Liputan6.com, Jakarta - Belum kering air mata kita dengan petaka Gunung Marapi di Sumbar yang merenggut banyak korban jiwa di penghujung 2023, Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, NTT, meletus lagi. Pada hari pertama 2024 aktivitas vulkanik gunung kembar di NTT itu berlanjut, abu pekat setinggi 300 meter menyeruak dari puncak, seolah memberikan tanda-tanda, bahwa setiap orang yang ada di sekitarnya perlu waspada.Â
Aktivitas vulkanik itu terus berlanjut, hingga per tanggal 9 Januari 2024 pukul 23.00 Wita, Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya menaikkan status Gunung Api Lewotobi Laki-Laki dari Siaga (Level III) menjadi Awas (Level IV), level paling berbahaya pada gunung api.Â
Baca Juga
Terkait peningkatan status bahaya itu, masyarakat dan wisatawan dilarang melakukan aktivitas apapun dalam radius 4 kilometer dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki dan sektoral 5 kilometer ke arah Barat Laut - Utara.Â
Advertisement
PVMBG menyatakan kenaikan status gunung itu diberikan usai pengamatan secara visual selama 1-9 Januari 2024. Tim menemukan adanya aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki, yang menunjukkan peningkatan tinggi kolom erupsi maksimum 1.500 meter dari pusat erupsi yang berada pada area sebelah barat laut-utara kawah.
Selain itu teramati sinar api dan lontaran material pijar di bagian puncak dan aliran lava di bagian rekahan berarah barat laut-utara dari puncak. Kemudian tremor menerus mengalami peningkatan amplitudo yang menunjukkan terjadinya peningkatan energi erupsi.
Usai dinyatakan naik status menjadi Awas (Level IV), Gunung Lewotobi Laki-Laki hampir setiap hari erupsi. Catatan terakhir pada 22 Januari 2024, Gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah tidak teramati. Cuaca cerah hingga hujan, angin lemah ke arah utara dan timur laut. Suhu udara sekitar 23-26 derajat Celcius.
Guguran teramati dengan jarak 1000-1500 meter dari puncak, guguran mengarah ke utara. Sedangkan kegempaan tercatat sebanyak 31 kali gempa guguran, 1 kali gempa tektonik jauh dan 1 kali gempa tremor menerus.
Laporan dari petugas Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pulolera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Folres Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Anselmus Bobyson Lamanepa, Minggu (21/1/2024), pukul 12.49 Wita terjadi erupsi atau letusan kembali.
"Tinggi kolom letusan teramati kurang lebih 700 m di atas puncak atau kurang lebih 2.284 meter di atas permukaan laut," tulisnya di laman Magma, dicuplik Senin, 22 Januari 2024.
Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara dan timur laut. Letusan terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 47.3 mm dan durasi 36 detik.
Rekomendasi yang diterbitkan bagi masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki dan pengunjung ataupun wisatawan yakni tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 5 kilometer dari pusat letusan dan sektoral 6 kilometer ke arah Utara dan Timur Laut.
Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan mengikuti arahan pemerintah daerah serta tidak mempercayai berbagai isu yang tidak jelas sumbernya.
"Jika terjadi erupsi dan hujan abu, masyarakat diimbau untuk tetap berada di dalam rumah, dan apabila berada di luar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung hidung, mulut (masker) dan mata (kaca mata)," tulis Anselmus.
Selain itu masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki harus mewaspadai potensi banjir lahar dingin pada sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pulolera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Folres Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Becana Geologi, Badan Geologi di Bandung.
Â
Erupsi Lainnya
Usai tragedi banyak pendaki tewas, Gunung Marapi hingga saat ini masih terus mengalami aktivitas vulkanik. Catatan terakhir, Minggu (21/12024), pukul 22.25 WIB, Gunung Marapi kembali erupsi.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Marapi, Ahmad Rifandi melaporkan, erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 7.1 mm dan durasi 43 detik, dengan tinggi kolom tidak teramati.
Masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pendaki, pengunjung atau wisatawan masih dilarang memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 4,5 Kilometer dari pusat erupsi di Kawah Verbeek.
"Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah, aliran, bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan," kata Ahmad.
Jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker, penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA), serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
Selain itu agar mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh.
Badan Geologi meminta seluruh pihak agar menjaga kondusivitas suasana di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong (hoax), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya.
Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah Kota Bukit Tinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam agar senantiasa berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung atau dengan Pos Pengamatan Gunung Marapi di Jalan Prof Hazairin No 168 Bukit Tinggi untuk mendapatkan informasi langsung tentang aktivitas Gunung Marapi.
Begitu juga dengan Gunung Ibu di Pulau Halmahera, Maluku Utara. Catatan terakhir, Gunung Ibu meletus lagi pada hari Sabtu (20/1/2024), pukul 08.57 WIT. Laporan petugas Pos Pengamatan Gunung Ibu, Axl Roeroe, tinggi kolom letusan teramati setinggi 1.300 meter di atas puncak atau setara 2.625 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah barat daya. Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 28 mm dan durasi 129 detik.
"Masyarakat di sekitar Gunung Ibu dan pengunjung atau wisatawan agar tidak beraktivitas di dalam radius 2,0 km dan perluasan sektoral berjarak 3,5 km ke arah bukaan kawah di bagian utara dari kawah aktif Gunung Ibu," tulis Axl.
Sementara di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur, Gunung Semeru masih terus bergejolak. Catatan terakhir, Sabtu (20/1/2024), pukul 10.02 WIB, Mahameru meletus dengan kolom abu teramati 500 meter di atas puncak.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru Liswanto meneyebutkan, tinggi kolom letusan teramati sekitar 500 meter di atas puncak atau 4.176 meter di atas permukaan laut. Pada waktu itu kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah timur laut. Saat laporan ini dibuat, erupsi masih berlangsung.
"(masyarakat) Tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak atau pusat erupsi," kata Liswanto.
Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai atau sempadan sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
Selain itu, masyarakat juga diminta tidak beraktivitas dalam radius 5 Kilometer dari kawah atau puncak gunung api karena rawan terhadap bahaya lontaran batu pijar.
Peningkatan kewaspadaan juga harus ditingkat karena adanya potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru.
"Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan," jelas Liswanto.
Berbeda dengan Gunung Ibu dan Semeru, Gunung Ili Lewotolok lebih dulu mengalami erupsi pada Jumat (19/1/2024), pukul 22.14 Wita dan hingga ini masih terus bergejolak.
Gunung api yang berada di bagian utara Pulau Lembata, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, mengembuskan kolom letusan setinggi 400 meter di atas puncak atau 1.823 meter di atas permukaan laut.
Laporan dari petugas Pos Pengamatan Gunung Ili Lewotolok, Syawaludin, kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang ke arah timur laut dan timur.
"Erupsi terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 32.8 mm dan durasi 75 detik," jelas Syawaludin.
Pada tingkat aktivitas Level II (Waspada) ini, masyarakat di sekitar Gunung Ili Lewotolok maupun pengunjung, pendaki, wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah radius 2 kilometer dari pusat aktivitas gunung api.
Untuk masyarakat Desa Lamawolo, Desa Lamatokan, dan Desa Jontona agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya dari guguran atau longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak atau kawah Gunung Ili Lewotolok.
Direkomendasikan pula untuk menghindari gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan Iainnya yang disebabkan oleh abu vulkanik maka masyarakat yang berada di sekitar Gunung Ili Lewotolok dapat menggunakan masker pelindung mulut dan hidung serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit.
"Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah atau aliran sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Ili Lewotolok agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan," terang Syawaludin.
Sedangkan di Jawa Tengah, sejumlah wilayah di Kabupaten Klaten dilanda hujan abu akibat erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada Minggu siang kemarin (21/1/2024).
"Akibat aktivitas Gunung Merapi yang terjadi siang ini pukul 13.55 WIB, telah terjadi awan panas guguran mengarah ke barat atau barat daya, namun angin mengarah ke timur," kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten Nurcahyo.
Akibat kejadian tersebut, sejumlah wilayah Klaten terdampak abu vulkanik namun tidak terlalu signifikan.
"Langsung tersapu air hujan, ini terjadi di Dukuh Pajegan, Desa Tegalmulyo dan di Girpasang," katanya.
Ia mengatakan erupsi ini terlihat dari berbagai wilayah di kawasan rawan bencana (KRB) III, yakni Balerante, Tegalmulyo, dan Sidorejo.
"Namun tiga daerah ini dalam kondisi aman terkendali. Sementara untuk abu vulkanik sempat terpantau di Tegalmulyo, khususnya di Girpasang dan Pajegan," katanya.
Ia mengatakan saat ini BPBD Kabupaten Klaten sedang melakukan koordinasi dan juga pemantauan serta memberikan imbauan kepada masyarakat agar tetap tenang.
"Karena semua informasi berasal dari BPPTKG (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi). Sejauh ini dampak langsung di KRB III Kabupaten Klaten belum signifikan," katanya.
Meski demikian, dikatakannya, tetap perlu ada kesiapsiagaan dan kewaspadaan dari seluruh relawan, pemerintah desa, kecamatan, dan para pemangku kepentingan.
Sementara itu, hujan abu juga terjadi di Kabupaten Boyolali. Bahkan, hujan abu terjadi hingga wilayah kota yang berjarak sekitar 17 km dari puncak Gunung Merapi.
Terakhir gunung api yang tercatat oleh laman Magma Badan Geologi yaitu Gunung Dukono. Gunung Dukono berada di utara Pulau Halmahera, Maluku.
Gunung Dukono yang memiliki tinggi 1.335 meter diatas permukaan laut (mdpl) terdiri dari beberapa kawah berapi dengan aktivitas tinggi.
Dilaporkan petugas Pos Pengamatan Gunung Dukono, Sarjan Roboke, letusan atau erupsi terkahir terjadi pada hari Kamis, 18 Januari 2024, pukul 09.18 WIT.
"Tinggi kolom letusan teramati setinggi 1.800 meter di atas puncak atau 2.887 meter di atas permukaan laut," kata Sarjan.
Â
Â
Advertisement
Langkah Mitigasi
Terkait masih tingginya aktivitas Gunung Marapi, Komandan Korem (Danrem) 032/Wirabraja Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Rayen Obersyl berharap, masyarakat yang tinggal di sekitar lereng Gunung Marapi untuk tetap menjauhi radius 4,5 kilometer dari puncak erupsi atau Kawah Verbeek.
"Alhamdulillah hingga saat ini yang kami ungsikan dari radius 4,5 kilometer hanya 46 Kepala Keluarga (KK), dan saya berharap pemerintah daerah berfikir untuk merelokasi warga atau paling tidak kita aman dari radius 4,5 kilometer," katanya di Padang, Sumatera Barat, Selasa (23/1/2024).
Rayen menyebutkan 46 KK tersebut berasal dari Kabupaten Agam dan memilih mengungsi ke rumah-rumah keluarga, bukan ke tenda atau lokasi yang disiapkan pemerintah daerah.
Menurutnya, jika masyarakat tetap berkeinginan berkebun di zona 4,5 kilometer dengan pertimbangan kelangsungan hidup atau mata pencarian, hal itu mungkin masih bisa ditolerir. Namun untuk bermukim pihaknya tidak menganjurkan.
"Kalau mereka berupaya untuk berkebun silakan saja, namun kalau sudah dihuni, semestinya radius 4,5 kilometer itu sudah tidak ditempati," ujar Danrem Rayen.
Ia mengatakan relokasi 46 KK merupakan salah satu usulan yang akan disampaikan kepada pemerintah daerah. Harapannya, pemangku kepentingan terkait sudah menyiapkan lokasi pengungsian Gunung Marapi.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat Rudi Rinaldi mengatakan telah melakukan beberapa kali koordinasi persiapan mitigasi dengan BPBD Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang, apabila terjadi kemungkinan terburuk.
Teranyar, BPBD Sumbar akan membentuk posko pendamping Gunung Marapi yang dipusatkan di gedung instansi tersebut. Posko ini memiliki sejumlah tugas utama antara lain koordinasi antar-Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait erupsi Gunung Marapi.
"Di posko ini akan kami siapkan dua televisi yang digunakan untuk memonitor langsung kondisi aktivitas Gunung Marapi," ujarnya.
Sementara itu terkait aktivitas Gunung Lewotobi Laki-Laki yang hingga saat ini masih berstatus Awas (Level IV), Penyelidik Bumi Madya dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Sofyan Primulyana, masih terus mengingatkan masyarakat untuk mengikuti rekomendasi yang dikeluarkan, karena masih adanya potensi ancaman dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Bukan berarti dengan jumlah gempa yang sekarang menurun, artinya kondisinya menurun. Potensi ancamannya masih ada," kata Sofyan.
PVMBG mencatat adanya penurunan jumlah letusan sejak19 Januari 2024 sebanyak 25 kali letusan menjadi 16 kali letusan pada 20 Januari 2024. Selain itu gempa low frequency juga menurun dari 19 kali pada 19 Januari 2024 menjadi 18 kali pada 20 Januari 2024.
Meski demikian, kata Sofyan, pengamatan visual menunjukkan masih adanya guguran lava dan pergerakan aliran lava ke arah timur laut.
Namun tercatat ada peningkatan jumlah guguran dari 34 kali pada 19 Januari 2024 menjadi 73 kali guguran pada 20 Januari 2024. Selain itu tremor harmonik juga terekam sebanyak 10 kali pada 20 Januari 2024, meningkat dari 6 kali kejadian pada 19 Januari 2024.
"Tingkat aktivitas masih berada di Level IV karena adanya migrasi magma yang sudah muncul di permukaan, sistem sudah terbuka, dengan kondisi seperti itu, dengan jumlah gempa yang naik sedikit saja, mungkin efeknya bisa sama besar," katanya.
Melihat kondisi kegempaan dan visual untuk saat ini, menurut Sofyan tingkat aktivitas masih berada di level IV atau Awas dengan rekomendasi larangan beraktivitas pada radius lima kilometer dan sektoral enam kilometer ke arah utara-timur laut.
Ia juga menyebut pemantauan terus dilakukan untuk melihat sejauh mana potensi ancaman yang ada dikaitkan dengan kondisi kegempaan saat ini.
"Kami evaluasi ke arah sana, kalau misalkan fluktuasi ke depan potensi ancaman sama, maka kami akan evaluasi apakah turun zonanya atau bagaimana," ucapnya.
Selanjutnya ia menerangkan aliran lava yang masih terpantau ke arah timur laut, namun relatif lambat karena faktor topografi. Material lava yang terus menumpuk membuat aliran lava bergerak melambat.
"Beberapa hari sebelumnya memang aktivitas vulkanik tinggi, kondisi topografi tajam, jadi cepat mengalir, dalam sehari bisa dua kilometer, tapi ke sini sudah melandai," kata Sofyan.
Ia berharap masyarakat dapat mengikuti arahan dan rekomendasi yang telah dikeluarkan untuk tidak melakukan aktivitas apa pun dalam radius yang ditentukan. PVMBG masih menyarankan pemanfaatan masker dan pelindung mata untuk menghindari paparan abu vulkanik.
Sedangkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah mengimbau masyarakat yang tinggal di kawasan Gunung Merapi mewaspadai dampak erupsi gunung berapi itu untuk menekan risiko kebencanaan.
Â
Aktifkan Ronda, Evakuasi Mandiri
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Boyolali Suratno di Boyolali mengatakan, erupsi Gunung Merapi pada Minggu (21/1/2024), pukul 14.12 WIB, mengakibatkan hujan abu vulkanik di daerah setempat.
Namun, kondisi Senin ini, aktivitas masyarakat setempat sudah seperti hari-hari biasa. Setelah hujan abu pada Minggu, daerah setempat turun hujan. Kondisi jalan dan tempat-tempat lain telah bersih dari abu akibat hujan tersebut.
Khusus untuk warga tiga desa di Kecamatan Selo, yakni Tlogolele, Klakah, dan Jrakah, yang masuk kawasan rawan bencana erupsi Merapi, ia mengimbau mereka tetap menaati rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta terkait dengan aktivitas vulkanik Gunung Merapi.
Hingga saat ini, status aktivitas vulkanik Merapi yang wilayahnya meliputi sejumlah kabupaten di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta itu, masih level III atau siaga.
Dia mengharapkan semua elemen masyarakat menjauhi kawasan rawan bencana erupsi Merapi, sesuai rekomendasi BPPTKG.
Selain itu, katanya, tim siaga desa dan masyarakat bersama-sama mengaktifkan kembali serta meningkatkan kualitas ronda, terutama di kawasan rawan bencana erupsi.
Apabila ada informasi terbaru terkait dengan aktivitas Merapi yang berpotensi membahayakan keselamatan warga, katanya, mereka harus siap melakukan evakuasi secara mandiri, sebelum evakuasi dilakukan berbagai pihak terkait.
BPBD setempat secara periodik melakukan pemantauan terhadap kesiapan infrastruktur dan rambu-rambu jalur evakuasi, termasuk Tempat Penampungan Pengungsi Sementara (TPPS) Desa Tlogolele.
Pihaknya juga membangun komunikasi dengan pihak "Desa Bersaudara" sebagai penyangga apabila sewaktu-waktu warga dari desa-desa di kawasan rawan bencana erupsi dievakuasi ke "Desa Bersaudara" yang telah disiapkan.
"Status Gunung Merapi kini masih di level siaga III, apabila terjadi pembaruan kondisi mengubah status akan diberikan informasi kepada masyarakat," katanya.
Terkait dengan dampak musim hujan saat ini, pihaknya juga mengingatkan warga mewaspadai potensi banjir, tanah longsor, dan angin kencang. Angin kencang beberapa waktu lalu, telah mengakibatkan banyak pohon tumbang menimpa rumah warga dan menutup akses jalan antar-pedukuhan serta jalan utama di wilayah itu.
Selain itu, tanah longsor di Dukuh Tritis, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, beberapa waktu lalu, memutus akses jalur Solo-Selo-Borobudur dari Solo ke Magelang maupun sebaliknya.
"Kami mengimbau masyarakat meningkatkan kesiapsiagaan, kewaspadaan, dan kehati-hatian, karena Boyolali merupakan banyak bencana yang dapat saja terjadi, termasuk erupsi Gunung Merapi," katanya.
Mengingat bencana gunung meletus hampir sama, yakni menyemburkan abu vulkanik dan lava, nampaknya peningkatan aktivitas ronda dan evakuasi mandiri jika ada imbauan, menjadi hal yang penting yang harus dilakukan masyarakat, apalagi mereka yang ada di daerah dekat zona bahaya erupsi gunung.Â
Advertisement
Kata Pengamat
Pengamat Gunung Api Surono atau yang akrab disapa Mbah Rono, saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (23/1/2023) mengatakan, banyak gunung api di Indonesia meletus bersamaan dalam satu waktu merupakan fenomena alam yang biasa terjadi. Yang terpenting baginya adalah bagaimana menyiapkan mitigasi bencana. Â
"Prinsipnya identifikasi ancaman secara dini, siapkan masyarakat untuk melakukan antisipasi," katanya.
Dikutip dari laman UGM, memang untuk memperkecil dampak buruk erupsi gunung berapi adalah dengan melakukan mitigasi bencana. Hal ini tertuang dalam Pasal 47 UU Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bahwa mitigasi dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana.
Lalu bagaimana melakukan mitigasi bencana gunung meletus? Sebelum menjawab itu, ada baiknya mengenal dulu kondisi geogragfis wilayah kepulauan Indonesia. Indonesia berada di jalur gempa teraktif di dunia karena dikelilingi Cincin Api Pasifik dan berada di atas tiga tumbukan lempeng benua, yakni, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur. Kondisi geografis itu membuat Indonesia jadi wilayah yang rawan bencana, mulai dari letusan gunung api, gempa bumi, dan tsunami.
Sejak lama bangsa Indonesia sudah 'hidup berdampingan' dengan ketiga bencana alam tersebut. Sehingga melahirkan mitigasi kultural, selainnya juga yang struktural.
Kemudian, bagaimanakah cara melakukan mitigasi gunung meletus? Menurut Nursaadah (2021) dalam Pusat Penyuluhan Sosial, mitigasi gunung meletus dapat dilakukan secara struktural dan kultural. Secara struktural, upaya yang dilakukan adalah dengan membangun prasarana fisik dan memanfaatkan teknologi.Â
Mulai dari memantau aktivitas gunung berapi, menyusun Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi dengan disertai arah penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penanggulangan bencana, membentuk tim Tanggap Darurat, melakukan sosialisasi kepada masyarakat, terutama yang berada dalam zona bahaya.
Selain pemangku kebijakan, langkah mitigasi struktural juga harus dilakukan masyarakat itu sendiri, yang ada di zona rawan bencana. Antara lain memantau arahan dari PVMBG mengenai aktivitas gunung berapi, mencari tahu dan memahami jalur evakuasi dan informasi dalam Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi lainnya, menyiapkan masker dan kacamata pelindung untuk menghadapi hujan abu vulkanik, mempersiapkan logistik, seperti tas siaga.
Sedangkan mitigasi kultural adalah dengan 'berteman' artinya tidak 'anti' dengan kearifan lokal yang terbentuk alamiah sejak dahulu kala. Misal upaya mengenali potensi bencana melalui pengetahuan adat yang diperoleh dari kegiatan dan pengalaman masyarakat lokal. Contoh yang paling gampang adalah, masyarakat di lereng Merapi kerap mengamati perilaku hewan dan tumbuhan di sekitarnya saat Gunung Merapi akan meletus.
Jika kedua mitigasi itu dilakukan dengan baik oleh pemangku kebijakan dan masyarakat itu sendiri, dampak negatif seperti jatuhnya banyak korban akibat letusan gunung berapi bisa diminimalisasi.Â
Lalu apa saja yang harus dilakukan saat gunung berapi sudah meletus? Badan Penanggulangan Bencana Daerah sejak lama sudah punya SOP mitigasi saat gunung sudah meletus, antara lain membentuk tim gerak cepat, meningkatkan pemantauan dan pengamatan yang didukung dengan penambahan peralatan yang lebih memadai, meningkatkan pelaporan tingkat kegiatan menurut alur dan frekuensi pelaporan sesuai dengan kebutuhan, memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai prosedur.
Sementara langkah yang bisa dilakukan masyarakat antara lain, jika ada evakuasi pastikan tidak kembali ke kediaman sampai keadaan sudah dipastikan aman, hindari daerah rawan bencana, seperti lereng gunung, lembah, dan daerah aliran lahar, saat melihat lahar atau benda lain yang mendekati rumah, segera selamatkan diri dan cari perlindungan terdekat, lindungi diri dari debu dan awan panas, pakailah kacamata pelindung, Pakailah masker kain untuk menutup mulut dan hidung.
Â
Â
Sedangkan langkah-langkah mitigasi yang diambil pemangku kebijakan saat setelah erupsi gunung berapi, antara lain menginventarisasi data yang mencakup sebaran dan volume hasil letusan, mengidentifikasi daerah yang terkena dan terancam bahaya, memberikan sarana penanggulangan bahaya, memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak, menurunkan status tingkat kegiatan, melanjutkan pemantauan rutin meskipun keadaan sudah menurun, memberikan sarana penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang, membangun kembali bangunan, sarana, dan fasilitas lainnya yang terkena bencana.
Sementara masyarakat usai terjadi bencana gunung meletus bisa melakukan langkah mitigasi, antara lain mengikuti informasi perkembangan status gunung api, apabila sudah dianggap aman dan dapat kembali periksalah rumah dan barang lain yang ada, menghubungi dan mengecek saudara dan kerabat yang lain, bersama dengan warga dan pemerintah bergotong royong membersihkan dan memperbaiki sarana-sarana yang masih dapat dimanfaatkan, jauhi daerah yang terkena hujan abu, membantu tim medis menolong para korban.
Â
Â
Membawa Berkah Kesuburan
Dalam masyarakat religius diyakini, Tuhan tidak memberikan cobaan di luar batas kemampuannya. Jika mitigasi dilakukan dengan baik dan benar maka dampak negatif jatuhnya korban jiwa bisa diminimalisasi. Apalagi bencana gunung meletus tidak hanya membawa kerusakan yang destruktif bagi masyarakat yang bermukim di sekitarnya, melainkan juga membawa keberkahan setelah erupsi mereda.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan, abu vulkanik yang terbentuk dari peristiwa erupsi mengandung berbagai material yang dapat menyuburkan tanah.
"Abu erupsi dapat membuat asupan tanah lebih subur pascacurah hujan," ujarnya.
Abu vulkanik adalah material vulkanik terdiri atas pecahan batuan, mineral, dan gelas vulkanik yang terbentuk selama erupsi gunung api dan berdiameter kurang dari 2 milimeter atau 0,079 inci.
Abu vulkanik terbentuk ketika gas terlarut dalam magma mengembang dan lepas secara tiba tiba ke atmosfer. Kekuatan gas menghancurkan magma dan mendorongnya ke atmosfer dan membeku menjadi fragmen batuan vulkanik dan gelas vulkanik. Abu juga dihasilkan saat magma bersentuhan dengan air selama letusan freatomagmatik, menyebabkan ledakan secara eksplosif menjadi uap yang memecah magma. Ketika berada di udara, abu diangkut oleh angin hingga mencapai ribuan kilometer.
Sebuah jurnal tentang pelapukan debu vulkanik Gunung Talang di Sumatera Barat yang diterbitkan oleh Fakultas Pertanian Universitas Andalas mengungkapkan bahwa abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman.
Komposisi total unsur mineral tertinggi yang terkandung pada abu vulkanik adalah kalsium, natrium, kalium, dan magnesium.
Kemudian, unsur makro lain berupa fosfor dan belerang. Adapun unsur mikro terdiri atas besi, mangan, seng, dan tembaga.
Bukti kesuburan tanah yang tercipta dari aktivitas erupsi dapat dilihat pada Gunung Kelud yang berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang.
Erupsi terus menerus yang terjadi pada Gunung Kelud telah membantu menyuburkan tanah di daerah-daerah yang berada di sekitar gunung api tersebut.
Selain berkah bagi kesuburan tanah, erupsi gunung api juga memberikan manfaat bagi masyarakat dalam usaha tambang galian C yang berupa pasir, kerikil, dan bebatuan. Material erupsi tersebut bermanfaat untuk bangunan.
Aktivitas penambangan material erupsi yang marak dikerjakan oleh masyarakat ada di Gunung Semeru dan Gunung Merapi. Warga menambang pasir vulkanik untuk menjadi bahan bangunan.
Sepanjang tahun 2023, Badan Geologi mencatat ada delapan gunung api di Indonesia yang mengalami erupsi dengan total erupsi sebanyak 66.197 kali. Delapan gunung api itu adalah Semeru, Marapi, Anak Krakatau, Dempo, Dukono, Ibu, Ili Lewotolok, dan Lewotobi Laki-laki.
Gunung api dengan erupsi terbanyak adalah Gunung Semeru mencapai 29.131 kali erupsi, kemudian Gunung Ibu 21.100 kali erupsi, Gunung Ili Lewotolok 11.500 kali erupsi, dan Gunung Dukono sebanyak 3.324 kali erupsi.
Selanjutnya, Gunung Anak Krakatau tercatat mengalami erupsi sebanyak 696 kali, Gunung Marapi 436 kali erupsi, Gunung Dempo dan Gunung Lewotobi Laki-laki yang masing-masing mengalami lima kali erupsi.
Memasuki 2024, catatan PVMBG per Selasa sore (23/1/2024) menunjukkan, belum rampung bulan Januari, jumlah letusan gunung berapi di Indonesia sudah mencapai 107 kali letusan, yaitu antara lain 48 kali letusan Gunung Lewotobi Laki-laki, 27 letusan Gunung Marapi, 15 letusan Gunung Ibu, 8 letusan Gunung Semeru, 5 letusan Gunung Ili Lewotolok, dan 4 letusan Gunung Dukono.
Advertisement