Sukses

Seniman Sumsel Kritik Patung Bung Karno di Banyuasin yang Tidak Mirip: Sejarah Buruk

Para seniman di Sumsel merasa kecewa dengan hasil pembangunan patung Bung Karno yang tidak mirip dengan sosok Sukarno.

Liputan6.com, Palembang - Hasil akhir pembangunan patung Bung Karno di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel), mendapat kritikan pedas dari Dewan Kesenian Sumsel (DKSS) dan para seniman perupa.

Mereka menyayangkan pembangunan kedua kalinya ikon sport center di Jalan Lingkar Banyuasin Sumsel tersebut, masih saja tidak memuaskan.

Seniman asal Sumsel Wawan berujar, patung Bung Karno yang sempat viral di awal pembangunan, menarik perhatian para perupa di Indonesia.

Termasuk seniman yang tergabung di Asosiasi Pemahat Indonesia (API) di Yogyakarta, yang menanyakan kenapa pembangunan patung tersebut bisa jauh dari sosok Sukarno.

Menurutnya, hasil pembangunan patung Bung Karno di Banyuasin Sumsel merupakan bentuk ketidakmampuan dalam bidang seni patung.

Apalagi saat ke lokasi, dia melihat proses pengerjaan patung Bung Karno yang tidak sesuai. Karena berukuran 6 meter, seharusnya ada desain gambar teknik dan maket, untuk acuan membangun patung yang besar.

Dia berujar, patung yang dibentuk dengan teknik plestering tersebut, mungkin hanya dianggap pekerja bangunan cuma disemen dan dibentuk saja. Padahal teknik plestering dikerjakan dulu di bawah, baru bagan-bagan patung dibawa ke atas.

"Insan seniman Sumsel tersinggung. Kalau hasilnya bagus tidak tersinggung. Ini sudah jadi sejarah buruk dunia seni patung di Sumsel. Dua kali hancur, kita tidak tahu motifnya apa," ucapnya, Selasa (24/1/2024).

Wawan dan para seniman Sumsel sempat mencari tahu siapa sosok Darmawan dan Karjo, kedua pemahat patung Bung Karno di Banyuasin. Namun baik seniman Sumsel maupun anggota API tidak mengetahui dan tak pernah mendengar karya kedua perupa tersebut dalam bidang seni pahat.

Para seniman Sumsel juga menanyakan ke pihak PUTR Banyuasin terkait viralnya patung Bung Karno di awal pembangunan. Namun pihak dinas beralasan akan mengganti dengan perupa asal Pulau Jawa.

"Seniman pertama dan kedua, (para seniman) tidak kenal semua. Apakah mereka belajar memahat secara otodidak murdi atau akademik. Kalau bicara kemiripan, anak kecil saja pasti menyebut (patung) tidak mirip," katanya.

 

2 dari 2 halaman

Sindir Biaya Patung

Dia juga menyindir dana pembangunan patung Bung Karno yang hanya Rp500 juta, yang jauh dari kata cukup untuk pembangunan patung setinggi 6 meteran tersebut. Apalagi dana khusus untuk patungnya saja hanya memakan anggaran sekitar Rp150 jutaan.

“Harusnya standar harga untuk teknik plestering patung 6 meteran itu Rp850 jutaan dan Rp 1,3 miliar untuk patung berbahan logam, itu harga nasional. Banyak patung Bung Karno di Indonesia yang akhirnya tidak mirip dan itu bentuk penghinaan,” ucapnya.

Seniman senior Sumsel Erwan Suryanegara menuturkan, patung Bung Karno merupakan monumental yang akan cukup lama dilihat oleh masyarakat. Sehingga sangat wajar masyarakat awam bisa melihat kemiripannya.

Dia pun kecewa patung Bung Karno dibangun Pemkab Banyuasin secara asal-asalan. Apalagi kejadian serupa kerap kali terjadi di Sumsel.

“Hampir di Sumsel, di setiap kabupaten/kota seperti itu (asal-asalan dibangun). Kita melihat karya yang menyayat hati, persoalannya tidak paham tapi memaksakan,” ujarnya.