Sukses

Limbah Kulit Mangga Ternyata Dapat Membunuh Larva Nyamuk, Begini Caranya

Limbah kulit mangga ternyata dapat berguna dalam mencegah kasus Demam Berdarah. Tidak hanya bagi Indonesia, limbah kulit mangga ini dapat menjadi solusi dunia dengan memanfaatkannya.

Liputan6.com, Yogyakarta - Limbah kulit mangga membuat empat orang mahasiswa FK-KMK UGM memiliki ide untuk memanfaatkannya sebagai larvasida alami yang dapat menekan kasus demam berdarah dengue (DBD). Melalui kajian pustaka penelitian terdahulu Santi Andriyani, Salman Hafiz Ar-ramli Lubis, Nisa Munawwarah dan Jessica Edelyne,  menemukan jika senyawa aktif dalam limbah kulit  mangga  potensial sebagai  zat  membunuh larva nyamuk.  

“Dalam kulit mangga terdapat senyawa flavonoid, saponin, serta tanin yang berpotensi digunakan sebagai larvasida,”jelas Santi.

Empat mahasiswa UGM tim MOSAIC (Mango Skin for Organic Sustainable Aedes Insect Control)  ini berhasil menjadi finalis  kompetisi Internasional Bio-Circular-Green economy (BCG) yang diselenggarakan oleh Kasetsart University, Thailand. Final ajang kompetisi ilmiah ini diselenggarakan pada tanggal 18 Januari 2024 secara hybrid melalui zoom online dan secara offline.

Santi mengatakan flavonoid mampu mengganggu sistem saraf dan pernapasan larva. Sedangkan saponin bisa menjadi racun lambung kuat pada serangga, lalu tanin dapat menghambat enzim pencernaan. 

Ide pemanfaatan limbah kulit mangga ini selain membantu mencegah kasus DBD saja, juga berkontribusi dalam mengurai persoalan lingkungan. Sebab di Thailand pada tahun 2020 total produksi mangganya mencapai 1,66 juta ton ini menjadi potensi besar limbah sampah kulit mangga di negara tersebut.

“Hal ini membuat kami berpikir bahwa limbah olahan yang berasal dari kulit buah mangga di Thailand memiliki potensi besar untuk mengatasi persoalan yang sedang dihadapi negaranya. Karena Thailand sendiri merupakan salah 1 produsen mangga terbesar di dunia,” ujarnya

Salman menambahkan ide limbah kulit mangga untuk larvasida alami karena prihatin terhadap laporan WHO tentang meningkatnya lonjakan tajam kasus DBD secara global. Lonjakan wabah demam berdarah dengue ditandai dengan peningkatan signifikan dalam jumlah, skala, dan peningkatan kasus. Bahkan, WHO menyatakan terjadinya lonjakan wabah pada saat ini diikuti dengan penyebaran ke wilayah yang sebelumnya belum terpapar DBD.

Data WHO 2023 mencatat meski hampir 80% atau sekitar 4,1 juta kasus penyebaran wabah demam berdarah dengue dilaporkan terjadi di wilayah Amerika, akan tetapi di Asia Tenggara, terutama di Thailand, prevalensi kejadian demam berdarah dengue pada tahun 2023 meningkat tajam menjadi lebih dari 300 % tahun sebelumnya. 

"Tercatat, pada tahun 2022 angka kejadian demam berdarah dengue di Thailand sebesar 46.678 kasus, naik menjadi 136.655 kasus pada tahun 2023. Adapun angka kematian akibat wabah tersebut di Thailand meningkat dari 34 menjadi 147 kematian pada periode yang sama."

Peneliti Pusat Kedokteran Herbal sekaligus pembimbing tim MOSAIC,  Arko Jatmiko Wicaksono mengatakan dengan keikutsertaan mahasiswa UGM dalam kompetisi maupun forum internasional dengan gagasan pemanfaatan limbah kulit mangga ini bisa berkontribusi dalam solusi di tingkat global.

 

Simak Video Pilihan Ini: