Liputan6.com, Yogyakarta - Pemain sepak bola asal Israel Sagiv Jehezkel meninggalkan Turki sebagai buntut dari melakukan selebrasi kontroversial dalam lanjutan Liga Turki tempo hari.
Pemain Antalya itu melakukan selebrasi menunjukkan bebat berwarna putih di tangan dengan tulisan '100 Days 7.10'. Pesan yang disampaikannya itu merujuk pada berlalunya 100 hari sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.
Sagiv Jehezkel pun meninggalkan Turki setelah sempat ditahan selama satu hari satu malam di kepolisian Turki. Sagiv diinterogasi oleh polisi atas pesan yang dia tampilkan di pergelangan tangannya.
Advertisement
Baca Juga
Pelepasan Sagiv usai selebrasi kontroversialnya itu disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Turki Ali Yerlikaya di platform media sosial X setelah dia diinterogasi oleh polisi.
"Sagiv Jehezkel, pesepakbola Israel di Antalyaspor, meninggalkan negara kami pada pukul 17.15 (14.15 GMT)," kata Ali.
Polisi Turki telah menahan Jehezkel semalaman dan membebaskannya pada Senin (15/1/2024).
Dikutip dari The Telegraph, Menteri Kehakiman Turki, Yilmaz Tunc mengatakan, jaksa sedang menyelidiki Jehezkel atas tuduhan "menghasut orang untuk membenci dan bermusuhan" karena memperlihatkan catatan yang tertulis di pergelangan tangannya yang diperban bertuliskan "100 hari, 7.10", di samping lambang Bintang Daud Yahudi.
Sementara itu, Kementerian Luar nNgeri Israel mengatakan, pihak berwenang Turki membebaskan Jehezkel dari tahanan polisi. Ia pun dipulangkan pada hari yang sama saat pelepasannya.
Di samping itu, ada kabar jika Menteri Pertahanan Israel mengecam Turki atas penahanan tersebut. Mereka menuduh Turki bertindak seperti perpanjangan tangan Hamas.
Â
Karier di Ujung Tanduk
Imbas selebrasi kontroversial itu, Sagiv harus menerima jika karier sepak bolanya di Turki sudah di ujung tanduk. Saat ini, kabarnya pihak manajemen klub Antalyaspor sedang dalam proses memutus kontrak pemain berusia 28 tahun tersebut.
Antalyaspor sudah mengumumkan jika telah tegas mengambil sikap untuk menangguhkan Sagiv dari tim untuk saat ini. Menurut mereka, sang pemain dianggap mencederai nilai-nilai nasional yang ada di Turki.
"Para direktur tidak akan pernah mengizinkan tindakan yang menentang sensitivitas negara kami, bahkan jika berada di turnamen atau kejuaraan," tulis Antalyaspor.
Setelah selebrasi itu, Sagiv pun buka suara jika dia tidak memiliki niat apa pun untuk melakukan provokasi dan membuat dua pihak saling membenci. Hal itu justru menurutnya untuk mendorong perang Israel-Palestina berakhir.
"Saya tidak memprovokasi siapa pun karena saya ingin perang berakhir. Karena itu saya menunjukkan tanda tersebut," kata Sagiv.
Â
Penulis: Taufiq Syarifudin
Advertisement