Sukses

Mengenal Kue Keranjang, Kuliner Khas Purwakarta yang Hanya Diproduksi Setahun Sekali

Kabupaten Purwakarta punya seabrek kuliner khas yang melegenda. Salah satunya, kue keranjang yang hanya diproduksi setiap setahun sekali.

Liputan6.com, Purwakarta - Kabupaten Purwakarta, ternyata menyimpan banyak kuliner khas yang melegenda. Tak hanya Simping atau Sate Maranggi, tapi ada juga juga makanan khas lainnya yang konon sudah ada sejak jaman dulu. Sebut saja salah satunya, kue Kerajang.

Namun, berbeda dengan kuliner lainnya di wilayah ini, Kue Keranjang atau lebih familiar dengan sebutan Dodol Cina ini hanya diproduksi di waktu tertentu saja. Misalnya, di momentum perayaan Imlek.

Konon, dulu di Kabupaten Purwakarta itu ada puluhan perajin Kue Keranjang ini. Namun, seiring berjalannya waktu kini perajin kue khas tersebut yang masih aktif itu jumlahnya bisa dihitung jari. Untuk di wilayah perkotaan, sampai saat ini masih ada ibu renta masih konsisten memproduksi kuliner khas tersebut.

Adalah Hayati (71), warga Gang Aster Kecamatan Purwakarta kota. Saat ditemui di kediamannya, ibu paruh baya warga keturunan China yang kerap disapa Ci Pikong itu mengaku jika perayaan Imlek menjadi berkah tersendiri baginya.

Ci Pikong atau yang kini bernama Hayati itu, mengaku telah menggeluti usaha Kue Keranjang ini sejak 36 tahun lalu bersama almarhum suaminya, Mulyadi yang sejak 2 tahun ini meninggalkan dunia. Adapun keterampilan dia bersama mendiang suaminya dalam membuat Kue Keranjang itu, ia perolehnya dari ibu mertuanya.

"Dari dulu, keluarga besar suami memang konsisten membuat Kue Keranjang atau dodol cina setiap setahun sekali. Ini usaha dodol cina peninggalan ibu mertua saya," ujar Hayati, Rabu (17/1/2024).

Dia pun lantas menceritakan awal mula menggeluti usaha kue keranjang ini. Itu dimulai sejak awal menikah dengan Mulyadi. Saat itu, dirinya langsung tertarik menekuni usaha dodol cina atau Kue Keranjang yang sebelumnya dilakukan mertuannya itu. Apalagi, tidak ada lagi perajin dodol di Kabupaten Purwakarta sejak sepeninggalan mertuanya.

"Saya teruskan usaha mertua, karena saudara saya tak mau berkecimpung dalam usaha pembuatan kue ini," jelas dia.

 

2 dari 2 halaman

Hidup Segan Mati Tak Mau

Hayati mengaku, cukup berat menjalankan usaha dodol cina ini sejak kepergian suaminya. Mengingat, Mulyadi merupakan salah satu perajin yang cukup piawai membuat kue tersebut. Dia pun tak tahu sampai kapan bisa bertahan menjalankan usahanya ini.

Mungkin, kata dia, setelah dirinya tiada, produksi Kue Keranjang produk turun temurun keluarganya ini akan punah. Karena, saat ini tak ada lagi generasi yang akan meneruskannya.

"Kami mungkin yang terakhir meneruskan usaha keluarga ini. Karena tak ada regenerasi, bisa jadi produksi kue kerajang kami tutup," seloroh dia.

Hayati mengklaim, dodol cina yang diproduksinya memiliki kualitas terbaik. Sebab, dari komposisi, dodol cina ini menggunakan bahan baku berkualitas. Serta, tidak menggunakan bahan pengawet ataupun perasa makanan.

Adapun bahan baku yang ia gunakan, yaitu beras ketan putih kualitas bagus yang digiling menjadi tepung. Lalu, gula pasir. Serta, air rebusan daun pandan.

Untuk menghasilkan dodol cina yang bagus, dia pun membocorkan rahasianya. Yaitu satu kilogram tepung ketan dicampur dengan dua kilogram gula pasir. Terus, dicampur air rebusan daun pandan. Dicampur, hingga teksturnya lembut.

"Yang paling utama, itu mengukusnya harus selama 14 jam. Jadi, dodolnya matang dengan sempurna. Warnanya, merah kecoklatan," kata dia.

Selama ini, lanjut dia, dodol cina buatannya ini banyak dilirik oleh konsumen yang telah menjadi pelanggan tetapnya. Salah satunya, pelanggan tetapnya yakni pemilik toko emas besar yang cukup terkenal di Kabupaten Purwakarta.

Karena masih banyaknya langganan itulah, dirinya masih terus konsisten memproduksi kue berbahan dasar tepung beras itu. Kendati, penganan ini hanya ia produksi setahun sekali saja.

Hayati pun tak menampik, jika pelanggan Kue Keranjang hasil produksinya ini terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Terparah, turunnya penjualan tersebut terjadi saat adanya pandemi Covid-19.

"Sekarang mah pembelinya menurun. Bisa produksi 300 kilogram saja sudah bersyukur. Dulu mah bisa memproduksi sampai 5 sampai 8 ton," kata dia.

Penurunan penjualan dan produksi ini, bukan karena terjadi pandemi Covid-19 saja. Tapi, karena perminatnya juga menurun.

Terlebih, saat ini sudah banyak produk dodol cina dari luar daerah yang dijual di Kabupaten Purwakarta dengan menawarkan harga lebih murah.

"Sekarang banyak yang masuk dari luar daerah dengan harga lebih murah. Jadi, beberapa pelanggan beralih ke mereka. Tapi kami berani ngadu jika kualitas produk kami lebih unggul," kata dia.

Adapun Kue Keranjang atau dodol cina yang ia produksi, itu dibandrol dengan harga Rp 50.000 per kilogram atau per tiga pieces.