Sukses

Ajak Ibu-Ibu Bangun Desa, Dedi Mulyadi: Pemimpin Negara Butuh Sifat Keibuan

Kang Dedi Mulyadi mengedukasi ribuan ibu-ibu se-Jawa Barat untuk menekankan pentingnya ketahanan negara dari mulai tingkat keluarga.

Liputan6.com, Subang - Suasana Lembur Pakuan, Desa Sukasari, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Subang, kembali riuh setelah kedatangan 1.500 tokoh ibu se-Jawa Barat. Mereka, sengaja datang ke perkampungan tersebut untuk berdiskusi dengan Kang Dedi Mulyadi (KDM) terkait penguatan desa sebagai dasar pembangunan manusia dan karakter.

Dalam kegiatan bertema 'Rembuk Indung Aing se-Jawa Barat' itu, Dedi Mulyadi mengajak para ibu untuk kembali pada aspek tradisi sebagai kekuatan utama dalam membangun desa. Mengingat, saat ini desa tengah dilanda krisis karakter yang terus menurun.

Menurutnya, fenomena yang terjadi saat ini adalah banyak anak laki-laki di pedesaan yang tidak mengenal pertanian dan peternakan. Mereka saat ini justru lebih disibukkan dengan bermain gadget, media sosial dan sepeda motor. Dengan kata lain, hidupnya tidak produktif.

Begitupun dengan anak perempuan, yang dari kacamatanya kini banyak yang tidak bisa beres-beres rumah hingga memasak. Mereka, menurut dia, sudah kehilangan jatidiri yang pada akhirnya akan mengancam produktivitas anak bangsa dalam menjaga ketahanan pangan hingga Indonesia kebanjiran produk impor.

"Satu sisi kita masuk ke era digital tapi di sisi lain produktifitas kita menurun yang akhirnya kita menghadapi ancaman krisis pangan serius. Maka diperlukan sosok ibu yang tangguh sebagai kekuatan pilar pembangunan kembali ke jatidiri tradisi," ujar Kang Dedi dihadapan ribuan ibu-ibu itu, belum lama ini.

Adapun tujuan dari pertemuan tersebut, kata Kang Dedi, adalah sebagai ajang pengingat kaum ibu kembali mendidik generasi muda agar tak selalu mengejar trend. Sebab ibu memiliki kekuatan dalam membangun karakter sekaligus memenej rumah tangga.

"Kekuatan seorang ibu bukan pada pikiran tapi pada hati dan rasa. Yang pada akhirnya kaum ibu dan perempuan bisa melahirkan ketahanan keluarga dan ketahanan bangsa," ucapnya.

Dalam konteks ini, lanjut dia, ke depan Indonesia memerlukan sosok seorang pemimpin yang memiliki jiwa keibuan. Sebab mengelola anggaran mulai dari tingkat daerah hingga pusat tidak cukup dengan rasio akademis tetapi perlu kearifan jiwa seorang ibu yang bisa menentukan skala prioritas.

"Memimpin negara tidak cukup pakai logika akademis, maka diperlukan pemimpin yang punya sifat keibuan yang mana penuh empati, rela berkorban, rela disakiti dan setia dalam cintanya pada rakyat," tegas dia.

Sehingga pada momentum kali ini Kang Dedi Mulyadi ingin memberikan edukasi melihat latar belakang calon pemimpin agar tidak salah pilih. Dia menekankan, memimpin negara ini tidak hanya cukup mengandalkan logika. Tetapi harus dengan rasa.

"Negara butuh pemimpin yang punya sifat keibuan, empati, sabar, rela disakiti, setia dalam cinta. Sehingga lahir kesadaran agar bisa menjelaskan hal itu pada yang lain," pungkasnya.