gempa Sumedang memberi pesan kepada kita agar tidak mengabaikan setiap gempa kerak dangkal, meskipun magnitudonya kecil," katanya.
Advertisement
Waspada 'Return Period'
Keempat, gempa Sumedang diduga merupakan perulangan gempa pada 14 Agustus 1955.
"Jangan melupakan sejarah, dalam seismologi kita mengenal konsep 'return period' atau periode ulang gempa, bahwa gempa yang pernah terjadi di suatu tempat, satu saat akan terjadi lagi," kata Daryono.
Gempa Sumedang memberi pesan agar masyarakat Indonesia mempelajari sejarah gempa masa lalu di daerahnya masing-masing. Bisa jadi, kata Daryonom, satu saat gempa akan terjadi lagi menghampiri tempat yang dianggap aman karena ketidaktahuan sejarah gempa merusak masa lalu.
"Periode ulang gempa memberi pesan kepada kita akan pentingnya kesiapsiagaan (preparedness) terhadap bencana gempabumi yang mungkin terjadi di masa yang akan datang," katanya.
Fakta kelima, gempa Sumedang dipicu aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan. Dalam hal ini gempa Sumedang mirip gempa Solok M5,3 (2019), gempa Ambon M6,5 (2019), gempa Kalatoa Laut Flores M7,4 (2021), gempa Ampana Sulawesi Tengah M6,5 (2021), dan gempa Cianjur M5,6 (2022).
Gempa Sumedang menjadi 'human interest' terkait nama sesar pembangkit gempa. Data hiposenter gempa BMKG terelokasi menujukkan kluster seismisitas cenderung berarah Utara-Selatan, melintasi Kota Sumedang.
Ini mirip sejumlah kota yang dilalui jalur sesar aktif seperti Palu (Sesar Palu-Koro), Sorong (Sesar Sorong), Aceh (Sesar Aceh), Gorontalo (Sesar Gorontalo), Semarang (Sesar Semarang), Lembang (Sesar Lembang), dan lainnya, dimana nama sesar aktif merujuk nama tempat yang berisiko sehingga akan memberikan muatan pesan kesiapsiagaan dan edukasi mitigasi gempa bagi masyarakat setempat.
Antisipasi Gempa Bumi
Ini yang harus dilakukan sebelum, sesaat, dan sesudah gempa bumi.
Sebelum:
- Pastikan bahwa struktur dan letak rumah Anda dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh gempa, seperti longsor atau likuefaksi. Evaluasi dan renovasi ulang struktur bangunan Anda agar terhindar dari bahaya gempabumi.
- Kenali lingkungan tempat Anda bekerja: perhatikan letak pintu, lift, serta tangga darurat. Ketahui juga di mana tempat paling aman untuk berlindung.
- Belajar melakukan P3K dan alat pemadam kebakaran.
- Catat nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempabumi.
- Atur perabotan agar menempel kuat pada dinding untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser pada saat terjadi gempabumi.
- Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat gempabumi terjadi
- Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran.
- Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan.
- Siapkan alat yang harus ada di setiap tempat: Kotak P3K, senter/lampu baterai, radio, makanan suplemen dan air.
Saat Terjadi Gempa Bumi:
- Jika Anda berada dalam bangunan: lindungi badan dan kepala Anda dari reruntuhan bangunan dengan bersembunyi di bawah meja, cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan guncangan, lari ke luar apabila masih dapat dilakukan.
- Jika berada di luar bangunan atau area terbuka: Menghindar dari bangunan yang ada di sekitar Anda seperti gedung, tiang listrik, pohon. Perhatikan tempat Anda berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah.
- Jika Anda sedang mengendarai mobil: keluar, turun dan menjauh dari mobil hindari jika terjadi pergeseran atau kebakaran.
- Jika Anda tinggal atau berada di pantai: jauhi pantai untuk menghindari bahaya tsunami.
- Jika Anda tinggal di daerah pegunungan: apabila terjadi gempabumi hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran.
Setelah Terjadi Gempa Bumi:
- Jika Anda berada di dalam bangunan: keluar dari bangunan tersebut dengan tertib; jangan menggunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa;periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K; telepon atau mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda atau sekitar Anda.
- Periksa lingkungan sekitar Anda: apabila terjadi kebakaran, apabila terjadi kebocoran gas, apabila terjadi hubungan arus pendek listrik. Periksa aliran dan pipa air, periksa apabila ada hal-hal yang membahayakan.
- Jangan memasuki bangunan yang sudah terkena gempa,karena kemungkinan masih terdapat reruntuhan.
- Jangan berjalan di daerah sekitar gempa, kemungkinan terjadi bahaya susulan masih ada.
- Dengarkan informasi mengenai gempabumi dari radio (apabila terjadi gempa susulan). Jangan mudah terpancing oleh isu atau berita yang tidak jelas sumbernya.
- Mengisi angket yang diberikan oleh instansi terkait untuk mengetahui seberapa besar kerusakan yang terjadi.
- Jangan panik dan jangan lupa selalu berdoa kepada Tuhan demi keamanan dan keselamatan kita semuanya.
Advertisement