Sukses

Menelusuri Jejak-Jejak Fasilitas Peribadatan di Kawasan Kauman Solo

Banyak spot menarik di Kota Solo yang menyimpan jejak-jejak religiositas, salah satunya di kawasan Kauman. Hingga kini, kawasan ini masih dihiasi dengan tempat-tempat religi yang berdiri kokoh.

Liputan6.com, Solo - Kota Solo bukan hanya menjadi destinasi untuk para pencinta wisata budaya, alam, atau sejarah. Kota Solo juga sangat cocok dijadikan pilihan destinasi untuk para pencinta wisata religi.

Banyak spot-spot menarik di Kota Solo yang menyimpan jejak-jejak religiositas, salah satunya di kawasan Kauman. Hingga kini, kawasan ini masih dihiasi dengan tempat-tempat religi yang berdiri kokoh.

Mengutip dari surakarta.go.id, kawasan Kauman di Kota Solo memiliki beberapa fasilitas peribadatan legendaris, khususnya bagi umat Islam. Berikut beberapa jejak-jejak fasilitas peribadatan tersebut yang menjadi tempat wisata religi Solo.

1. Masjid Sememen

Masjid Sememen berlokasi di Jalan Trisula VI atau Jalan Trisula Nomor 40 Kauman, Solo. Masjid ini merupakan pemberian atau wakaf dari Khatib bernama Sememi yang diberikan pada 1890 Masehi.

Mulanya, masjid ini dikenal dengan sebutan Langgar Sememen. Seiring perkembangan zaman dan perubahan sistem kepengurusan, nama tersebut diubah menjadi Masjid Sememen.

Pembangunannya masjid ini mengedepankan arsitektur Indies atau Belanda. Hal yang menarik adalah terdapat menara azan menyerupai Panggung Sanggabuwana dengan bentuk heksagonal. Bentuk tersebut merupakan simbol arah mata angin dan empat unsur alam, yakni air, angin, api, dan tanah.

2. Langgar Trayeman

Langgar Trayeman terletak di Kampung Trayeman, Kauman. Bangunan ini merupakan wakaf dari Khatib Trayem, seseorang yang paling lama menjabat sebagai abdi dalem khatib.

Jabatan khatib merupakan warisan turun-temurun dari generasi sebelumnya hingga lima generasi. Adapun jabatan khatib abdi dalem Trayem sudah ada sejak zaman Keraton Kartasura hingga keraton berpindah ke Surakarta.

3. Langgar Winongan

Langgar Winongan berada di kampung Winongan, Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon. Nama Langgar Winongan berasal dari sebuah sejarah yang menyebutkan bahwa tempat ini pernah ditinggali Khatib Winong, seorang ulama Masjid Agung Surakarta dan Kraton.

Langgar ini terdiri dari dua bangunan utama, yakni bangunan yang saat ini digunakan untuk tempat jamaah putri dan bangunan yang digunakan untuk jamaah laki-laki.

Bangunan untuk jamaah putri didirikan oleh jamaah pengajian subuh Langgar Winongan pada Rabu Pon 27 Rajab tahun Be 1904, bertepatan pada 1392 H atau 6 September 1972 M). Sedangkan, bangunan yang digunakan untuk jemaah laki-laki didirikan pada Rabu Kliwon 25 Jumadil Akhir 1393 H atau bertepatan dengan 25 Juli 1973 M oleh para jamaah pengajian subuh langgar dan dibantu masyarakat umum.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak