Liputan6.com, Jakarta - Berkunjung ke Purwokerto Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah tidak lengkap rasanya jika tidak menyambangi tempat wisata Baturraden. Selain dikenal akan keindahan alamnya, Baturraden juga menyimpan kisah yang romantis yang kerap dikait-kaitkan sebagai asal usul atau sejarah kawasan tersebut.
Baturraden merupakan nama kecamatan di Kabupaten Banyumas. Kala Purwokerto masih berstatus sebagai kota administratif, sebagian wilayah di Baturraden merupakan bagian dari Purwokerto.
Advertisement
Baca Juga
Baturraden hanya berjarak 7,5 kilometer (km) dari Purwokerto, yang merupakan ibu kota Kabupaten Banyumas. Secara etimologi, Baturraden berasal dari penggabungan dua kata, yakni Batur dan Raden.
Batur berarti pembantu, sedangkan raden merupakan sebutan bagi kaum bangsawan. Arti nama tersebut rupanya memiliki kisah menarik terkait asal usul atau sejarah Baturraden.
Menurut cerita yang beredar di masyarakat, asal usul Baturraden ini bermula dari kisah cinta antara Suta dan seorang putri raja. Di sebuah kerajaan di Jawa Tengah, hiduplah seorang pelayan yang bertugas menjaga kuda-kuda milik raja bernama Suta.
Suta ini seringkali berjalan-jalan setelah ia menyelesaikan tugasnya tersebut. Suatu hari, saat ia tengah berjalan di dekat danau, ia mendengar teriakan seorang wanita.
Dengan sigap, ia pun segera mencari sumber suara tersebut dan akhirnya tiba di dekat sebuah pohon. Jeritan tersebut rupanya berasal dari putri raja yang ketakutan karena keberadaan seekor ular besar di hadapannya.
Nama Baturraden
Melihat hal itu, Suta sebenarnya sama-sama takut. Namun, ia lebih khawatir dengan keselamatan sang putri hingga akhirnya ia pun mengambil sebuah kayu dan memukulkannya pada kepala ular.
Ular tersebut kemudian mendesis kesakitan dan akhirnya mati. Sang putri pun mengucapkan rasa terima kasihnya atas pertolongan Suta.
Mereka kemudian berkenalan dan semenjak saat itu mereka pun berteman baik hingga tumbuhlah benih-benih cinta di antara keduanya. Suatu hari, sang putri meminta Suta untuk menghadap ayahnya, sang raja, untuk meminta izin menikahi dirinya.
Sayang, sang raja sangat murka mendengar rencana tersebut. Menurutnya, status Suta sebagai seorang pelayan tidak bisa disandingkan dengan seorang putri.
Ia pun tak segan-segan menjebloskan Suta ke penjara sebab sudah lancang meminta menikah dengan putrinya. Singkat cerita, mereka menyamar menjadi orang biasa lalu tinggal di dekat sungai di lereng Gunung Slamet.
Di sanalah mereka menikah dan memulai kehidupan baru sebagai sebuah keluarga. Namun, keberadaan pasangan tersebut akhirnya diketahui sang adipati.
Adipati Kutaliman menemukan putrinya yang telah menikah dengan pembantunya. Ia pun marah besar dan membunuh Suta.
Melihat sang belahan jiwanya meninggal, putri Adipati pun sedih hingga memutuskan menghabisi nyawanya sendiri. Tempat mereka berdua meninggal itulah yang hingga kini dikenal dengan nama Baturraden.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement