Liputan6.com, Bandung - Generasi Z atau Gen Z dinilai lebih tertarik pada produk-produk ramah lingkungan. Gen Z bahkan disebut memiliki karakteristik lebih hijau dibandingkan generasi sebelumnya.
Pandangan itu disampaikan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Diana Sari. Dia telah melakukan riset terkait hal tersebut.
“Kepedulian lingkungan sangat dominan dalam mendorong Gen Z untuk berperilaku ramah lingkungan," katanya dicuplik dari laman Unpad, Kamis, 25 Januari 2024.
Advertisement
Hasil riset yang dilakukan Prof. Diana dan tim memberikan gambaran bagaimana motivasi generasi Z untuk mengonsumsi produk ramah lingkungan.
Produk yang dikemas dengan ramah lingkungan dapat memengaruhi gen Z untuk menggunakan produk tersebut. Hal lain yang memengaruhi gen Z adalah social value. Konsumsi produk ramah lingkungan akan memberikan kesan baik pada masyarakat mengenai kepeduliannya terhadap lingkungan.
“Pengalaman yang positif dalam menggunakan produk ramah lingkungan akan memengaruhi konsumen menjadi setia untuk terus menggunakan produk tersebut,” imbuhnya.
Prof. Diana juga menemukan, tingkat literasi dan pengetahuan generasi Z terhadap lingkungan cukup tinggi. Kendati demikian, literasi tersebut tidak serta merta mendorong mereka berperilaku ramah lingkungan.
Pengetahuan yang ada perlu didukung informasi lanjutan mengenai kontribusi produk tersebut dalam meminimalisasi masalah lingkungan sekaligus memberikan manfaat bagi lingkungan. Hal ini memungkinkan konsumen generasi Z memutuskan untuk membeli produk tersebut sesuai dengan tingkat pengetahuannya.
"Oleh karena itu, pemasar perlu merancang isu lingkungan yang mampu menyentuh kepekaan dan mampu memberdayakan kelompok Gen Z," jelas Prof. Diana.
Menurut Diana, kepedulian masyarakat terhadap lingkungan telah meningkat. Kepedulian tersebut tidak hanya menunjukkan tanggung jawab menjaga masa depan, tetapi juga membuka pintu bagi pengembangan produk ramah lingkungan.
Diana memaparkan, kepedulian masyarakat telah dimulai dari isu-isu lokal seperti polusi udara dan air di sekitar hingga merambah ke isu global seperti pemanasan global, ketahanan pangan, dan keberlanjutan ekosistem secara keseluruhan.
Peluang pengembangan produk ramah lingkungan juga terus menguat. Hal tersebut tecermin dari data Lembaga Konferensi Perdagangan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa- Bangsa (UNCTAD) yang menyebut bahwa total nilai perdagangan barang global pada tahun 2022 mencapai 25 triliun dollar AS. Dari nilai tersebut, 10,7 persen atau Rp 1,9 triliun merupakan buah dari perdagangan produk-produk ramah lingkungan.
“Potensi besar dari produk ramah lingkungan tersebut akan dapat dioptimalisasi apabila diimbangi dengan pemahaman khusus terhadap setiap kelompok segmen dalam pendekatan produk ramah lingkungan. Terutama, generasi Z yang mendominasi proporsi penduduk saat ini,” katanya Diana.