Sukses

Kritikus Sastra Ignas Kleden Meninggal Dunia

Kritikus Sastra Ignas Kleden meninggal dunia, Senin (22/1/2024) di Jakarta dalam usia 76 tahun.

 

Liputan6.com, Jakarta - Kritikus Sastra Ignas Kleden meninggal dunia, Senin (22/1/2024) di Jakarta dalam usia 76 tahun.

"Telah berpulang dalam damai, Bapak Ignas Kleden pada Senin, 22 Januari pukul 03.46 WIB di RS Suyoto, Jakarta Selatan," tulis kabar yang beredar, Senin (22/1/2024). 

Ignas Kleden merupakan kritikus sastra kelahiran Larantuka, Flores Tiimur, NTT, pada 19 Mei 1948. Menurut informasi yang dirangkum dari berbagai sumber, Ignas Kleden menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi/STFT Ledalero, Maumere, Flores (1972), meraih gelar Master of Art bidang filsafat dari Hochschule fuer Philosophie, Muenchen, Jerman (1982), dan meraih gelar Doktor bidang Sosiologi dari Universitas Bielefeld, Jerman (1995).

Ignas juga pernah bekerja sebagai penerjemah buku-buku teologi di Penerbit Nusa Indah, Ende, Flores. Ia sempat pula bekerja sebagai editor pada yayasan Obor Jakarta (1976-1977), Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta (1977-1978), dan Society For Political and Economic Studies, Jakarta.Tahun 2000 ia turut mendirikan Go East yang kini menjadi Pusat Pengkajian Indonesia Timur.

 

 

2 dari 2 halaman

Kritikus Sastra Indonesia

Ignas Kleden juga malang melintang dalam dunia penulisan esai dan kritik sastra. Tulisan-tulisannya kerap mewarnai khazanah ilmu pengetahuan di berbagai media massa, seperti di Majalah Budaya Jaya Jakarta, Majalah Tempo, Majalah Basis, Horison, Budaya Jaya, Kalam, harian Kompas, dan lain-lain.

Buku Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan (Cerpen Pilihan Kompas 1997) juga memuat esainya, Simbolis Cerita Pendek. Kumpulan esai tentang perbukuan, Buku dalam Indonesia Baru (1999), memuat salah satu tulisannya, Buku di Indonesia: Perspektif Ekonomi Politik tentang Kebudayaan. Buku kumpulan esainya adalah Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan (1988) dan Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan (2004).

Pada 2003 Ignas Kleden menerima Penghargaan Achmad Bakrie. Ia dinilai telah mendorong dunia ilmu pengetahuan dan pemikiran sosial di Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih tajam lewat esai dan kritik kebudayaannya.