Sukses

Sikap Sedulur Sikep Menyambut Pilpres 2024

Meski belum mendengar sikap para kontestan, komunitas sedulur sikep sudah menentukan untuk menolak salah satu pasangan capres-cawapres.

Liputan6.com, Pati - Menjelang debat cawapres dengan tema lingkungan, komunitas sedulur sikep di pegunungan Kendeng Jawa Tengah menggelar Slametan Pemilu di Sukolilo Kabupaten Pati Jawa Tengah.

Slametan ini bertujuan agar pelaksanaan Pemilu bisa berlangsung lancar tanpa gangguan.

Menurut Gunretno, salah satu tokoh Kendeng yang gigih melawan ketidakadilan terhadap eksploitasi alam di Pegunungan Kendeng, warga sedulur sikep berharap peristiwa pendirian pabrik semen yang merusak lingkungan tidak diulangi.

"Kami selalu ingat siapa-siapa yang mencelakai alam Kendeng dan sedulur sikep," katanya.

Bahkan sebelum debat digelar, Gunretno sudah menyampaikan sikap sedulur sikep ini. Bukan hanya menolak Ganjar Pranowo tapi juga berimbas ke partai pengusungnya.

"Tidak sekedar pak Ganjar tapi juga partai pengusungnya ini. Rakyat lebih tahu yang menggunakan nama wong cilik. Kami pertanyakan karena kami dari dulu PDIP artinya Penurunan Daya Ingat Perjuangan. Jadi yang harus berjuang wong cilik, kurang apa sedulur kendeng," katanya.

Joko Priyanto, tokoh lain di Pegunungan Kendeng di Rembang juga menyebut bahwa Ganjar Pranowo gagal menjadi Gubernur Jawa Tengah.

Menurutnya, Ganjar tak bisa berlindung di balik proyek itu adalah kebijakan pemerintah pusat.

"Jika berdalih demikian, berarti selama ini dia menjadi Gubernur gagal, karena yang mengeluarkan izin adalah Gubernur, dan posisi dia saat itu Gubernur, jadi dia mau lari dari tanggung jawab," kata Joko.

Konflik Kendeng dimulai ketika ada pendirian pabrik semen pada 2016-2017. Warga menilai pembangunan pabrik semen itu membahayakan lingkungan di pegunungan Kendeng dan sekitarnya.

Warga berpuluh kali memprotes dengan unjuk rasa. Bahkan akhirnya sampai berunjukrasa di depan istana presiden dengan aksi cor kaki. 

Puncaknya, dalam aksi cor kaki itu ada satu korban meninggal dunia. 

Namun nyatanya pembangunan pabrik semen itu terus berjalan. Suara mereka tak digubris. Kini mereka mempertanyakan saat suara mereka diharapkan mendukung.